Banyumas, indiebanyumas.id – Kantor Staff Presiden (KSP) diberitakan acara ‘KSP Mendengar’ di Hotel Aston Purwokerto yang melibatkan berbagai unsur elemen masyarakat, Kamis (8/4/2021). Disebut-sebut itu sebagai terobosan baru mengadopsi gaya Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Ibarat anggota DPR ini adalah reses. ‘KSP Mendengar’ merupakan kanal baru untuk warga bisa menyampaikan apapun kepada pemerintah dan atau presiden. Silahkan bebas bicara apapun akan kami dengarkan,” kata Tenaga Ahli KSP, Johanes Joko saat membuka ‘KSP Mendengar’.
Agenda ini dikritik pegiat media, karena elemen masyarakat Banyumas yang disebutkan dalam agenda tersebut terindikasi hanya dari kelompok tertentu, bukan elemen masyarakat yang beragam di Banyumas.
“Banyumas itu terdiri dari banyak elemen masyarakat. Jangan melabeli elemen masyarakat Banyumas jika agenda itu sebenarnya hanya milik sekelompok saja. Kenapa sih, agenda seperti itu saja harus ditutupi,” kata Angga Saputra dari indiebanyumas.id
Angga menyayangkan, agenda yang dikemas seolah seperti serapan aspirasi masyarakat itu, sama sekali tak diumumkan untuk media bukan arus utama untuk ikut serta.
“Kaget, terobosan yang sangat bagus ini tapi dikemas dengan cara yang ekslusif. Elemen masyarakat, elemen yang mana? Saya juga bagian dari elemen masyarakat selain hak sebagai pegiat media untuk bisa berkiprah dalam menyampaikan apa yang dibutuhkan publik akan informasi. Kami sadar, media kami bukan bergenre jurnalisme advokasi, tapi adalah hak, sekali lagi punya hak yang sama” tegasnya.
Dari rilis yang diterima indiebanyumas.id dari Ketua LTN NU PCNU Cabang Banyumas, Rujito, forum lintas elemen ini dipandegani KSP Deputi IV bidang komunikasi politik. Undangan dibatasi 100 orang dengan pertimbangan dan penerapan protokol kesehatan (prokes) ketat. Ada unsur petani, mahasiswa, pelaku umkm, relawan, pengusaha, hingga lintas profesi lainya.
“Semua masukan, saran hingga kritik bapak ibu semua kami catat. Nanti akan dipilah mana kewenangan kementrian dan lembaga, mana kewenangan daerah, atau provinsi. Kita upayakan semua difollow up,” kata Joko dalan rilis tersebut.
Sesuai namanya, ‘KSP Mendengar’ memang pembicarannya adalah peserta. Sepanjang acara 70% forum dikuasai peserta. Berbagai usul, keluahan, hingga kritik disampaikan terbuka.
Ngatoillah, tenaga ahli KSP lainnya menambahkan sejumlah kegiatan non formal juga dilakukan selama kunjungan ke Purwokerto. Misalnya, koordinasi dengan Kapolresta Banyumas dan Bupati Banyumas. Hingga bertemu sejumlah elemen aktifis, dan pelaku pemberdayaan.
“Purwokerto merupakan kota pertama di 2021 kita gelar KSP Mendengar secara offline. Dalam rencana selama 2021 ada 41 titik kota/kabupaten. Kalau secara umum ini merupakan acara kesembilan sejak 2020 lalu,” katanya.
KSP Mendengar, kata Ngato merupakan jalan pintas yang ternyata diapresiasi positif. Baik oleh publik ataupun stakeholder terutama presiden sendiri. Menurutnya, jemput bola mendengar aspirasi ini sangat penting untuk menegaskan pemerintah itu tidak anti kritik.
“Masalahnya memang kompleks. Mulai dari dampak covid dan penanganannya, soal pembelajaran daring hingga persoalan bansos. Selebihnya persoalan yang teknis dan isu-isu lokal daerah,” katanya.
(nisa)