Pesan Bijak Master of Puppets Dalam Disonansi Harmonik Metallica nan Cadas!
Master, master, where’s the dreams that I’ve been after?
Master, master, you promised only lies
Laughter, laughter, all I hear and see is laughter
Laughter, laughter, laughing at my cries
Saya yakin generasi yang lahir pada era 80-90an akan berhenti sejenak usai membaca bait di atas. Klik! mesin pencarian lalu memberitahu bahwa ternyata bait itu adalah reffrain dari lagu yang saat ini banyak dibilang sebagai tonggak awal penyebaran musik thrash metal ke seluruh pelosok dunia, Master Of Pupets milik Metallica!
Meski dilabeli heavy metal, Master Of Puppets memulai era kecepatan metal berbalut suara bedug inggris yang dimainkan sangat dramatis dalam dua pedal bass. Saya masih menyebutnya, lagu thrash pertama kali yang punya banyak keistimewaan. Ketika kala itu musik rock saja dianggap sebagai musik cadas yang membuat telinga pekak, master of puppets menggelegar amat keras.
Namun, sungguh aneh ketika saya berulang kali memutarnya dengan volume melebihi batas, orang tua tidak sedikitpun mencoba menghentikan gemelegar suara distorsi lagu itu. Saya tidak tahu apa yang mereka rasakan. Bahkan saya sendiri heran, Master of Puppets yang kala itu jelas begitu terdengar brutal seperti diterima oleh semua telinga. Ada unsur garang, gempita sampai masuk kategori merdu buat saya.
Master of Puppets yang juga nama dari album ketiga Metallica, rilis pada 1986. Siapapun susah membuat argumen untuk tak mengakui album inilah ikon klasik bagi para penggemar musik metal di seluruh jagad. Jelas, sebab kualitas karya dan tingkat musikalitas yang dihasilkan saja sudah cukup untuk menjadikan album yang dilabeli bergenre heavy metal ini adalah yang terbaik sepanjang masa. Seperti gebugan drum yang sungguh dramatis.
Master of Puppets yang menjadi album terakhir sang basis Cliff Burton semakin melambung. Burton yang kemudian digantikan Jason Newstsed wafat dalam peristiwa kecelakaan bus rombongan Metallica ketika mereka tour promo album di bulan September 1986. Bus yang ditumpangi mendiang Cliff tergelincir di jalan bersalju yang licin di Swedia.
Pesan Bahaya Pemakaian Drugs
Album Master of Puppets pada dasarnya bertema tentang bahaya drugs yang bisa mengendalikan orang secara buruk. Seperti dikatakan Hetfield kepada majalah Rolling Stone: “instead of you controllling what you are taking and doing, it’s drugs controlling you“. Begitulah, drugs menjadi master, sementara para pecandu drugs adalah puppets yang hanya bergerak apabila ditarik tali-temalinya (strings).
Dibuka single ‘Battery’ terdengar syahdu petikan gitar akustik yang jernih dan pelan. Selama satu menit pendengar diajak menikmati alunan nada semi-klasik, sebelum langsung dibawa ber-head bang lewat suara distorsi dan gebukan drum.
Lirik “Battery” bercerita soal kemarahan, frustrasi yang membawa orang bertindak agresif. Rasanya cukup menggambarkan keonaran yang terjadi ketika grup ini tampil di Lebak Bulus, Jakarta, limabelas tahun lalu.Setelah “Battery,” nomor kedua adalah “Master of Puppets.”
Trio Hammet-Hetfield-Burton menampilkan permainan full-speed dengan harmoni yang tetap terjaga. Di belakang, Lars Ulrich menimpali dengan permainan yang menyajikan rovel-rovel tidak terduga setiap pergantian bar. Bagian paling tidak bisa dilupakan tentunya adalah empat bagian solo gitar. Tiga bagian dimainkan dalam tempo yang lebih pelan; Hammet dan Hetfield berduet dalam melodi yang terpaut satu oktaf, di antaranya Hetfield menyelingi dengan aksi solonya.
Sebelum Hammet memainkan aksi solo, lagu menjadi teatrikal ketika seolah-olah terjadi ’dialog’ antara sang puppet dan sang master.
