Cilacap Tengah – Sejumlah pedagang di Terminal Cilacap mulai resah dan was-was terhadap wacana larangan mudik tahun ini. Pasalnya dari pengalaman tahun lalu, para pedagang terminal libur hingga dua bulan lebih dan menganggur. Mereka pun mengaku hanya makan tidur sehingga tidak ada pemasukan.
Jepni (38) salah satu pedagang terminal Cilacap dari Kelurahan Gunung Simping Kecamatan Cilacap Tengah mengaku khawatir jika pemerintah kembali memberlakukan larangan mudik. Mengingat kondisi saat ini para pedagang yang menempati kios di dalam terminal alami penurunan omset sekitar 80 persen akibat terdampak Covid-19.
“Kalau secara resmi dari Dinas Perhubungan kita belum diberi surat edaran, tapi saya dengar-dengar dari teman di Jakarta katanya mau dilarang mudik. Ya kita jadi takut nganggur lagi kaya tahun lalu libur dua bulan setengah, saya tidak jualan, tidak ada pemasukan,” katanya.
Menurutnya, semenjak pandemi Covid-19, pendapatan menurun drastis, bahkan untuk pemenuhan kebutuhan harian ia harus mengambil dari uang simpanan keluarga.
“Saya kira lebaran ini dibuka, biar kita orang bawah, cari uang juga begini ya kan jadi ekonomi stabil lagi. Kalau begini terus ya kasihan orang seperti saya, kalau dilarang mudik ya penumpang tidak ada, warung sepi, pedagang yang disini limbung, pada bingung, pelanggan paling sopir dan penumpang,” ungkapnya.
Ibu dari tiga anak ini mengatakan, jika mudik di larang akan semakin berdampak terhadap penghasilannya, serta puluhan warung lain yang menempati kios terminal Cilacap. Ia berharap mudik tahun ini tidak dilarang, telebih kebutuhan ekonomi meningkat jelang lebaran dan kenaikan sekolah.
“Untuk larangan mudik sebenarnya tidak setuju, kita kebaratan, mau lebaran butuhnya banyak, apalagi ada kenaikan sekolah dan masuk sekolah,” ujarnya.
Sementara menurut Zaka Muhammad (22) pemuda asal Kota Semarang yang kini sedang menempuh pendidikan bahasa asing di Cilacap mengaku keberatan jika larangan mudik diberlakukan.
“Saya bolak-balik Semarang Cilacap paling tidak sebulan dua kali, karena saya sedang belajar bahasa Jepang di Sidareja. Saya keberatan jika mudik dilarang, apalagi kalau harus ada rapid antigen, keberatan,” ujarnya
Menurutnya, meski sering naik angkutan umum, ia tetap memperhatikan protokol kesehatan pencegahan Covid baik di terminal maupun di dalam angkutan umum.
“Kalau pergi saya selalu bawa hand sanitizer, masker, yang penting kita sehat, tapi kalu jadi mudik dilarang, saya ijin tidak sekolah dulu,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Terminal Tipe A Bangga Mbangun Desa Cilacap Hadi Suharto menyampaikan, pihaknya sudah mempersiapkan sarana prasarana penunjang arus mudik.
“Kita masih menunggu juklak dari pemerintah, pada intinya kita sudah siap untuk angkutan lebaran, karena agenda tahunan, kita fasilitasi terhadap para pemudik yang menggunakan transportasi kendaraan umum bus,” ujarnya.
Sedangkan untuk kesiapan protokol kesehatan, pihaknya akan lebih memperketat lagi pemeriksaannya, seperti cek suhu tubuh dan akan diadakan pendeteksi Covid dengan alat GeNose, sebagai persyaratan bagi penumpang perjalanan jauh.
“Di terminal Cilacap setiap hari ada 40 bus AKAP yang berangkat, namun ada penurunan jumlah penumpang. Sementara yang tercatat sekitar 300 penumpang setiap harinya, mungkin lebaran nanti berbeda bisa terlepas dari boleh tidaknya mudik nanti mungkin ada peningkatan,” ujarnya.