Kabar penangkapan warga Kelurahan Sumampir Kecamatan Purwokerto Utara, Jumat (2/4/2021) sore kemarin membuat geger warga masyarakat Banyumas. Rasa panik dan khawatir pun diungkapkan warga, bahkan tak sedikit yang dituangkan dalam postingan di akun media sosial mereka.
Rasa panik berlebihan seperti umumnya orang lain, pernah dialami oleh keluarga Jeki, bukan nama sebenarnya. Menceritakan itu kepada indiebanyumas.id, Jeki menuturkan, keluarganya pernah didatangi oleh tim khusus aparat penegak hukum hingga membuat ibunya sok berat.
“Mungkin sebelum ke rumah mereka sudah melakukan pergerakan intelejen. Saya menjadi merasa bersalah dengan ibu saya tiba-tiba saya berurusan dengan kasus tingkat satu, terorisme,” kata Jeki berkaca-kaca.
Hari itu dan hari setelahnya, Jeki dihantui rasa bersalah kepada ibundanya di tiap detik waktu berjalan. Sementara sebagai seorang muslim, dia mencoba untuk teguh dalam prinsip menjalankan ibadah sesuai manhaj atau metode yang ia yakini benar.
“Dilema yang tak bisa saya biarkan mengendap lama dalam diri saya. Itulah masa ketika saya benar-benar ada pada titik terendah dalam hidup. Baru saja saya menuntaskan semuanya, ya semuanya yang terjadi,” ungkap Jeki.
Cerita Jeki dimulai ketika dirinya terjebak suatu masalah yang berujung pada proses hukum. Meski dalam kasus yang dialami Jeki, kronologi yang diakui secara hukum dalam pengadilan, juga diamini oleh masyarakat, Jeki tidak sepenuhnya merencanakan tindakan nekadnya itu. Singkatnya,
Jeki divonis pidana dan harus menjalani hukuman di jeruji besi selama 5 tahun. Dia menjalaninya kurang lebih 3,5 tahun di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Purwokerto.
Di dalam jeruji besi, Jeki menjalani hari-harinya dengan mendekatkan diri kepada sang Kuasa. Merenungi nasib, menjalani ibadahnya dan mengharap ridlo illahi atas apa yang telah terjadi pada dirinya.
Di kehidupan dalam Lapas, dia bertemu dengan salah seorang narapidana lain yang rajin dalam menjalankan ibadahnya. Sama seperti kehidupan di dunia luar, seseorang biasanya secara alamiah akan bertemu dengan orang lain dalam lingkungan yang sama. Dari sanalah, Jeki menjalin erat persahabatan dengan narapidana yang diketahui tersangkut kasus terorime.
“Saya hanya ingin beribadah, tidak melihat latar belakang siapapun dirinya,” kata Jeki.
Itulah pangkal dari persoalan lain usai Jeki menghirup udara segar setelah bebas dari jeruji besi. Jeki disambut keluarganya, istri dan anak kesayangan yang terpisahkan lama oleh tembok besar kurungan atas kesalahan. Keluarga Jeki, dan tentu saja kedua orangtua begitu bahagia apalagi melihat Jeki yang begitu rajin dalam menjalankan ibadah. Lalu semuanya menjadi berubah tatkala Jeki yang kala itu masih tinggal bersama orangtuanya didatangi tim khusus aparat penegak hukum terkait terorisme.
“Saya pikir njenengan tahu dulu bagaimana cerita saya tentang dekat dengan seseorang. Bukan dari JAD, tapi jaringan JI,” jawab Jeki ketika indiebanyumas.id menanyakan dari kelompok mana dirinya pernah bersinggungan dalam konteks persahabatan atas perjalanan dirinya bertaubat.
“Saya sangat bersalah sampai ibu sok berat, sedih dan jelas tak ingin lagi anaknya kembali berhadapan pada permasalahan. Saya mengambil keputusan yang entah disebut apa, mengalihkan dengan kembali kongkow bareng kawan, minum dan masuk lagi ke tempat hiburan,” tuturnya.
Rentetan kejadian yang di kaitan dengan tindak terorisme dalam beberapa hari terakhir menjadi topik utama media arus utama. Diawali dari peristiwa pasangan suami istri yang melakukan aksi bom bunuh diri di Makasar, lalu penangkapan kelompok Bekasi dan Condet, Bandung dan terakhir di Purwokerto.
Melansir portal berita milik negara, Antara.news, Detasemen Khusus 88/Antiteror menggeledah rumah kontrakan seorang terduga teroris di Jalan Kenanga, RT 09/RW 02, Kelurahan Sumampir, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat sore.
Informasi yang dihimpun dari warga sekitar lokasi kejadian, personel Densus 88/Antiteror yang dibantu Kepolisian Resor Kota (Polresta) Banyumas mendatangi rumah terduga teroris tersebut sekitar pukul 17.00 WIB.
Setelah kurang lebih selama 1 jam di dalam rumah yang di depannya terpasang spanduk bertuliskan “Griya Herbal Purwokerto” itu, personel Densus 88/Antiteror pun keluar dan meninggalkan tempat tersebut sekitar pukul 18.00 WIB.
Salah seorang ibu rumah tangga yang rumahnya bersebelahan dengan rumah terduga teroris tersebut, Anteng, mengatakan bahwa saat petugas gabungan datang, warga sekitar lokasi tidak boleh keluar rumah dan ruas Jalan Kenangan ditutup.
“Kami tidak boleh keluar rumah sehingga tidak mengetahui apa yang terjadi,” kata warga RT 09/RW 02, Kelurahan Sumampir, Kecamatan Purwokerto Utara itu.
Terkait dengan penghuni rumah yang didatangi petugas, dia mengaku tidak mengenalnya karena selama hampir 2 tahun mengontrak rumah itu, penghuninya tidak pernah bergaul dengan warga sekitar.
Laporan tim Indie Banyumas (Ditulis berdasar kisah nyata)