Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut parpolnya sebulan sebelum pencoblosan Pemilu 2024 pada 14 Februari menargetkan perolehan suara sekitar 21 sampai 24 persen.
“Capaian di tingkat nasional itu antara 21 sampai 24 persen,” kata Hasto dalam wawancara yang ditayangkan di YouTube akun Liputan6, dikutip pada Minggu (17/3).
Namun, peraih doktoral dari Universitas Pertahanan (Unhan) itu merasa tersentak dengan perolehan suara PDI Perjuangan berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count untuk pemilu 2024 yang berkisar 17 persen.
“Tentu saja kami kaget ketika hasil dari quick count itu 17 persen,” ungkap Hasto.
Pria kelahiran Yogyakarta itu menyebut PDI Perjuangan melakukan penelitian terhadap menurunnya suara partai.
Hasilnya, kata dia, penurunan suara diawali dari kerusakan demokrasi yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui penyalahgunaan kekuasaan.
“Setelah kemudian kami melakukan suatu telaah di lapangan, ini tidak lagi, patut diduga memang terjadi sesuatu kerusakan demokrasi yang diawali dengan abuse of power dari Presiden Jokowi,” ujar Hasto.
Dia mengatakan kerusakan demokrasi dilakukan dengan munculnya praktik intimidasi terhadap kader PDI Perjuangan di berbagai tingkatan.
Termasuk, kata Hasto, intimidasi diterima oleh anggota legislatif petahana dan para kepala daerah dari PDIP.
“Kemudian pada saat bersamaan digunakan instrumen negara dan sumber-sumber daya negara inilah yang kemudian mengubah peta politik, sehingga akhirnya itu adalah seperti itu perolehan suara PDIP,” ujar alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Hasto mengatakan kerusakan demokrasi tidak hanya berupa intimidasi, melainkan operasi yang disebut dari hulu ke hilir.
Dia mengatakan operasi memang ditujukan untuk menggembosi suara paslon nomor urut tiga Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Hanya saja, kata Hasto, operasi penggembosan Ganjar-Mahfud pada praktiknya mempengaruhi pula suara PDI Perjuangan pada Pemilu 2024.
Adapun, kata dia, operasi penggembosan dengan memakai politik bansos yang menurut survei Litbang Kompas bisa mempengaruhi pilihan rakyat pada pemilu.
“Jadi, di lapangan PDI Perjuangan juga mengalami suatu tekanan yang sama,” kata pria yang hobi mendaki gunung itu. (/jpnn)