POLITIK, Indiebanyumas.com– Narasi pilpres satu putaran makin digaungkan dengan gencar oleh sejumlah pihak saat ini, termasuk dari unsur pemerintah dan lembaga survei di tanah air. Dalih yang didengungkan yakni untuk mengurangi tensi politik dan efisiensi anggaran.
Ketua Laboratorium Jurusan Ilmu Politik Unsoed Purwokerto, Achmad Sabiq MA mengatakan, jika ditinjau dari sisi akademik, hal itu terasa lebih sebagai upaya untuk menggiring opini publik daripada sebuah kebutuhan nyata.
“Argumentasi tentang tensi politik dan penghematan anggaran menjadi tidak relevan ketika dikontraskan dengan pentingnya memastikan bahwa presiden terpilih dihasilkan oleh pemilu jurdil dan memiliki legitimasi yang kuat dari publik,” kata Sabiq dalam keterangan tertulisnya.
Dia menegaskan, tensi politik tidak perlu dikhawatirkan kalau pemilu digelar dengan jujur dan adil. Kunci pemilu damai ada di situ.
Selanjutnya, kata Sabiq, penting untuk diingat bahwa sistem dua putaran memang dirancang untuk memastikan presiden terpilih memiliki legitimasi yang kuat dari publik, sesuai dengan semangat demokrasi, jika pada putaran pertama hal itu belum terpenuhi.
“Upaya ‘membatasi’ sistem ini berlangsung satu putaran saja hanya atas alasan efisiensi anggaran dapat mengorbankan prinsip-prinsip dasar demokrasi yang seharusnya kita jaga,” ungkapnya.
Angga Saputra