Mbok Talem (61) harus hidup sebatang kara dan tanpa kehangatan keluarga yang menemani. Bahkan, rumah tempat tinggalnya yang telah ditinggalinya selama 20 tahun itu sangat memprihatikan, jauh dari kata layak untuk dijadikan sebagai tempat tinggal.
Mbok Talem sebenarnya tidak hidup di pelosok. Dia menempati rumah beralaskan tanah yang sebenarnya juga tak jauh dari sekitar komplek rumah warga lain di Desa Cilongok Kecamatan Cilongok, tepatnya di Grumbul Dalawangi. Hanya saja, ketika harus hidup sebatang kara, Mbok Talem akhirnya kerepotan dalam menjalani hari-harinya. Bahkan, untuk makan sehari-hari Mbok Talem hanya bergantung pada belas kasihan para tetangga meski jauh letaknya dengannya. Satu hingga dua warga sekitar memberi sepiring makanan pada wanita paruh baya ini.
Dengan kondisi rumah beralaskan tanah, dinding anyaman bambu dengan sedikit variasi kayu yang sudah lapuk, belakangan ini membuatnya khawatir karena cuaca sedang tidak menentu. Ketika hujan deras yang kadang disertai angin lebat, Mbok Talem harus berjuang mengatasi gemercik air dari bocoran atap rumahnya. Jangankan bisa tidur nyenyak, tempat tidurnya yang berpindah tempat karena terkena rembesan air dari atap rumah saat hujan, masih saja basah kuyup karena tempat lain juga bocor. Pada beberapa sisi rumah Mbok Talem, nampak jelas huniannya sudah tidak layak untuk dijadikan sebagai rumah bagi wanita usia lanjut ini.
Mbok Talem mengatakan ketakutannya jika suatu saat rumah yang selama ini ditinggali tersebut dapat roboh sewaktu-waktu lantaran termakan usia dan rapuh.
“Ya saya takut roboh, kalau musim hujan pasti ada angin, dan kalau hujan akhirnya tak bisa tidur,” kata Mbok Talem.
Purwoko (55), pembina Karang Taruna Desa Cilongok mengungkapkan, kondisi rumah Mbok Talem sangat memprihatikan karena rumah yang tidak layak huni ditempati seorang diri nenek tua yang seharusnya mendapatkan bantuan dari pemerintah ataupun para dermawan.
“Kami sedang berupaya mencari bantuan, dari mana saja ketika saya sendiri tidak merasakan kehadiran negara,” kata Purwoko.