Luka di tubuh tidak semua orang bisa merawatnya, jika salah dalam perawatannya, dapat berakibat fatal, atau memperburuk kondisi kesehatan seseorang.
Kang Mamat atau Mamat Setiawan, adalah salah satu sosok perawat di Banjarnegara yang telah berpuluh tahun menagabdikan jiwa raganya untuk merawat luka masyarakat Banjarnegara. Ia terbiasa berbuat dalam senyap, datangi rumah-rumah pasien, sering sekali di lokasi yang sulit dijangkau kendaraan, atau pelosok, waktu kunjungannya pun, sore hingga larut malam, taj jarang waktu libur bekerja pun ia gunakan ke rumah warga.
Pria ramah dan murah senyum ini mengaku, kegiatan rawat luka ini ia awali begitu lulus dari Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) tahun 1998 lalu, sekolah ini tahun tahun lalu moncer, dimana lulusan sekolah ini bisa bekerja di fasilitas kesehatan. Dengan bekal ijazah tersebut ia mendaftar di RS Islam Banjarnegara, yang dulu masih hanya ada tiga atau empat pasien saja per harinya.
Dengan bekal keilmuan yang dimiliki, masih sederhana memang, tapi diniatkan membantu masyarakat ia sering diminta tetangga kanan kiri untuk memulai membantu masyarakat yang mengalami luka. Tak terkecuali luka bekas operasi, yang memang butuh perawatan ekstra.
Tak puas dengan pendidikan yang ia miliki, perlahan jenjang pendidikan D3 hingga sarjana ia tempuh sambil terus bekerja di rumah sakit dan terus memberi layanan luka.
Sebagai pemberi pelayanan paripurna Kang Mamat ini memiliki ketertarikan lebih kepada perawatan luka. Dari sini ia mengenal seluk beluk masyarakat Banjarnegara dari ujung utara ke selatan, termasuk dari ujung barat hingga ujung timur Banjarnegara. Dahulu belum ada istilah Home Care, dan kini home care atau perawatan di rumah semakin dikenal masyarakat.
Soal bayaran, ada yang menarik ketika di tengah masyarakat, ia tak pernah mematok biaya untuk jasa yang diberikan. Bahkan yang sering ia trmui justru dirinya sampai memberi ‘tinggalan’ uang untuk yang sakit dan keluarganya. “Sering saya ke rumah warga, ternyata kondisinya sangat memprihatinkan, bagaimana mau menerima upah, sering malah saya justru yang ‘ninggali’ sejumlah uang untuk kebutuhan sehari hari. Sedngkan perawatan terus saya lakukan,” kata suami Elis Susanti ini.
Di masyarakat Banjarnegara sampai saat ini masih banyak salah dalam perawatan luka. Tak jarang ia temui luka yang seharusnya bersih justru di tempeli tumbukan dedaunan yang dikhawatirkan menimbulkan infeksi. Jika menemui seperti ini, ia tak lantas menentang tersebut, karena itu termasuk kearifan lokal. Ia pun memeiliki tanggung jawab memberikan edukasi kepada masyarakat. “Meskipun itu salah, saya memberikan edukasi secara perlahan. Secara bertahap,” sebut ayah dari Lita dan Aska ini.
Beberapa pengalaman yang membekas ia ceritakan, diantaranya mendapati pasien yang paling parah adalah pasien yang memiliki penyakit kelanjar getah bening di leher. “Saya sempat merawat pasien dengan riwayat kelenjar getah bening di leher, berlubang lehernya, hingga terlihat jalur nafas, jalur makanan, pembuluh darah venanya. Itu yang paling parah, selain penyakit lainnya. Saya rawat sampai paripurna, paripurna bukan hanya sembuh, meninggal dunia juga kategori paripurna,” kenangnya.
Ternyata kebiasaan baik ini ia tularkan kepada teman temannya, beberapa tahun lalu tim home care ia bentuk, untuk pasien setelah operasi di RS Islam Banjarnegara. Bersama timnya yang berjumlah 30 orang, ia terus membantu masyarakat di kabupaten berjargin Gilar-Gilar ini. “Sekarang saya tidak sendirian, beberapa tahun lalu teman teman sejawat bareng membuat tim home care, sekarang jumlahnya sudah mencapai 30 an orang,” sebut Kang Mamat yang home care menggunakan honda win 100 kesayangannya.
Pria yang memiliki hobi trabas dan bermusik ini mengaku, akan terus berbuat baik hingga senja menjelang, hingga tangan dan kakinya tak mampu lagi bergerak. dr Agus Ujianto, atasan di tempat Kang Mamat bekerja mengapresiasi apa yang dilakukannya. Surgical Adventure sebagai bukti kerjasama dan kolaborasi yang dilakukan dr Agus dan Kang Mamat saat blusukan membantu masyarakat Banjarnegara, terutama bagi warga yang jauh dari fasilitas kesehatan.
“Ini bentuk pengabdian kepada Banjarnegara tercinta dari garda terdepan kesehatan masyarakat. Saya mengapresiasi langkah paramedis seperti ini, saya juga berharap di Banjarnegara akan terus tumbuh sosok yang mengabdikan diri secara totalitas,” kata Agus yang juga Ketua IDI Banjarnegara.
Nugroho P