Melon merupakan tanaman periode tahunan hangat. Itulah kenapa dia lebih suka hidup di daerah hangat, tak bertoleransi dengan embun beku demi tumbuh dengan baik. Meski bukan negara penghasil melon, sejumlah petani muda asal Desa Cilongok Kecamatan Cilongok, Banyumas, optimis mereka akan berhasil mengembangkan tanaman melon di lingkungan mereka. Kehadiran saudara satu kampung sebagai ahli nutrisi tanaman mempertebal keyakinan mereka jika Melon akan menjadi masa depan yang cerah.
Sigit menghitung keuntungan setelah seluruh hasil panen perdana melon tak tersisa di gubung yang ia jadikan sebagai markas besarnya. Bibirnya lebih sering tersungging. Duduk bersila di gubug yang berfungsi ganda, sebagai kantor sekaligus tempat pengawasan lahan, dia dikelilingi empat pemuda lain yang sebaya, usia sekitar 35 Tahun.
“Alhamdulillah, total netto keuntungan perdana ini melebihi dari target kita. Semua sudah terbayarkan, dari tenaga pemetik sampai akomodasi. Dalam hitungan, kita untung Rp 8.756.000 kawan-kawan,” pernyataan Sigit langsung disambut kompak oleh semua kawan yang bersamanya. “Alhamdulillah…..”
Sigit berpesan, sebelum bagi hasil dari panen perdana-nya, dia akan lebih dulu meminta izin melaporkan ihwal laporan keuangan kepada Anton Supriyanto. Sang juragan, juga mentor bagi Sigit dan kawan-kawannnya yang akhirnya bisa berhasil menanam melon sampai panen.
Total hasil panen dengan memanfaatkan lahan sekitar 1000 meter persegi, sebanyak 1,5 Ton. Bahkan, hasil panen perdana itu pun bagi Anton di luar ekspektasinya. Karena baru kali ini dirinya mencoba menanam dengan jumlah yang cukup banyak di lahan bebas, bukan menggunakan bangunan modern seperti yang lain dalam sistem tanam hydroponik.
“Kalau sudah berhasil seperti sekarang, Insya Alloh urusan kawan-kawan dalam menangani hama sudah sangat baik. Bukan saja untuk melon, berlaku untuk tanaman lain apalagi kalau mau membandingkan, melon ini kategori susah,” kata Anton.
Anton lebih dari sekadar puas akan hasil panen perdana melon petani muda Desa Cilongok. Karena, khusus di lahan bebas milik pemertah desa yang disewa oleh Sigit dan kawan-kawan lainnya, Anton merasa dirinya hampir melepaskan prosespengelolaan kepada rekan-rekannya.
“Karena kebetulan memang waktu yang susah. Tapi kawan-kawan memang serius, kerja keras dan telaten dalam menjalani proses,” kata Anton, yang memang kini sangat jarang berada di desanya ketika sebagai konsutan perusahaan pertanian, dia harus keliling dari Lembang hingga Pulai Bali.
Saat ini, melon ditanam di hampir semua daerah tropis dan subtropis. Cina adalah produsen melon terbesar. Turki dan negara-negara di sekitar Mediterania juga merupakan negara penghasil melon. Nah, melon yang ditanam oleh petani muda Desa Cilongok adalah jenis melon asal Korea yang termasuk berkualitas bagus. Harga per buah di super market dibanderol hingga Rp 90.000/buah. Mereka menjual harga netto per buah hanya Rp 30.000-35.000.
Melon punya banyak jenis. Melon merupakan buah dengan varietas bergading serta punya warna kulit
beragam, dari oranye, kuning, putih, dan hijau. Sedangkan bentuk buah relatif sama, bundar berbentuk oval atau mentimun.
Memanen melon ketika menanam dari benih membutuhkan rata-rata 100 hingga 130 hari. Sebagian besar varietas siap dipanen 78-90 hari setelah tanam. Melon sudah bisa dipanen apabila batang dari buahnya dengan mudah bisa dipetik.
Harapan Baru di Tengah Dampak Wabah
Anton, Si Ahli Nutrisi begitu bangga ketika cita-cita dirinya pulang kampung usai menolak berbagai tawaran perusahaan pertanian dalam dan luar negeri, untuk berbagi ilmu setidaknya mulai tampak berbuah hasil. Meski usai panen perdana belum dilanjutkan kembali secara kontinue, Anton berpikir bahwa itu hanya karena persoalan waktu.
“Karena waktu serta mengorganisir kegiatan maupun hal lain sehingga untuk dijalankan secara kontinyu hanya tertunda saja,” kata Anton yang saat ini dirinya juga harus bolak-balik dari ujung kulon hingga timur pulau Jawa meninjau lahan pertanian yang menggunakan jasanya sebagai konsultan.
Anton yang berniat terus menggandeng generasi muda dimulai dari desanya untuk bertani, memang sedang mencari pola yang tepat agar rencananya terwujud cepat. Anton yakin, inovasi seiring perkembangan zamab, akan mampu mengubah nasib petani Indonesia yang selama ini masih mayoritas menganut pola pertanian tradisional.
“Bukan hal mudah untuk merubah paradigma bahwa petani merupakan profesi yang keren, yang juga mampu menghasilkan nafkah lebih untuk mensejahterakan keluarga,” kata Anton yang juga diminta untuk mendirikan lahan pertanian modern di sejumlah titik di Jakarta.
Anton mengungkapkan, sebenarnya pemerintah telah berupaya menarik minta generasi muda terjun ke dunia pertanian dan mendekatkan konsep petani dengan kewirausahaan. Kementerian Pertanian (Kementan) juga telag menata ulang konsep petani melalui agripreneur.
“Melalui konsep ini petani dirancang untuk tidak hanya hanya menjadi petani buruh, tapi menjadi pemilik usaha tani. Petani muda seperti kita harus bisa menguasai dari aspek hulu hingga hilir, dari Produksi pengolahan hingga pemasaran,” kata Anton yang memperoleh ilmu nutrisi tanaman dari hasil belajar otodidak ketika selama 9 tahun bekerja di Bukit Kameron, Malaysia.
Anton menambahkan, wabah pandemi Covid-19 secara alami mengubah tatanan baru pada sektor pertanian, dan secara luas pada sektor ekonomi. “Tidak hanya jenis buah melon, semangka atau yang lain. Kami akan menggarap semua jenis, dan semoga dukungan dari kawan-kawan yang muda akan mampu menjadi nutrisi bagi saya dan rekan lain” katanya.