“I don’t know. Maybe the guitar is over.”
Itulah ungkapan Eric Clapton kepada Washington Post, menanggapi fenomena penurunan penjualan gitar elektrik secara global.
Akibat dari lesunya permintaan, tahun 2019 lalu, Gibson menyerah. Produsen gitar yang telah bertahun-tahun menemani para virtuoso gitar dunia ini mulai terseok tatkala mengakuisisi divisi headphone dan sound system Phillips tahun 2014.
Era digital yang mengubah pola analog telag menyeret pada seluruh sendi-sendi jiwa manusia. Konon, faktor utama minimnya peminat gitar di industri musik, karena beralihnya musisi ke ranah musik EDM, RnB dan Hiphop. Komposisi EDM (Elektronik Dance Music) sebagai musik digital memang lebih mudah diaplikasi dan dipelajari. Ditambah kegandrungan para milenials pada EDM, RnB dan Hiphop ditampakkan pada chart musik dimanapun. Setidaknya 1 atau 2 musik jenis ini pasti bercokol di tangga musik suatu negara.
Ya, begitulah industri. Karya para musisi yang terkeam mulai dari piringan hitam, pita kaset, CD dan sekarang semuanya dengan mudah beralih pada unduhan lewat internet. Tapi sejarah tak boleh kita lupakan. Justru darinya, peradaban manusia berevolusi hingga seperti yang terjadi seperti detik ini. Gibson bukanlah produsen gitar terbaik satu-satunya. Tapi produsen gitar dari Nashville ini punya andil besar dalam karir musisi kelas atas.
Jimmy Page dari Led Zeppelin adalah pengagum abadi Gibson. Eric Clapton pun sempat bermain gitar Gibson. Maestro blus, BB King pun menyanyikan lagu Lucille di gitar Gibson. Bahkan Paul McCartney dari The Beatles diendorse khusus oleh Les Paul dengan gitar SG signature-nya. Dari musik cadas Kirk Hammett dari Metallica juga pengagum Fying-V Gibson. Pun juga Tomi Iommi dari Black Sabbath yang sering menggunakan model SG Gibson. Atau yang saya kagumi, James Bay yang memainkan Epiphone Century 1966. Remaja pada tahun 90-an, pastilah banyak dari mereka yany punya mimpi ingin menjadi gitaris setelah melihat poster Slash dengan Gibson Les Paul.
Les Paul menjadi salah satu gitar paling ikonik di dunia karena bentuknya khas, punya trademark sendiri. Bahkan banyak gitar copy-an Les Paul yang ada di pasaran, mulai dari harga yang murah hingga kelas menengah. Banyak gitar Jepang yang berkaitan dengan Gibson Les Paul. Sebut saja beberapa merk seperti Greco, Tokai, bahkan Ibanez. Beberapa dari mereka juga memiliki kualitas yang nggak kalah dengan Gibson. Karena Gibson-nya mahal, Gibson bersama Epiphone merilis versi lebih terjangkaunya, walaupun ada versi Jepang yang harganya juga nggak murah.
Beberapa artis juga identik dengan Les Paul. Selain Slash, gitaris lain seperti Joe Perry, Zakk Wylde, Jimmy Page, sampai Randy Rhoads adalah pengguna Gibson Les Paul. Gibson Les Paul hadir dengan beberapa versi, di antaranya; Standard, Classic, Supreme, Custom, Traditional, Studio, dan ada beberapa versi lainnya. Masing-masing versi juga memiliki ciri khasnya masing-masing.
Harga pasaran Gibson Les Paul juga terkenal tinggi. Harga secondnya saja mencapai lebih dari Rp 20 juta.
Gitar memang cukup sulit dipelajari. Perlu ketekunan dan kesabaran menghasilkan simponi kord yang dibuat. Pola chord progression yang kalau tidak biasa dan difahami bisa membuat bosan. Jari-jari harus menekan benar dan tepat pada fret. Apalagi jika ingin bergaya shredding. Jari tangan harus cepat dan tepat menekan string pada puluhan notasi di neck gitar.
Namun, gitar Gibson tidak akan mati di hadapan penyuka gitar. Semakin tua dan langka, semakin mahal dan berharga pula sebuah gitar. Gitar bagi kolektornya adalah kebanggaan dan investasi. Kadang tidak harus bisa jago bermain gitar untuk mengkoleksinya. Bahkan, Leo Fender sang pembuat gitar Fender tidak bisa bermain gitar.
Berikut Model Gibson Les Paul :
Gibson Les Paul Standar 50-an
Les Paul Standard 50s merupakan salah satu model yang paling berat, dan tentu nggak semua orang merasa nyaman menggunakan gitar ini. Akan tetapi, seri ini mampu menghasilkan tone low-end yang sangat creamy, dan mid-range yang warm. Pickup yang digunakan pada seri ini adalah humbucker dari Gibson yakni Burstbucker yang tentu mumpuni banget untuk digabungkan dengan distorsi atau overdrive.
Gibson Les Paul Standar 60-an
Secara konstruksi, Les Paul Standard 60s tidak memiliki perbedaan jauh dengan pendahulunya. Namun, kali ini, Gibson merancang neck yang lebih ramping. Pickup yang digunakan pada gitar ini adalah pasangan Burstbucker 61T dan juga 61R.
Gibson Les Paul Klasik
Jika ada gitar yang suka banget dengan model Les Paul dan merasa versi Standard itu berat, mereka bisa memilih Gibson Les Paul Classic. Berbeda dengan versi Standar (apalagi keluaran lama) yang bodinya tidak beraturan, LP Classic hadir dengan bilik bodi yang lebih ringan.
Tak hanya memberikan bobot yang lebih ringan, dengan desain kamar, hal ini mampu menambahkan resonansi dan proyeksi. Profil neck slim juga sangat cocok banget untuk gitaris dengan ukuran tangan yang nggak terlalu besar. Pickup LP Classic identik dengan pickup tanpa cover.
Gibson Les Paul Studio
Seri ini pertama kali dikenalkan pada tahun 1983 di katalog Gibson. Selain itu, seri ini merupakan seri Les Paul dengan harga yang paling terjangkau. Pada seri ini tidak akan ditemukan body binding, neck binding, dan inlay pada headstock. Selain itu, body pada LP Studio juga lebih tipis dibandingkan dengan LP Standard. Pada awal kemunculannya seri ini menggunakan material kayu alder, namun Gibson menggunakan material kombinasi maple top / mahoni body.
Gibson Les Paul Tradisional
Seri Gibson Les Paul Traditional menawarkan fitur-fitur dasar Gibson LP yang pernah keluar di tahun 1950 hingga 1980. Neck dan bodi gitar seri ini dibuat dengan material mahoni, serta fretboardnya menggunakan kayu rosewood. Fitur lain yang dimiliki Les Paul Traditional adalah bobot yang lebih ringan, tuner manual tradisional, dan kelebaran neck gaya lama.
Gibson Les Paul Custom
Ini seri paling tinggi dari seri LP. Gibson LP Custom pertama kali dikembangkan pada tahun 1953, setelah Gibson mengenalkan model Les Paul ke publik. LP Custom memiliki tampilan yang lebih elegan. Warna yang paling terkenal dari seri ini adalah Ebony dan juga Alpine White.
Yang tampil mewah dan berkelas adalah aksen dan hardware berwarna emas. Karena seri ini paling tinggi, sudah pasti harganya juga paling mahal. Harga pasaran untuk gitar secondnya masih mencapai di angka Rp 35 hingga 40 jutaan.
tim indie musik