Robert Johnson mengklaim telah menjual jiwanya kepada iblis, tetapi tidak jelas kalau ia sungguh-sungguh dengan pernyataannya. Banyak info tentang bagaimana dan kapan detail kisah perjanjian itu. Semua bukti yang dipublikasikan, termasuk bab penuh mengenai di bagian biografi “Crossroads: The Life and Afterlife of Blues Legend Robert Johnson” karya Tom Graves, tetap menjadi misteri yang tak terungkap.
Antara Mitos dan Legenda
Menurut legenda, Robert Johnson berjalan di pinggiran sungai Mississipi pada tengah malam. Saat melewati sebuah jalur jalan (crossroad –red) dia bertemu seorang bertubuh tinggi besar dan hitam yang ternyata adalah iblis. Kemudian iblis ini mengambil gitar milik Johnson, menyetemnya lalu memainkan sebuah lagu. Lagu ini benar-benar menggetarkan jiwa Johnson, sang iblis menyadari ketertarikan Johnson sehingga dia menawarkan kemampuan bermain gitarnya dengan ketidakseimbangan Johnson harus menyerahkan jiwanya nanti saat sudah meninggal. Johnson setuju dan dia meninggalkan jalan itu untuk kemudian mengguncang dunia rock dan blues. Masih belum jelas apakah legenda itu benar atau hanya sekedar dongeng sebelum tidur antar kalangan musisi ‘jadul’, soalnya riwayat hidup Robert Johnson benar-benar miskin dokumentasi. Selain nggak banyak yang bisa diceritakan dari dia, gitaris ini meninggal di usia 27 tahun. Tapi legenda ini terus dikembangkan dari waktu ke waktu.
Sutradara Martin Scorsese dengan jitu meringkaskan keberadaan Robert Johnson dalam pengantarnya untuk skenario film berjudul Love in Vain: A Vision of Robert Johnson. Katanya, ”Hal ihwal tentang Robert Johnson adalah bahwa dia hanya ada di dalam rekaman. Dia legenda sejati. ” Lebih dari itu dia adalah misteri. Sedikit yang mengingatnya. Alex Lomax, musikolog yang mendokumentasikan musik-musik rakyat, melihat dari Muddy Waters pada 1941 bahwa Johnson pernah bermain di Clarksdale, Mississippi. Hampir 20 tahun kemudian Samuel Charters hanya bisa menambahkan bahwa Will Shade dari Memphis Jug Band mengingat Johnson pernah bermain bersama di West Memphis, Arkansas. Peneliti blues Mack McCormick telah meriset kehidupan awal Johnson, tapi tak pernah mempublikasikan hasilnya.
Robert Johnson tak pernah menikmati ketenarannya. Seorang suami yang cemburu menaruh racun di gelas wiskey-nya pada suatu malam di sebuah Juke Joint di Greenwood, Mississippi. Dia meninggal beberapa hari kemudian, pada 16 Agustus 1938, di usia 27 tahun. Mungkinkah si iblis menagih janjinya? Nggak ada yang tahu, pastinya misteri tak pernah meninggalkan Johnson, nisan yang menandakan makamnya ada di tiga tempat. Mungkin dia tahu bahwa dia akan pernah bisa beristirahat dengan tenang.
Kisah rakyat seputar tawar-menawar dengan Iblis telah lama ada di Afrika Amerika dan tradisi Eropa, dan diadaptasi ke dalam sastra oleh Washington Irving dalam “The Devil dan Tom Walker” pada tahun 1824, dan oleh Stephen Vincent Benet dalam “Iblis dan Daniel Webster” pada tahun 1936. Pada tahun 1930-an Harry Middleton Hyatt mencatat banyak cerita tentang pemain banjo, fiddlers, kartu benda tajam, dan dadu hiu yang menjual jiwa mereka di jalan raya, bersama dengan gitaris dan satu accordionist.
Kehidupan dan Karier
Robert Leroy Johnson lahir pada 8 Mei 1911 di Hazlehurst, Mississipi dari pasangan Julia Major Dodds dan Noah Johnson. Perjalanan musik Johnson diawali sebagai musisi yang kariernya naik turun. Pengaruh besar dari musik blues seperti Blind Lemon Jefferson, Son House, dan Lonnie Johnson akhirnya menjadikan Johnson sebagai seorang musisi Amerika yang paling tersohor dari kalangan musisi Delta Blues. Gaya Robert Johnson sendiri hampir mempengaruhi seluruh musisi musik blues dan rock tahun 1960-an, termasuk Muddy Waters, Led Zeppelin, Bob Dylan, The Rolling Stones, Jonny Winter, Jeff Beck dan Eric Clapton. Bahkan Clapton disebut sebagai penyanyi blues terpenting yang pernah hidup. Dan banyak menganggapnya sebagai Grandfather of rock n ‘roll. Untuk kategori “pengaruh awal” Johnson merupakan salah satu musisi pertama yang masuk Rock and Roll Hall of Fame pada tahun 1986. Johnson juga berada di peringkat kelima dari 100 Greatest Guitarisst of All Time versi majalah Rolling Stones. Sebagai penghormatan atas kontribusi Johnson, pada tahun 1998 Peter Green merekam Buku Nyanyian Robert Johnson, sebuah album yang berisi versi cover lagu-lagu Robert Johnson.
Selama hidupnya, Robert Johnson telah merekam 32 lagu. Meski sebuah rumor menyebutkan masih ada lagu-lagu sakral yang belum ditemukan. Permainan akustik blues dengan teknik petikan jari dan bottleneck dengan berbagai variasi penyeteman gitar, kebanyakan barkaitan dengan seteman G terbuka, sangat identik dengan Johnson. Sering memainkan lick-lick secara berbarengan dengan vokalnya. Hit terbesar dalam hidupnya adalah “Terraplane Blues” tapi riff dan permainan yang paling berbahaya yang tentu saja pada lagu “Crossroad Blues”. Dia memiliki timing yang luar biasa. Tak ada yang bisa menyamai cara mengubah panjang bar agar sesuai dengan apa yang ada dihatinya. Warisan terbesar yang diwariskan Johnson tiada lain adalah rekaman yang dia lakukan di kamar Gunter Hotel di San Antonio, Texas, pada November 1936,
(Dimuat di majalah Loud edisi Februari 2010)