Seorang teman pejabat di pusat, lewat tengah malam datang ke rumah.
“Kopi..” kemudian dia mengambil sebatang rokokku, dan menyalakannya.
Aku hanya nurut, membuatkan secangkir kopi pahit, seperti biasa kami lakukan.
“Hidupmu enak..” dia memulai pembicaraan. Ekspresinya tak sekeren kemeja, pantalon, vantofel, dasi, dan harum parfumnya. Aku paham dia sangat loyal dan tidak pelit kepada teman.
“Asu.. Ya jelas enakan kamu..” Asu bagi kami bukan kata kasar, tapi karena kami tetap teman.
“Kamu seharian cuma glaha-glehe ga jelas, nulis yang katanya honornya tertunda, piutang yang tak kunjung terbayar. Tapi hidupmu tenang, bisa memancing, semalaman di laut. Akhir pekan ke pantai bersama istri, memasak, tidur siang.. Lha aku?”
“Tai.. Pilar depan rumahmu cukup buat mbangun rumah ini. Mobilku hanya cukup buat bayar pajak mobilmu. Jajanmu sehari cukup buat makan aku seminggu bahkan sebulan..” aku menjawab santai. Rumah si kawan ini empat-lima kali lebih besar dari rumah yang aku tempati. Gaya Eropa dengan lima pilar angkuh di teras depan berlapis marmer.
“Lambemu.. Tiap malam aku ga jelas. Susah tidur. Begitu rebahan langsung yang terpikirkan, besok siapa yang “nyanyi’, siapa yang tertangkap tangan, siapa yang ngandang..”
“Ya, itu resiko. Aku memilih di luar bebas merdeka. Karena aku tahu, saat aku masuk ke sistem yang korup, pasti aku ikut..”
1998 kami dalam satu gerakan yang akhirnya menumbangkan rezim orba yang korup, mengganti dengan rezim yang sama-sama, atau bahkan lebih liar korupnya. Si teman memilih menjadi dewan salah satu parpol. Dan aku menyisih. Tetap menjadi jurnalis. Bahkan saat usia 40, aku berhenti, dan memilih untuk berwirausaha. Dengan segala keterbatasan dan pengalaman. Jatuh-bangun adalah hal biasa.
Panjang-lebar obrolan kami sampai tak sadar, setelah habis empat batang rokok, si teman tidur di sofa yang warnanya mulai pudar. Kuhitung satu-satu yang dia kenakan. Dasi Piere Gruno Rp8,200,000, kemeja Piere Cardin Rp950.000, bolpen satu set dengan gesper Mount Blank Rp16.000.000, sepatu Bally Rp23.000.000, parfum Clive Christian Rp4,200,000. Ah.. Setan-belang yang satu ini memang cukup berselera. Aku hanya pakai kaos dan celana pendek beli online Rp.200.000.
Aku beringsut ke kamar, memeluk istri yang mendengkur halus. Tempat tidur kami, springbed ukuran 180×200, cukup buat berdua. Si teman hanya tidur di sofaku, bukan di pilar bersaput marmer impor di depan rumah mewah itu.
Penulis
Rangga Sujali