Taman Arca, Museum Nasional Indonesia, menjadi saksi perayaan keanggunan dan diplomasi budaya dalam Peringatan Hari Kebaya Nasional 2025 bertajuk “Kebaya Bercerita”. Acara ini digelar oleh Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) bersama Himpunan Ratna Busana dan Kementerian Kebudayaan RI, menghadirkan kebaya sebagai simbol warisan budaya, pemberdayaan perempuan, dan inklusi lintas generasi.
Sebagai federasi organisasi perempuan tertua dan terbesar di Indonesia, KOWANI menaungi 129 organisasi anggota dan konsisten memperjuangkan isu-isu strategis seperti pendidikan, kesehatan, pelestarian budaya, dan diplomasi internasional. Tahun ini, perayaan digelar atas inisiatif KOWANI dan Himpunan Ratna Busana, berkolaborasi dengan Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kebudayaan, Sarinah, Kompas Gramedia, Mustika Ratu, Yayasan Puteri Indonesia, komunitas pengusung kebaya ke UNESCO, serta Perhimpunan Kebayaku.
Acara ini juga mendapat dukungan dari para Ketua Umum organisasi anggota KOWANI dan dihadiri oleh para Duta Besar negara-negara Asia Tenggara yang turut mengusung kebaya sebagai Warisan Budaya Takbenda ke UNESCO.
Sejak pukul 18.30 WIB, para tamu disambut dengan pameran koleksi kebaya pribadi Presiden ke-5 RI dan para Ibu Negara dari masa ke masa di Ruang Rotunda, diiringi musik instrumental yang elegan. Glory Oyong, Corporate Communications Director Kompas Gramedia, memandu jalannya acara dengan penuh khidmat.
Acara dibuka dengan pemutaran video “Kebaya Bercerita”, dilanjutkan doa lintas agama dan sambutan Ketua Umum KOWANI, Ny. Nannie Hadi Tjahjanto, S.H., yang menegaskan bahwa kebaya adalah jati diri bangsa yang harus dijaga dan diwariskan lintas generasi.
Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kebaya telah resmi diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia oleh UNESCO pada sesi ke-19 Komite Antar-Pemerintah di Asunción, Paraguay, 4 Desember 2024. Pengakuan ini merupakan hasil kerja sama antara Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand, menjadikan kebaya sebagai simbol persatuan budaya Asia Tenggara.
Turut hadir Ibu Titiek Soeharto, Ketua Umum Himpunan Ratna Busana sekaligus penginisiasi acara, yang mengenang almarhumah Ibu Tien Soeharto sebagai ikon pelestari kebaya Indonesia.
Salah satu momen paling menyentuh adalah monolog “Perempuan Berkebaya” oleh Jessica Purboyo, diiringi dokumenter yang menggambarkan perjuangan perempuan Indonesia dalam mengangkat martabat bangsa melalui kebaya.
Puncak acara ditandai dengan penganugerahan Ikon Pelestari Kebaya kepada tujuh tokoh perempuan Indonesia:
– Prof. Dr. (H.C.) Megawati Soekarnoputri
– Fatmawati Soekarno
– Siti Hartinah Soeharto (Tien Soeharto)
– Hasri Ainun Habibie
– Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid
– Kristiani Herawati Yudhoyono (Ibu Ani
Yudhoyono)
– Iriana Joko Widodo
Penghargaan diserahkan oleh Ibu Silvi Gibran Rakabuming, Pendamping Wakil Presiden RI sekaligus Penasehat KOWANI, didampingi Ketua Umum KOWANI dan Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kebudayaan, Ibu Grace Fadli Zon.
Sebagai penutup, Parade Kebaya & Sanggul Nusantara Lintas Generasi memukau hadirin. Menampilkan KOWANI Muda dari Yayasan Puteri Indonesia dan komunitas pencinta sanggul, parade ini menghadirkan kebaya dan sanggul khas dari 38 provinsi, menegaskan semangat Bhinneka Tunggal Ika dalam bingkai NKRI.
Perayaan ini tidak hanya memperingati Hari Kebaya Nasional ke-2, tetapi juga menjadi bagian dari rangkaian HUT Kemerdekaan RI ke-80, menyongsong 100 Tahun KOWANI pada 2028, serta menjadi tonggak penting dalam mempersiapkan generasi penerus menuju Indonesia Emas 2045. (Angga Saputra)