Perubahan menjadi hantu bagi para pengelola olahraga di hampir daerah di seluruh tanah air. Beberapa hari terakhir, publik juga disuguhi tontonan yang tak layak ketika wadah olahraga resmi bernama Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Banyumas urung menjalankan suksesi kepemimpinan. Ada apa?
Dari jauh saya mangamati. Juga sebagai warga masyarakat punya hak mengkritisi atas apa yang sedang terjadi. Secara garis besar, keributan dalan pelaksanaan teknis pemilihan Ketua KONI Banyumas menunjukkan bahwa mereka -para pengurus- tidak memiliki kredibilitas. Itu mereka tunjukkan sendiri dengan membuat aturan dalam pemilihan calon ketua umum yang terindikasi sudah dibuat skenario supaya siapa saja di luar pengurus KONI Banyumas akan sulit ikut berkompetisi. Sehingga sangat miris tatkala mendapati seorang calon ketua umum sampai melayangkan protes kepada jajaran eksekutif. Baik Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwusata (Dinporabudpar) bahkan sampai Bupati.
Pencapaian prestasi adalah sasaran antara kenyamanan jadi prioritas. Bagi pemerintah, olahraga juga bukan lagi menjadi sektor penting sehingga hanya diurus sambil lalu, ini fakta. Meskipun anggaran yang telah digelontorkan kepada KONI dari APBD Banyumas senilai 36 miliar menjadi rekor terbesar selama 35 tahun. Tapi tidak lantas dijadikan ukuran bahwa pemerintah benar-benar peduli.
Ada aroma politis, semua tahu. Dan menjadi nestapa apabila transaksi politik biasanya hanya berakhir pada laporan pertanggungjawaban, bukan prestasi. Bahwa KONI Banyumas harus menjalin interaksi dengan pemerintah, itu menjadi bagian dari strategi untuk bisa memperoleh dukungan anggaran agar lokomotif berlari kencang. Tapi keterlibatan bupati yang begitu jauh mengarahkan para punggawa utamanya yaitu para kepala dinas, sudah tidak relevan. Stop. Sudahi cara-cara itu. Bila ingin olahraga Banyumas maju dengan sarat prestasi yang tinggi, pemerintah atau bahkan bupati sendiri tidak usah ikut campur.
Fakta Banyumas dalam torehan prestasi menurun ketika alokasi anggaran naik sudah tak lagi mencerminkan Banyumas sebagai daerah penghasil atlit terbaik untuk tingkat regional hingga nasional. Saling klaim jika sukses, lempar tanggung jawab jika gagal, serta saling tuding jika ada kesalahan, jangan pernah terjadi atas nama keinginan untuk mewujudkan Banyumas maju berprestasi.
Solusi atas karut marut KONI Banyumas harus segera diatasi. Bentuklah panitia baru yang independen, dari luar kepengurusan KONI Banyumas. Ada pengurus KONI di tingkatan provinsi yang punya kapabilitas sebagai penyelenggara. Untuk sementara sembari dibenahi, tunjuklah pimpinan sebagai pelaksana tugas sebelum terbentuk kepengurusan baru yang memang benar-benar ‘baru’ dengan semangat baru.
Suherman
Pengamat Kebijakan, Mantan Ketua IMI, Ketua Perbakin dan Ketua Umum Persibas (2004-2009)