Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong koperasi petambak garam di Indramayu, Jawa Barat, meningkatkan daya jual produk yang dihasilkan dari produksi garam petambak lokal di daerah tersebut.
“Salah satu caranya dengan menyiapkan garam dalam bentuk kemasan agar bisa langsung dijual ke pasar,” kata Menteri Trenggono dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu (14/3/2021).
Diketahui, pada Minggu ini, Trenggono mengunjungi washing plant atau unit pengolahan garam di Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu.
Ia mengemukakan produksi garam di Kabupaten Indramayu mencapai 361 ribu ton pada 2020, namun penyerapannya belum menyeluruh, sebab garam yang dihasilkan kelompok petambak hanya dijual ke pabrik-pabrik untuk diolah lagi menjadi garam kemasan.
Alhasil setiap tahun ada garam yang tersimpan di gudang sebab pabrik juga memiliki keterbatasan dalam melakukan pengolahan.
Untuk produksi tahun lalu misalnya, masih ada sekitar 37.000 ton garam yang sampai sekarang tersimpan di gudang-gudang garam di Cirebon, Jawa Barat.
“Kalau begitu dikemas supaya bisa langsung dijual ke pasar, bukan hanya dijual ke pabrik,” ujar Menteri Trenggono.
Ketua Koperasi Garam Inti Rakyat (GIR) Sari Bobos Amin Muhaimin menjelaskan saat ini penjualan masih bergantung kebutuhan pabrik sebab perizinan untuk mendukung produksi garam kemasan sedang diurus, salah satunya izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Amin juga mengemukakan bahwa pihaknya membutuhkan pendampingan dari pemerintah agar garam kemasan yang diproduksi nantinya memiliki daya saing tinggi sehingga tidak kalah dengan garam-garam yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik besar. “Perizinan sedang diurus,” ujar Amin saat berdialog dengan Menteri Trenggono.
Sementara itu, washing plant di Kecamatan Krangkeng merupakan bantuan pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mendorong produktivitas garam lokal Indramayu.
Washing plant berdiri pada 2020 dan bagian dari program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Kapasitas produksi washing plant ini mencapai 20 ton per hari. Sedangkan harga garam yang dihasilkan mencapai Rp1.800 per kilogram.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Tb Haeru Rahayu mengatakan washing plant ini terbukti mendorong produktivitas pergaraman di Indramayu.
Menurut Tb Haeru, tadinya petambak mengeluhkan biaya produksi yang lebih tinggi dibanding harga jual garam. Namun, saat ini, mereka bisa mendapat keuntungan hingga Rp600 per kilogram garam yang dihasilkan. Selain itu, ujar dia, garam yang dihasilkan juga higienis karena prosesnya menggunakan teknologi.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono juga mendorong penjualan komoditas garam oleh petambak dapat memanfaatkan saluran digital seperti melalui sarana daring agar jangkauan pemasarannya lebih luas.[]