Indiebanyumas.com – Betapa mudah orang sekarang menjadi pewarta. Tanpa harus kuliah atau sekolah khusus kejurnalistikan. Tanpa pula direpotkan dengan teknik grafis, teknik montase, dan teknik cetak.
Semua orang bisa menjadi wartawan. Ada momen, ada gadget, tinggal rekam, dan share di media sosial. Tak butuh teknik pengambilan gambar, cover both side, teori 5-w dan 1-h. Lupakan semua. Biarkan video pendek, berita, atau foto beredar liar di wall Facebook atau aneka grup di WhatsApp. Bebaskan orang menterjemahkan dan menularkan ke orang lain. Abaikan pula faktor psikologis pembaca.
Miris. Terakhir kecelakaan mobil yang dialami Vanessa Angel beserta keluarganya. Dengan mudah dan sangat kampungan, videonya beredar cepat. Abai norma-etika. Lupa rasa empati.
Dulu kami diajari tentang norma-etika dalam mewartakan sesuatu. Tetap menghormati jenazah korban kecelakaan maupun kejahatan. Di balik norma itu ada faktor psikologis pembaca. Belum tentu yang melihat gambar adalah orang dengan psikologi stabil dan dewasa.
Penuh kehati-hatian, karena di situ juga ada rasa. Rasa keluarga yang ditinggalkan. Arahkan ke empati, bagaimana kalau korban adalah anak, istri, orang tua, atau keluarga kita? Betapa keluarga sangat terpukul dan kehilangan. Ada trauma di sana.
Sehebat apa ketika kita membagikan berita itu? Toh orang lain juga mempunyai akses yang sama. Kalau pun kita mendapatkan dengan real time dan on the spot, apa yang kita dapat? Acungan jempol itu cukup dengan berhutang rasa kepada korban dan keluarganya?
Kemajuan teknologi tak sebanding dengan kecerdasan. Kemudahan informasi tak berimbang dengan kearifan tentang rasa.
Rangga Sujali