PURWOKERTO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas meluncurkan 26 Aksi Perubahan Kinerja Organisasi yang digagas oleh para peserta Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP) 2025. Inisiatif ini merupakan upaya strategis untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mendorong inovasi di lingkungan birokrasi. Acara peluncuran dilaksanakan pada Selasa (18/8/2025) di Smartroom Purwokerto, bekerja sama dengan BPSDMD Provinsi Jawa Tengah.
Acara peluncuran dihadiri oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Banyumas, Agus Nur Hadie, didampingi oleh Plt Asisten Administrasi Umum, Amrin Ma’ruf, serta sejumlah kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Inovasi sebagai Kebutuhan dan Keharusan
Dalam sambutannya, Sekda Agus Nur Hadie menekankan bahwa birokrasi saat ini dihadapkan pada tantangan besar, terutama dengan pesatnya perkembangan teknologi dan derasnya arus informasi. Menurutnya, inovasi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah kebutuhan dan keharusan agar birokrasi dapat memberikan pelayanan yang cepat, tepat, dan berkualitas.
“Inovasi tidak harus selalu berbentuk teknologi canggih. Inovasi dapat lahir dari cara berpikir baru, keberanian mengubah kebiasaan lama, serta langkah sederhana yang membawa manfaat besar bagi masyarakat,” tegas Agus.
Ia juga berharap 26 aksi perubahan yang diluncurkan tidak hanya berhenti sebagai konsep, tetapi benar-benar diimplementasikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, mempercepat alur kerja, dan menciptakan efisiensi.
Pentingnya Dukungan dan Keberlanjutan
Plt Asisten Administrasi Umum, Amrin Ma’ruf, dalam laporannya menyampaikan harapannya agar aksi perubahan ini tidak hanya menjadi tugas formal, tetapi juga meninggalkan jejak nyata dalam birokrasi Banyumas. Ia mendorong para peserta untuk mengadopsi pola “Amati, Tiru, Modifikasi” (ATM) agar inovasi dapat terus berlanjut dan diadopsi lintas perangkat daerah.
Dalam kesempatan yang sama, Sekda Agus Nur Hadie juga menyoroti pentingnya peran mentor dalam mendampingi para peserta. Ia mengingatkan bahwa inovasi adalah milik organisasi, bukan individu, sehingga tidak boleh hilang akibat mutasi.
“Mentor harus menjadi penguat sejak ide awal, bukan justru menghambat atau menjatuhkan,” ujarnya.
Pelatihan kepemimpinan pengawas tahun ini diikuti oleh 26 peserta yang berasal dari 13 dinas/badan, 3 rumah sakit, 4 kecamatan, dan 2 kelurahan. Agus optimistis bahwa melalui program ini, para peserta dapat menjadi aparatur yang lebih adaptif, kreatif, dan kolaboratif, serta siap menghadapi tantangan birokrasi di masa depan. (Angga Saputra)