Tempo sedikit diturunkan dalam track ketiga, ”The Thing that Should Not Be” dan track keempat yang agak melodius, “Welcome Home (Sanatorium).”
Bagi sebagian besar kritikus dan penggemar, Master of Puppets adalah album terbaik Metallica. Suatu hal yang sulit terbantahkan walau sering kali menjadi perdebatan. Di sepanjang sejarah Metallica, sejauh ini The Black Album (album self-titled/Metallica -Ed.) memang album terlaris raksasa heavy metal ini. Bahkan album rilisan tahun 1991 tersebut masuk dalam daftar 10 besar album rock terlaris sepanjang. Konten album Master Of Puppets yang dirilis 35 tahun silam, 3 Maret 1986 ini boleh dikatakan “sempurna” dari beberapa sudut pandang.
Musikalitas Lebih Penting Ketimbang Style
Dengan home base mereka di San Francisco, Metallica berawal merilis sepasang album yang menyebabkan gebrakan besar di scene metal underground, yakni album debut Kill ‘Em All (1983) dan album susulan Ride the Lightning (1984). Kedua album rilisan Megaforce Records tersebut mengekshibisi versi lebih cepat dari gaya NWOBHM (New Wave Of British Heavy Metal) seperti Motorhead, Judas Priest, Iron Maiden yang dilebur bersama gaya punk/hardcore awal 1980-an seperti Misfits, Dead Kennedys, Black Flag.
Metallica adalah salah satu band pionir yang cukup berani untuk menggabungkan kedua gaya tersebut menjadi satu. Metallica menunjukkan musikalitas jauh lebih penting daripada sekadar gaya berpakaian para musisi. Kala itu, gaya glam metal yang menguasai tangga lagu radio, MTV dan majalah rock/metal pada pertengahan 1980-an, memunculkan band-band yang reputasinya justru diselimuti dengan hal berbau kemewahan dan glamorisasi.
Materi album Master Of Puppets direkam di Sweet Silence Studio di Copenhagen, Denmark, dari September hingga Desember 1985. Metallica kembali mempercayakan produser Flemming Rasmussen setelah memproduseri Ride the Lightning secara memuaskan.
Master of Puppets menampilkan komposisi musik yang dinamis dengan aransemen yang padat. Metallica melakukan pendekatan dan performa yang lebih halus ketimbang dua album sebelumnya. Namun lagu-lagunya kini memiliki multi-layer dan lebih teknikal. Album ini dan pendahulunya, Ride the Lightning memiliki pola repertoar lagu yang serupa: kedua album tersebut dibuka oleh lagu bertempo cepat dengan intro gitar akustik, durasi lagu yang panjang, dan memiliki satu lagu semi-balada, ‘Welcome Home (Sanitarium)’ (seperti halnya ‘Fade to Black’ di album Ride the Lightning).
Meskipun kedua album tersebut memiliki struktur yang sama, musikalitas di Master of Puppets lebih kuat dan epik, dengan ritem yang lebih rapat dan solo gitar yang lebih halus. Master of Puppets memperkenalkan level baru yang berat dan kompleks dalam thrash metal, menampilkan lagu-lagu yang atmosferik dan dieksekusi dengan tepat dan tanpa cacat. Vokal James Hetfield pun menjadi matang. Gaya suara serak melodiusnya menjadi lebih dalam, terkendali, namun tetap agresif.
Master of Puppets hinggap di nomor 29 di tangga album Billboard 200 dan menerima pujian luas dari para kritikus, yang memuji musik dan lirik politiknya. Mahakarya legendaris ini dianggap sebagai salah satu album heavy metal terbesar dan paling berpengaruh sepanjang masa, dan dikreditkan karena telah mengkonsolidasikan scene thrash metal AS.
Master of Puppets juga meraih sertifikasi enam kali platinum oleh RIAA pada tahun 2003 untuk penjualan enam juta kopi album fisik di AS saja. Kemudian disertifikasi enam kali platinum oleh Music Canada (Kanada), enam kali platinum oleh British Phonographic Industry (Inggris), satu kali platinum oleh BVMI (Jerman), dan sertifikasi di negara-negara lainnya.
Angga Saputra
Pejuang Media & Demen Musik