Purwokerto – Mulai hari ini, Pemprov Jawa Tengah menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada 140 sekolah yang tersebar di 35 kabupaten/kota. Salah satu sekolah yang terpilih mengikuti PTM pemrov adalah SMP Negeri 9 Purwokerto. Bagaimana peneraparan protokol kesehatan di sekolah tersebut sehingga bisa terpilih?
Memasuki area SMP Negeri 9 Purwokerto, beberapa guru sudah menyambut siswa dan mengarahkan siswa untuk menjalani pemeriksaan suhu tubuh terlebih dahulu. Lolos dari meja pemeriksaan suhu tubuh, para siswa kemudian harus mencuci tangan menggunakan sabun, kemudian diarahkan untuk langsung masuk kelas. Jalan masuk menuju ruang kelas juga diberikan pembatas antara jalan masuk dan keluar, sehingga terpisah.
“Menjaga jarak sangat kita jaga di sekolah, sehingga jalan masuk dan keluar juga kita pisahkan dan diberi pembatas, jumlah siswa yang ikut PTM juga dibatasi, sesuai dengan intruksi dari provinsi, minimal 70 siswa dan maksimal 110 siswa,” kata Kepala SMP N 9 Purwokerto, Heri Nuryanto Widodo, Senin (5/4).
Ada tiga kelas yang masuk pada PTM hari pertama dan masing-masing kelas dipisah menjadi dua kelompok belajar, sehingga satu kelas hanya diisi 16-17 siswa saja. Memasuki ruang kelas, siswa terlebih dahulu harus melepas sepatu. Bangku dan meja sudah diatur dengan berjarak dan tempat duduk juga diberi nomor, sehingga siswa tidak bisa berpindah-pindah.
Selama mengikuti kegiatan di dalam kelas, seluruh siswa diwajibkan untuk menggunakan masker dan face shield. Begitu pula dengan guru yang mengajar. Guru juga wajib menjaga jarak dan di atas meja guru juga diberi pembatas dari kaca.
Aturan penerapan prokes secara ketat juga diberlakukan pada waktu jam istirahat. Meskipun masuk waktu istirahat, siswa tidak diperbolehkan keluar ruang kelas.
“Waktu istirahat diperpendek dan siswa tetap harus berada di dalam ruang kelas, selain itu juga tidak ada aktivitas makan apapun di dalam kelas. Jam pelajaran kita cukup singkat, mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB, sehingga aktivitas makan siswa bisa tetap dilakukan di rumah masing-masing,” tuturnya.
Setelah jam pelajaran berakhir, siswa tetap berada di dalam ruang kelas, hingga yang menjemput datang. Hal tersebut untuk menghindari adanya kerumunan saat menunggu jemputan.
Sementara itu, salah satu wali murid yang menjemput, Seno, warga Kelurahan Sumampir mengatakan, ia menjemput anaknya Andra yang duduk di kelas 7A. Melihat penerapan prokes di sekolah, Seno mengaku tidak khawatir anaknya ikut PTM.
“Penerapan prokes sangat bagus dan ketat, kita yang jemput hanya boleh di halaman sekolah, kemudian nanti siswa akan dipanggil, jadi sama sekali tidak ada kerumunan dan siswa juga harus diantar-jemput, tidak diperbolehkan naik kendaraan umum,” kata Seno.