Angga Saputra
Pimred Indiebanyumas
Secara substansial, demokrasi sebenarnya dibangun dengan maksud bahwasannya sistem pemerintahan dibangun dari, untuk, dan demi rakyat. Partai politik dibangun untuk mewakili rakyat di pemerintahan
Nyatanya? rakyat yang dijadikan alat untuk menggapai kekuasaan. Melalui apa? media massa yang tak henti hentinya memberikan berita picisan sensasional.
Perang gagasan diganti dengan perang ego, demi mendapatkan pol suara terbanyak. Okay, di sini saya kira tuan paham.
Kemudian, di sinilah saya melihat bahwa sistem demokrasi sudah sangat kacau diterapkan dan tidak cocok. Terlebih, masyarakat kita adalah masyarakat yang beragam. Sistem demokrasi yang mengedepankan mayoritas suara tentu saja jadi tidak cocok, karena suara mereka yang minoritas menjadi tidak terwakilkan.
Salah satu hal yang cacat lagi dalam sistem pemilihan eksekutif secara demokrasi adalah, bahwasannya yang dipentingkan dalam pemilihan posisi dan jabatan penting adalah jumlah voting yang muncul. Motivasi yang melandasi seseorang memilih individu yang bersangkutan itu dalam sistem demokrasi tidak dianggap penting.
Selama seseorang memegang suara terbanyak, mereka menang. Sehingga sebenarnya, jika saya katakanlah mau memilih seorang pemimpin dengan argumen bahwa pemimpin tersebut memiliki ukuran sepatu yang sama dengan saya, itu tidak disalahkan dan diperbolehkan dalam sistem demokrasi.
Yang terpenting dalam sistem demokrasi adalah, suara terbanyak dianggap sebagai suara yang merepresentasikan rakyat. Kalau sebagian besar rakyat mau mereka dipimpin oleh pemimpin yang memiliki ukuran sepatu sama dengan mereka, ya itu sah-sah saja dan tidak salah.
Sebenarnya, jika kita ingin meninjau lebih jauh, demokrasi itu baru efektif untuk memilih pemimpin paling berkompeten apabila satu persyaratan sudah terpenuhi, yakni masyarakatnya sudah teredukasi dengan baik
Dengan demikian, seluruh elemen masyarakat memiliki kapasitas berfikir kritis yang sudah cukup baik, sehingga mereka tidak mudah dimanipulasi, terutama oleh media. Nah, yang menjadi pertanyaan, apakah persyaratan ini sudah terpenuhi di Indonesia? saya kok merasa belum. Demokrasi itu bagus bagi Indonesia, tapi nanti, apabila rakyat Indonesia sudah matang dan siap.
Saya sendiri memiliki pendapat bahwasannya sistem demokrasi untuk memilih pemimpin eksekutif adalah sebuah sistem yang paling tidak efisien untuk mendapatkan pemimpin paling berkompeten, setidaknya untuk Indonesia saat ini.
Plato pernah menerangkan sebuah kritik yang menarik terkait demokrasi yang dianalogikan dalam sebuah kapal.
Begini analogi tersebut. Bahwa, Anda berada dalam sebuah kapal yang akan menuju pada sebuah tempat. Namun, kapal tersebut belum memiliki nahkoda. Yang menjadi pertanyaan, mekanisme seperti apa yang akan anda pilih untuk menentukan Nahkoda?
(1) dengan memilih menggunakan suara voting terbanyak, ataukah
(2) langsung menunjuk individu yang punya sertifikat dan pengalaman dalam menahkodai kapal? Yang paham cara menavigasikan sebuah kapal?
Dalam kasus seperti ini, saya merasa bahwa hasil keluaran dari nahkoda terbaik akan didapatkan melalui mekanisme nomor dua.
Mirip dalam konteks pemilihan eksekutif, jabatan jabatan strategis itu sebenarnya akan berfungsi secara lebih optimal apabila pemilihannya dilakukan berdasarkan kompetensi, bukan berdasarkan siapa yang paling banyak dipilih.
Jabatan eksekutif akan dipilih berdasarkan track record yang nantinya akan dikaji melalui semacam dewan yang berisi dari orang-orang dengan latar belakang profesional.
Dengan demikian, sebuah negara, atau dalam konteks ini Indonesia, akan bergerak layaknya sebuah perusahaan raksasa yang dipimpin oleh CEO (atau presiden) yang paling berkompeten. Tugas dari pemimpin negara inilah yang nantinya juga akan mengarahkan visi dan misi bangsa menuju sebuah tujuan yang sudah ditetapkan, yang kemudian nantinya akan dioperasionalisasikan oleh para menteri-menterinya, yang juga ditunjuk berdasarkan kompetensi spesifik mereka.
Suara rakyat menurut saya cukup diwakilkan diranah legislatif, diwakili oleh partai politik yang membawa ideologi yang ingin diwakili dari rakyat.
Partisipasi rakyat dalam pemilihan eksekutif menurut saya sebenarnya tidak perlu. Mengapa? karena menurut saya, baik atau buruknya sebuah hal itu tidak bergantung pada seberapa banyaknya orang yang mendukung, melainkan ditentukan berdasarkan kriteria objektif. Yang sebagian besar rakyat mau, belum tentu baik untuk mereka. Ya nggak sih?