Setiap partai maupun Calon Legislatif (Caleg) dalam perhelatan Pemilu 2024 mendatang memiliki strategi masing-masing untuk meraih kemenangan. Cara yang lumrah dilakukan oleh mereka adalah dengan tahapan-tahapan mulai dari membangun popularitas hingga elektabilitas dengan pola berbeda satu sama lain.
Tapi, bagi Yanuar Arif Wibowo SH, Caleg PKS dari Dapil VIII Banyumas-Cilacap, cara mainstream itu tidak berlaku bagi dirinya. Sadar bahwa dia bukanlah orang asli dari Banyumas maupun Cilacap, Yanuar memilih cara untuk bisa bertemu langsung dengan warga masyarakat. Secara rutin, itu sudah dilakukan Yanuar selama kurun waktu kurang lebih 3 tahun, sejak dirinya tinggal di Banyumas 2022 lalu.
“Saya kelayaban di sini sudah 3 tahun, bertemu dengan siapa saja di tempat keramaian. Ternyata, banyak warga masyarakat yang belum mengenal PKS. Ini menjadi masalah, karena itu saya pun turun langsung bertemu dengan warga, sudah 51 kecamatan di dua kabupaten. Selain berkonsolidasi dengan pengurus saya juga membangun relawan,” kata politikus lulusan Fakultas Hukum UI ini.
Dari hasil kelayaban itu, kini Yanuar memiliki sedikitnya 7000 relawan baik yang berasal dari struktural partai maupun mereka yang belum terafiliasi dengan partai manapun.
“Saat ini relawan saya sudah 7000 lebih, mereka berasal dari campuran para pengurus maupun non pengurus. Kita sendiri antar sesama Caleg tidak ada pola atau sistem pembagian wilayah, karena kita kan masih kecil, tapi secara kebetulan kita tidak pernah berbenturan atau bersinggungan ketika sedang menggelar kegiatan tatap muka,” katanya.
Melalui relawannya, Yanuar yakin PKS akan mampu memperoleh minimal satu kursi untuk DPR RI. Apalagi jika menghitung perolehan suara pada Pemilu 2019 lalu dimana suara untuk DPRD di dua wilayah angkanya mencapai 120.000 suara meski di tingkat pusat (DPR RI) suara yang diperoleh hanya 80.0000.
“Ini menjadi pekerjaan rumah juga, kami telah melakukan diskusi dan evaluasi atas perbedaan suara antar daerah dengan pusat itu. Kami optimis adanya gap yang begitu besar itu bisa kita atasi karena setiap Caleg khususnya untuk pusat seluruhnya bekerja di lapangan,” ungkapnya.
Tantangan Terbesar di Dapil VIII Banyumas-Cilacap
Tantangan terbesar bagi Yanuar ketika terjun di palagan Dapil VIII Banyumas- Cilacap adalah budaya politik uang yang begitu kuat. Menurutnya, kedua daerah ini masih memiliki tradisi politik transaksional yang begitu kuat dibandingkan dengan beberapa wilayah lain. Yanuar menyebut, dirinya pernah terjun di wilayah Depok, Kepulauan Riau, dan sejumlah daerah lain.
“Tetapi budaya politik uang di Dapil Banyumas-Cilacap ini luar biasa. Ini sebenarnya menjadi tugas stakeholder, sayangnya mahasiswa yang ada di Purwokerto masih kurang memiliki andil dalam mengedukasi masyarakat karena mereka dalam momen seperti sekarang justru tidak berada di sini karena kebanyakan mahasiswa itu berasa dari luar daerah, ” ungkapnya.
Menurut Yanuar, masih tingginya budaya politik uang di Banyumas tidak terlepas dari peran para elit politik dalam mengedukasi masyarakat selama ini. Kebiasaan dengan melakukan praktek itu tidak pernah ada upaya untuk diubah sehingga masyarakat pun pada akhirnya mengikuti pola yang dipraktekkan oleh para elit politik.
“Di Banyumas dan Cilacap, untuk relawan saja, ini baru pertama saya mengalami setiap rapat harus ada uang transportasi. Memang, di daerah lain ada, tapi ya dalam bentuk lain.
Masyarakat itu tergantung bagaimana para elit merawat. Jadi ketika kami masuk, mereka agak sulit menerima PKS dengan pola yang kami terapkan . Karena yang mereka tahu, ketika sedang berbicara atau bergerak dalam rangka politik ya pola yang ada harus seperti itu, dengan uang,” kata Yanuar.
Yanuar menambahkan dirinya bertekad untuk tidak menggunakan cara-cara seperti yang sudah diterapkan selama ini kepada masyarakat. Baginya, hal ini memang buka perkara mudah, tapi Yanuar yakin ada cara lain untuk meretas praktek yang tidak baik tersebut.
“Saya ingin membongkar praktek-praktek seperti ini, sukar memang tetapi harus dilawan dengan cara lain. Ongkos politik dalam Pemilu memang ada, tapi saya berikan untuk relawan penggerak. Saya akan terus melakukan gerakan tatap muka, menguatkan ikatan emosional. Saya contohkan, dari 7000 relawan saya saja, mereka itu nyata tidak pernah bertemu langsung dengan caleg DPR RI, apalagi yang dulu yang sudah duduk di senayan, tidak pernah sekalipun bertemu. Itu juga terjadi pada masyarakat umum lainnya,” kata Yanuar menandaskan.
Angga Saputra