JAKARTA, suaramerdeka.com – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menegaskan visi pendidikan vokasi sebenarnya sederhana, yaitu memastikan integrasi antara pendidikan tinggi vokasi dan dunia kerja itu semakin erat.
“Kita ingin anak-anak kita langsung bekerja dari pembelajaran yang mereka alami di perguruan tinggi vokasi. Goal kita sangat jelas, agar mereka mendapatkan pekerjaan dengan di berbagai macam industri secepat mungkin dan dengan upah yang layak,” kata Mendikbudristek pada peluncuran Merdeka Belajar episode ke-11 “Kampus Merdeka Vokasi” pada Kamis (27/5).
Visi Kampus Merdeka Vokasi adalah terintegrasinya pendidikan tinggi vokasi dengan dunia kerja demi menghasilkan lulusan yang lebih kompeten, produktif, dan kompetitif, sehingga integrasi perguruan tinggi vokasi dengan dunia kerja dilaksanakan melalui link and match 8+i yang bukan sekadar nota kesepahaman saja.
Nadiem mengatakan program pendidikan vokasi fokus utama pada Dana Kompetitif Kampus Vokasi (Competitive Fund Vokasi) dan Dana Padanan Kampus Vokasi (Matching Fund Vokasi).Fokus pertama adalah penawaran dana kompetitif untuk pembukaan program SMK-D2 Jalur Cepat.
Program ini berbasis kerja sama antara SMK, dan kampus vokasi, dengan dunia kerja, untuk meningkatkan kualifikasi SDM yang terampil dan unggul dalam waktu yang lebih singkat. “Lebih hemat masa studi, hemat biaya juga. Jadi, efisiensi ini yang kita ingin tekankan,” kata Nadiem.
Syarat dalam program-program SMK-D2 Jalur Cepat, kata Nadiem, memiliki kemitraan dan kurikulum yang disusun bersama SMK-pendidikan tinggi vokasi-dunia kerja, memiliki pengembangan sistem rekognisi pembelajaran lampau (RPL) bagi lulusan SMK, serta telah menyusun instrumen pengusulan SMK-D2 Jalur Cepat.
“Untuk memastikan kurikulum SMK itu memang baik, maka perguruan tinggi vokasinya akan memastikan mereka terlibat sedari awal untuk menyusun dan membantu meng-upgrade kurikulum di SMK. Agar RPL ini sukses dan anak-anak ini mendapat prospek yang lebih tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang baik saat mereka lulus dari perguruan tinggi vokasi. Mereka dapat ijazah D2 bukan hanya mendapatkan sertifikasi kompetensi dari SMK saja,” jelas Mendikbudristek.
Dana Kompetitif
Menurut Nadiem dana kompetitif (competitive fund) Kampus Vokasi dapat digunakan untuk program peningkatan program studi (prodi) D3 menjadi Sarjana Terapan (D4). Program ini berupaya meningkatkan level program lebih tinggi, sehingga kualifikasi serta soft skills atau karakter siap kerja mahasiswa lebih sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
“Kita menambah kriteria di mana program diploma 3 existing bekerja sama dengan minimal 3 mitra dunia kerja untuk pengembangan kurikulum, pengajar/tenaga ahli, magang/praktikum. Jadi, kita menambah mitranya sebagai kondisi atau syarat untuk menerima bantuan dana kompetitif dari pemerintah,” ujar Nadiem.
Ketentuan lainnya, prodi D3 yang ditingkatkan memiliki akreditasi minimum B/baik sekali, telah menyusun instrumen pengusulan peningkatan Prodi D3 menjadi sarjana terapan, serta mendapatkan izin penyelenggaraan Sarjana Terapan (D4) dari Kemendikbudristek.
Sementara itu, Dana Padanan (matching fund) Kampus Vokasi dapat digunakan untuk pengembangan Pusat Unggulan Teknologi (PUT), hilirisasi produk riset terapan, dan startup kampus vokasi yang dibangun bersama dunia kerja.
Pengembangan Pusat Unggulan Teknologi (PUT) merupakan perwujudan pusat penelitian dan pengembangan dunia kerja, termasuk penguatan kurikulum di pendidikan tinggi vokasi. Sistem pendanaan yang diterapkan untuk pengembangan PUT adalah pendanaan 3 banding 1 secara cash atau in-kind.
“Pusat Unggulan Teknologi akan membantu memecahkan permasalahan di dunia kerja seperti mengembangkan inovasi teknologi dan mengembangkan produk maupun jasa di dunia kerja,” terang Nadiem.
Selanjutnya, hilirisasi produk riset terapan bertujuan untuk membuat semakin banyak produk penelitian terapan pada pendidikan tinggi vokasi yang membantu mengatasi masalah spesifik yang dihadapi masyarakat atau dunia kerja, ataupun yang bisa mulai dikomersialisasi. Sistem pendanaan untuk hilirisasi produk riset terapan adalah satu banding satu secara cash dan/atau in-kind.
Sedangkan startup kampus vokasi yang dibangun bersama dunia kerja untuk menumbuhkembangkan bisnis berbasis iptek dan wirausaha pada Pendidikan Tinggi Vokasi untuk mendorong terbentuknya startup company sebagai bisnis berbasis iptek dan wirausaha. Adapun skema pendanaan adalah satu banding satu secara cash dan/atau in-kind. (Murdiyat Moko/CN26/SM Network)