POLITIK,indiebanyumas.com – Seorang Alumni Fakultas Hukum Angkatan 97, Aan Rohaeni SH menyatakan dirinya sangat malu dengan sikap Rektor Unsoed Prof Akhmad Sodiq yang menyampaikan ‘puji-pujian’ terhadap Presiden Jokowi, ditengah gencarnya kritik masyarakat, Dosen dan Para Guru Besar, terhadap ‘rendahnya’ sikap kenegarawan Jokowi menjelang Pilpres 2024.
Aan yang kini berprofesi sebagai seorang advokat, melalui surat terbuka menyampaikan kampus sebagai tempat dimana orang-orang terdidik, para cendekiawan, Para Guru Besar, tempat dimana banyak orang Yang Amat Sangat Terpelajar berada, semestinya menjadi tempat dimana keteladanan sebagai ‘penjaga’ moral dan etika dalam setiap tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara benar-benar diletakkan sebagai pondasi utama.
“Jujur sebagai salah satu alumni UNSOED saya merasa malu, Bapak menyampaikan ‘puji-pujian’ terhadap Presiden Jokowi, ditengah gencarnya kritik masyarakat, Dosen dan Para Guru Besar, terhadap ‘rendahnya’ sikap kenegarawan Jokowi menjelang Pilpres 2024,” kata Aan.
Aan juga menyebut bahwa dirinya bukan tim sukses dari Paslon Capres-cawapres manapun. Namun ketika dirinya mendengarkan statement dari rektor Unsoed dalam kapasitas selaku pimpinan lembaga, seolah-olah menegaskan bahwa seluruh civitas akademika Unsoed adalah satu suara dengan sang rektor, menjustifikasi pilihan sikap Jokowi yang akhir-akhir ini, nyata-nyata telah mencampuradukkan kepentingan pribadi dengan kepentingan bangsa dan negara demi melanggengkan ‘kekuasaan’ dengan segala cara. Sungguh sikap yang sangat tidak mulia.
“Pertanyaannya adalah, apakah seluruh civitas akademika UNSOED benar-benar satu suara dengan Bapak, memilih sikap untuk ‘pura-pura buta dan tuli’ dengan relita?,” ungkap Aan.
Menurut Aan, sebagai institusi perguruan tinggi negeri yang seluruh hajat hidupnya dibiayai oleh uang pajak rakyat, Unsoed memiliki tanggungjawab moral untuk bersetia pada kepentingan rakyat banyak, kepentingan penegakkan hukum, moral dan etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan setia pada seorang penguasa.
“Kami tahu bahwa seluruh Rektor Universitas Negeri yang menjabat saat ini, tidak mungkin menjabat tanpa restu pemerintah (termasuk Bapak). Namun setidak-tidaknya, jangan menggunakan institusi untuk menegaskan pilihan sikap Bapak selaku pribadi. Karena sekalipun statement Bapak ‘terkesan’ netral, tapi gimik bapak menjadikan UNSOED sebagai ‘perisai’ Jokowi, terlalu kentara untuk disembunyikan,” tegas Aan.
Aan menyampaikan juga sebuah pesan dalam surat terbukanya itu bahwa dirinya menyadari apabila rektor, dosen beserta seluruh Civitas Akademika Unsoed yang ia cinta tidak mudah untuk menjadi ‘pemberani’, karena di dalamnya selalu ada konsekuensi, terlebih jika sang rektor sudah bersabda dengan tujuan yang berbeda.
“Namun, setidaknya Bapak dan Ibu jangan pernah lupa bahwa Unsoed lahir dengan spirit patriotisme Panglima Besar Jenderal Soedirman, yang rela berkorban demi kepentingan rakyat, bangsa dan negara, bukan kepentingan perorangan apalagi demi kekuasaan semata,” katanya.
Aan menambahkan, Panglima Besar Jenderal Soedirman pun pernah berkata, “Kejahatan akan menang bila orang yang benar tidak melakukan apa-apa”.
“Maka, jikapun Unsoed memilih tidak melakukan apa-apa dengan berbagai pertimbangan, setidaknya jangan jadikan Unsoed sebagai ‘perisai’,” tandasnya lagi.
Untuk diketahui melalui video yang beredar dan dikutip sejumlah media massa, Rektor Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Prof Akhmad Sodiq memberikan apresiasi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena banyak berjasa bagi bangsa. Dia mengatakan bangsa Indonesia bisa maju dan dikenal sampai ke kancah internasional tak lepas dari peran Jokowi.
“Presiden Joko Widodo adalah seorang negarawan yang banyak berjasa bagi Negara Republik Indonesia. Di bawah kepemimpinan beliau, bangsa Indonesia mampu melakukan lompatan kemajuan di berbagai bidang utamanya pembangunan infrastruktur dan menjaga stabilitas ekonomi dan berhasil melewati masa-masa sulit periode pandemic COVID-19 dan telah mampu meningkatkan reputasi Indonesia di mata internasional, termasuk pada forum G20 dan keketuaan ASEAN, serta menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB,” kata Akhmad melalui keterangan video, Jumat (2/2/2024)
Dia menuturkan Pemilu merupakan ajang mencari pemimpin yang bisa melanjutkan kerja-kerja pemimpin sebelumnya. Dia mengatakan rakyat-lah yang akan menentukan siapa pemimpin yang akan dipilih.
“Kedua, Pemilu 2024 merupakan ajang mencari pemimpin bangsa yang akan meneruskan kepemimpinan beliau, Presiden Joko Widodo. Suara rakyat akan menentukan siapa pun pemimpin terbaik yang dicintai oleh rakyat. Rakyat Indonesia telah mampu dan dapat menentukan yang terbaik untuk masa depan bangsa dan negara. Rakyat Indonesia paham, siapapun pemimpin terbaik yang akan meneruskan kepemimpinan Presiden Joko Widodo,” ujarnya.
Akhmad menyampaikan setiap orang memiliki hak untuk menyampaikan pendapat. Namun, menurutnya, jangan sampai pendapat sekelompok orang dipaksakan untuk menjadi pendapat seluruh rakyat Indonesia.
“Ketiga, setiap orang memiliki hak, terutama hak demokrasi tanpa kecuali. Setiap orang memiliki hak untuk menyampaikan pendapat di muka umum tanpa terkecuali. Hal ini sudah dicapai dalam UUD 1945, silakan menggunakan haknya tetapi hindari memaksakan orang lain bahwa pendapatnya adalah yang paling benar. Pendapat sekelompok orang tidak boleh dipaksakan sebagai pendapat seluruh rakyat Indonesia,” ucapnya.
Dia mengajak seluruh masyarakat menjaga iklim demokrasi. Dia menyebut persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan kelompok.
Sementara itu, beberapa hari setelah muncul statement dari Rektor Unsoed, beredar famplet berjudul Deklarasi Laskar Poetra Soedirman Menggugat (Profesor-Dosen-Mahasiswa-Tendik dan Alumni). Dalam famplet itu tetulis tema Mengembalikan Nilai Moralitas dan Keteladanan dalam Menjaga Demokrasi Indonesia. Agenda tersebut akan digelar pada Rabu Wage, 7 Februari 2024 mulai pukul 14.00 WIB berlokasi di Depan Patung Soedirman Jalan Prof HR Boenyamin.
Angga Saputra