Riskal Arief
Peneliti Nusantara Centre
Kesehatan adalah hal yang sangat vital bagi manusia. Tanpa kesehatan, segala aspek kehidupan, baik fisik maupun mental, akan terganggu. Kesehatan bukan hanya soal tubuh yang bebas dari penyakit, tetapi juga kesejahteraan mental dan emosional yang menyertainya. Maka, kesehatan menjadi fondasi utama bagi individu untuk menjalani kehidupan yang produktif dan bahagia.
Di era modern ini, kesehatan telah menjadi komoditas politik dan ekonomi bagi kaum kapitalis. Sistem kesehatan sering kali diatur oleh kepentingan ekonomi, di mana akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas menjadi barang mewah yang tidak semua orang bisa nikmati. Tanpa kesehatan fisik, sulit bagi seseorang untuk mencapai kesehatan mental yang optimal. Hal ini menciptakan ketimpangan sosial yang semakin lebar.
Pelajaran dari Wabah Covid-19 dan Amanat UUD 1945
Wabah Covid-19 memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana kesehatan manusia dipolitisasi dan dimonetisasi. Di banyak negara, akses terhadap vaksin dan perawatan medis yang memadai ditentukan oleh kekuatan ekonomi dan politik. Pandemi ini memperlihatkan dengan jelas bagaimana kesehatan menjadi alat permainan dalam politik global, dengan negara-negara kuat memonopoli sumber daya kesehatan.
Berkaca dari pengalaman Covid, maka perang di masa depan bukan hanya tentang wilayah atau kekuasaan, tetapi juga mengenai kesehatan manusia. Dengan meningkatnya ancaman penyakit baru dan resistensi antibiotik, persaingan untuk menguasai sumber daya kesehatan akan semakin sengit. Negara-negara akan berjuang untuk memastikan warganya mendapatkan perlindungan terbaik terhadap ancaman kesehatan global.
Upaya memenangkan perang kesehatan harus segera dilakukan sebagai amanat UUD 1945. Konstitusi Indonesia mengamanatkan bahwa negara bertanggung jawab untuk melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, termasuk dalam hal kesehatan. Ini berarti pemerintah harus proaktif dalam mengembangkan dan melindungi sumber daya kesehatan yang ada di dalam negeri.
Peradaban Nusantara dan Jamu vs kimia
Peradaban Nusantara purba adalah peradaban jamu. Sejak zaman dahulu, Nusantara dikenal kaya akan rempah dan herbal yang digunakan sebagai obat tradisional. Jamu menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat, digunakan untuk menjaga kesehatan dan mengobati berbagai penyakit.
Penjajah asing kemudian merubah Nusantara menjadi konsumen bahan kimia atas nama saintifikasi. Dengan dalih modernisasi, praktik pengobatan tradisional mulai ditinggalkan dan digantikan oleh obat-obatan kimia yang dibawa oleh penjajah. Hal ini mengakibatkan hilangnya banyak pengetahuan tentang herbal dan rempah yang dimiliki oleh nenek moyang kita.
Akibatnya adalah semua yang berbau kimia dicap sebagai sains, sementara jamu dicap sebagai kontra sains. Doktrinasi ini berlangsung berabad lamanya dalam naungan politik kolonialisme, yang secara sistematis mengikis kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan tradisional. Akibatnya, Nusantara hanya dijadikan konsumen obat-obatan kimia saat ini, dengan ketergantungan yang tinggi terhadap produk-produk farmasi asing.
Saat ini, Nusantara hanya dijadikan konsumen obat-obatan kimia. Industri farmasi internasional mendominasi pasar kesehatan, mengabaikan potensi besar yang dimiliki oleh kekayaan herbal dan rempah lokal. Padahal, banyak penelitian menunjukkan bahwa obat-obatan tradisional seperti jamu memiliki khasiat yang tidak kalah dibandingkan dengan obat kimia.
Perbaikan Mindset dan Langkah Strategis
Kita harus memperbaiki mindset bahwa bidang kesehatan adalah war zone. Perang kesehatan ini tidak hanya melibatkan penyakit dan obat-obatan, tetapi juga persepsi dan kebijakan. Penting untuk melihat kesehatan sebagai bagian dari kedaulatan bangsa yang harus dipertahankan dan dikembangkan.
Langkah strategis yang harus dilakukan di antaranya adalah merumuskan ulang masalah, membentuk agensi-agensi perlawanan, dan memperbaiki kurikulum pendidikan tentang rempah dan herbal sedini mungkin. Pemerintah perlu mendukung penelitian dan pengembangan obat tradisional, serta memasukkan pengetahuan tentang herbal ke dalam kurikulum pendidikan sejak dini.
Mengembalikan Kejayaan Jamu
Mengembalikan kejayaan jamu sebagai warisan budaya dan kesehatan Nusantara adalah tugas kita bersama. Dengan memanfaatkan kekayaan alam dan pengetahuan tradisional yang kita miliki, kita dapat menciptakan sistem kesehatan yang lebih mandiri dan berkelanjutan. Ini bukan hanya tentang melestarikan warisan budaya, tetapi juga tentang memastikan bahwa kita memiliki sumber daya kesehatan yang kuat untuk menghadapi tantangan masa depan.(*)