
Setelah sekian lama, Pememerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas akhirnya kembali menggelar pagelaran wayang kulit di Pendapa Duplikat Si Panji, Kecamatan Banyumas, Sabtu (20/3/2021).
Kegiatan tersebut masuk dalam rangkaian HUT Banyumas yang ke-450 yang jatuh pada tanggal 22 Februari lalu.
“Terimakasih kepada yang sudah hadir disini dalam rangka untuk nguri-uri budaya kita, budaya jawa yaitu pagelaran wayang kulit walaupun dalam kondisi pandemic Covid-19 yang belum selesai,” kata Bupati Banyumas, Achmad Husein dalam sambutannya.
Untuk itu dia mengingatkan agar protocol kesehatan harus dijalankan dengan disiplin.
“Saya lihat disini jaga jaraknya sudah, maskernya juga sudah menutupi hidung dan mulut. Saya harapkan jangan dilepas,” pintanya.
Husein mengomentari fenomena pagelaran wayang kulit yang kurang diminati generasi milenial. Menurutnya ada beberapa alasan kenapa hal tersebut bisa terjadi.
“Saya menganalisa, satu adalah terlalu lama. Kedua belum mulai perang itu ceritanya sudah panjang. Ketiga ceritanya itu-itu saja. Keempat tidak ada perubahan, inovasi-inovasi yang mengejutkan bagi anak muda. Kita tidak boleh marah, kita tidak boleh bersedih dan kita tidak boleh tidak suka karena itu adalah fakta,” ungkap Husein.
“Yang harus kita perbaiki adalah mereka yang harus berubah mengikuti kita atau kita yang harus mengikuti mereka. Itu adalah hokum pasar antara supply dan demand. Siapa yang akan berkuasa, pastilah adalah demand. Supply-nya itu mengikuti,” imbuhnya.
Pagelaran wayang kulit tersebut menampilkan dua orang dalang milenial dari Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) Jakarta, yakni Ki Ganeswara Rafi Ramadhan dan Ki Herjuna Prama Reza Fadlansyah. Lakon yang dibawakan adalah “Brajadenta Mbalela”.
Kegiatan sendiri digelar dengan sejumlah protokol kesehatan. Hanya 20 orang tamu undangan yang hadir sedangkan pintu masuk ke area pendapa juga dijaga ketat. Masyarakat yang ingin menyaksikan diminta untuk menonton secara virtual.
“Karena terkait dengan Covid-19 ini digelar secara virtual. Tidak ada penonton disini, undangannya juga hanya 20. Waktunya juga hanya sampai jam 12 malam. Kami di depan juga ada pengamanan biar tidak ada yang masuk,” terang Camat Banyumas, Abdul Kudus.
Dia menyebut pagelaran wayang kulit dengan dalam milenial tersebut dapat menjadi inspirasi bagi pegiat seni local khususnya para dalang.
“Dalang ini kan anak Jakarta. Anak Jakarta ternyata juga ada kemampuan, mencintai budaya jawa budaya wayang. Ini sebagai media belajar, media inspirasi untuk anak-anak muda. Tentunya suatu saat mudah-mudahan ada kesempatan juga seniman muda sini untuk bisa berperan, bisa manggung di kegiatan yang akan dating,” harapnya. (YN)
