FOKUS– Calon Bupati Banyumas Drs H Sadewo Tri Lastiono MM menyatakan komitmennya untuk terus mendorong kemajuan Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) di wilayah Kabupaten Banyumas. Hal itu disampaikan Sadewo ketika hadir dalam acara nonton bareng pertandingan sepakbola antara Indonesia Vs Bahrain di Cafe Bumdes Kalisari Kecamatan Cilongok, Kamis (10/10/2024) malam.
“Komitmen kami salah satunya yaitu terus mendorong kemajuan ekonomi bagi masyarakat melalui pemberdayaan UMKM termasuk bagi para perajin tahu di Kalisari melalui permodalan yang diberikan dalam bentuk kredit lunak tanpa jaminan,” kata calon bupati yang berpasangan dengan Dwi Asih Lintarti sebagai Cawabup.
Sadewo mengatakan, program ini diharapkan mampu meringankan beban ekonomi masyarakat khususnya bagi para perajin tahu di Desa Kalisari yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses permodalan.
Sadewo juga menyampaikan terkait persoalan pupuk yang menjadi problema bagi para petani. Menurutnya, persoalan pupuk itu masalah nasional, ada subsidi dari APBN dan ketika masih kekurangan maka nantinya bisa ditopang melalui APBD. Sadewo juga menyadari terkait fenomena harga pupuk yang mahal tetapi kemudian hasil dari panen petani dijual dengan harga yang murah.
“Ini juga sudah saya pikirkan dan dituangkan dalam salah satu program saya yang dinamai resi gudang. Jadi nantinya semua hasil pertanian baik itu beras atau jagung dibeli Perusda dengan harga yang wajar. Selanjutnya hasil dari para petani yang telah ditampung oleh Perusda akan diwajibkan untuk dibeli oleh para pegawai di lingkungan Pemkab Banyumas sehingga diharapkan akan terjadi kestabilan harga. Kami juga sudah menyampaikan hal ini kepada asosiasi perberasan di Banyumas,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, salah satu warga yang mewakili anak muda, Harianto, menyampaikan keinginan agar jika nanti Sadewo terpilih sebagai bupati Banyumas, dirinya juga memperhatikan nasib anak-anak muda.
“Kami para pemuda juga ingin diperhatikan dengan adanya program pemberdayaan baik dalam sektor pertanian, perkebunan maupun bidang usaha lain. Khususnya untuk sektor pertanian, saat ini banyak anak muda yang tidak mau terjun dalam bidang pertanian karena berbagai alasan. Kami tentu tidak ingin nantinya lahan pertanian berubah tidak lagi produktif yang menjadikan bahan pangan naik,” ungkapnya.
Menanggapi hal itu, Sadewo mengatakan pemberdayaan untuk generasi muda juga salah satu concern dirinya. Kata Sadewo, untuk anak-anak muda sebenarnya daerah punya banyak program pelatihan. Meski begitu, persoalan yang kerapkali terjadi adalah setelah pelatihan, anak-anak muda terkendala pada masalah permodalan.
“Permodalan memang menjadi masalah utama setelah pelatihan, tapi untuk sektor permodalan ini diharapkan juga jangan terus mengandalkan dari bantuan terus tetapi bagaimana setelah mengikuti pelatihan, anak-anak muda juga bisa mengembangkan diri masing-masing,” kata Sadewo. (Angga Saputra)