Purbalingga – Enam produk Usaha Kecil Menengah dan Mikro (UMKM) di Kabupaten Purbalingga dibidik untuk menjadi produk unggulan dan siap menembus pasar nasional . Produk tersebut masing-masing yakni nanas, makaroni, blangkon soedirman, sapu glagah, batik dan kopi.
“Produk-produk tersebut memenuhi sejumlah kriteria. Masing-masing ikonik, ketersediaan bahan baku, adanya Sumber Daya Manusia (SDM) serta memiliki kapasitas produksi yang memadai,” kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Purbalingga, Rizal Diansyah. Saat Rapat Kooordinasi (Rakor) Dekranasda, di Ruang Rapat Bupati Purbalingga, Jumat (9/4/2021).
Dia juga mengatakan Dekranasda bersama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga tengah menyiapkan branding atau ciri khas Purbalingga. Disampaikan, dipilihnya nanas karena ketersediaan bahan baku yang melimpah dan sudah tersedia produk-produk olahan nanas. Ini menjadi tantangan bagaimana nanas ini nantinya diolah dan tahan lama sehingga menjadi oleh-oleh khas Purbalingga.
“Bagaimana olahan nanas ini tahan lama, karena sayang apabila potensi nanas ini tidak menjadi unggulan Purbalingga,” ujarnya.
Selanjutnya, makaroni menjadi produk yang penjualannya terbanyak di toko-toko modern. Begitu pula dengan produsen makaroni yang sudah banyak bermunculan.
“Makaroni ini menjadi pilihan dan sudah terbeli secara nyata. Makaroni ini juga akan dipasarkan di Banyumas Raya dan nasional jadi produk ini sudah diakui,” terang Rizal.
Kemudian, Rizal menuturkan blangkon Soedirman akan diangkat menjadi ikon Purbalingga karena kekhasan pada blangkonnya. Dirinya menambahkan blangkon Soedirman menjadi sebuah kebanggaan bagi masyarakat Purbalingga ketika menggunakannya.
“Jadi ketika ada tamu dari luar daerah yang datang ke Purbalingga bisa memakai blangkon ini, ini potensial dan harus dikembangkan juga,” lanjutnya.
Ia menambahkan sapu glagah juga dapat dijadikan sebagai produk unggulan Purbalingga. Yang menjadi perhatian bagaimana petani glagah diberikan pelatihan untuk membuat sapu glagah.
“Bagaimana kualitas sapu glagah ini bisa ditingkatkan, jangan sampai kita kirim bahan bakunya ke luar daerah. Yang harus diperhatikan bagaimana petani dibekali pelatihan untuk memproduksi sapu setelah panen glagah,” imbuh Rizal.
Produk lainnya yakni batik Purbalingga dengan berbagai ciri khasnya. Rizal ingin agar bagaimana batik Purbalingga mempunyai kekhasan yang nantinya akan dicari orang ketika berkunjung atau mencari batik Purbalingga.
“Kita punya Wastralingga yang mewadahi semua pengrajin batik di Purbalingga tapi kita belum memiliki ciri khas Batik Purbalingga, ini yang harus dipikirkan batik Purbalingga akan seperti apa,” tuturnya.
Produk unggulan terakhir yang akan diangkat yakni kopi. Kopi mulai bergeliat dan banyak bermunculan berbagai jenis kopi di Purbalingga.
“Nantinya bagaimana kopi ini menjadi ikon tanpa ada label atau merek dari kopi tersebut tapi bagaimana memunculkan varietas kopi khas Purbalingga itu apa,” kata Rizal.
Dekranasda nantinya akan menjadi wadah untuk mengayomi produk-produk yang ada di Purbalingga untuk bisa menjadi produk unggulan. Produk yang akan dijadikan sebagai produk unggulan nantinya merupakan produk yang sudah terkurasi.
“Karena kami ingin bagaimana menciptakan produk unggulan Purbalingga sebagai salah satu ikon Purbalingga dan nantinya bisa berdampak bagi masyarakat terutama penyerapan tenaga kerja serta meningkatkan perekonomian masyarakat,” pungkasnya.