INDIE BANYUMAS
  • BERANDA
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS

Suara Lantang tentang Negara Salah Urus

In Memoriam, Sadar Subagyo

Suara Lantang tentang Negara Salah Urus
Sabtu, 30 November 2024

Urip kanggo ngurip-uripi urip, hidup untuk menghidupi hidup, atau dalam bahasa bebasnya bikin hidup lebih hidup. Itulah filosofi hidup Sadar Subagyo. Hanya satu keinginannya, bisa memberi manfaat sebanyak mungkin pada orang lain, termasuk pada Negara dan bangsa

Apa yang telah ia lakukan untuk itu? Banyak. Ketika dirinya duduk di parlemen (2009-2014), sebagai seorang wakil rakyat, ia sadar betul akan tugas, fungsi dan wewenangnya. Tak heran bila, suara lantangnya di Senayan kerap membuat keder para mitra kerjanya di Komisi XI. Pun di luar gedung parlemen, membuat politisi di partai lain terbelalak.

“Sesuai namanya, saya sadar kalau saya sudah diberi banyak oleh negara ini, saatnya saya mengabdi kepada negara,” kata Sadar.

Sadar Subagyo adalah pria kelahiran Purwokerto 30 Oktober 1958. Dia  menjalani karir politiknya di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ketika ia aktif di Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Ia diminta oleh Prabowo Subianto untuk ikut membidani partai berlambang kepala garuda tersebut. Ia pun duduk sebagai pendiri sekaligus penasehat partai.

Lantas dalam pemilu 2009, ia pun dicalonkan oleh partai di daerah pemilihan (dapil) Jawa Tengah VIII yang meliputi Cilacap dan Banyumas. Berkat kerja kerasnya, Sadar berhasil melenggang ke Senayan dan duduk di Komisi XI yang membidangi masalah keuangan.

Di Komisi XI, Sadar kerap mengkritik kebijakan-kebijakan negara, dalam hal ini DPR dan pemerintah yang kerap tidak pro-rakyat dan tidak pro-kesejahteraan. Contoh kongkritnya adalah ada dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) yang dari tahun ke tahun menunjukkan perilaku yang sama.

“Yang ada hanyalah permainan angka-angka saja. Faktanya negara salah urus dari sejak perencanaan yang tak matang dan realisasi yang amburadul. APBN tidak berpihak pada rakyat, malah menjadi sumber dari segala sumber korupsi,” tegasnya.

Kalimat yang selalu terngiang dalam ingatan penulis adalah ketika beliau selalu berbicara tentang APBN yang dikelola dengan ngawur. “Angga, negara ini salah urus,” ucapnya.

Terkait itu, dia pernah menjelaskan terkait realisasi belanja APBN 2010 misalnya, pada data per November 2010, penyerapan hanya 62 persen. Dari total rata-rata, hanya belanja pegawai saja yang realisasinya lebih dari 80 persen, selebihnya masih di bawah 75 persen.

Bahkan untuk belanja modal hanya 46 persen. Anehnya, dalam satu bulan saja prosentase itu dapat disulap menjulang melalui ritual menghabiskan anggaran pada bulan Desember.

Setidaknya itulah satu dari sekian perjuangan di Komisi XI selama ini. Untuk itu, ia dan fraksinya terus mengawal setiap jengkal perjalanan APBN hingga disahkan dalam sidang paripurna DPR, termasuk dalam aplikasinya di lapangan.

“Ujung dari perjuangan politik adalah keberpihakan anggaran. Omong kosong kalau tidak ngomongin anggaran,” tegas Sadar dikutip dari mingguan Garuda.

Sadar Subagyo yang menamatkan sarjananya di Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mengungkapkan, pertama kali dirinya masuk ke komisi Xi, ada yang namanya kasus Century, itu cuma Rp 6,7 triliun.

Padahal setelah dirinya membaca audit Badan Pemeriksa Keungan (BPK) ada tagihan inkrah pajak yang belum tertagih sebesar Rp 52 triliun, sementara yang masih kasus sebesar Rp 120 triliun.

Sadar pun bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa orang berkutat di masalah Century? Padahal ada masalah yang lebih besar dibiarkan terus menerus dari tahun ke tahun. Akhirnya Sadar kalah itu pun minta Direktur Jenderal Pajak untuk mengeluarkan daftar 100 Wajib Pajak besar.

Selain itu, saya juga tergelitik ketika melihat APBN dimana asumsi-asumsi makro yang digunakan pemerintah itu asal-asalan. Sehingga secara resmi Partai Gerindra menggugat APBN. Pasalnya, ujung dari perjuangan politik itu adanya di APBN. Artinya berjuang sekuat apapun untuk petani misalnya, kalau tidak dianggarkan oleh Negara, ya percuma saja. Bagi Sadar, untuk apa kalau Negara tidak berpihak.

Sadar juga menyoroti tentang badan anggaran di senayang yang mana mereka tidak tahu politik anggaran. Mereka tahunya cuma politik cari duit. Tak heran bila banyak kalangan yang menilai Badan Anggaran itu jadi sarang rampok.

Sadar menegaskan, politik anggaran itu, ya adanya keberpihakan. Misalnya pendapatan Negara sekian, belanja sekian, pasti ada defisit. Untuk menutupi kekuarangan itu biasanya Negara cari hutang. Tapia apa yang terjadi, di akhir tahun sejak 2008 sampai sekarang ada sesuatu yang aneh sekali. Coba bayangkan Negara hutang Rp 84 triliun, tapi ternyata masih ada sisa Rp 79 triliun. Dan itu terus berulang. Harusnya sesuai dengan kekurangannya saja.

“Kita hutang sesuai kebutuhan jangan sesuai perencanaan,” ungkapnya.

Pemerintah telah melakukan kesalahan dalam mengurus pembangunan ekonomi Indonesia. Indikasinya terlihat pada pemborosan yang luar biasa pada sektor belanja negara.

“Pemerintah tidak mempunyai self of urgency. Karena itu, pemerintahperlu melakukan reorientasi kebijakan yang ditempuh agar tidak salah arah ,” ujar Sadar.

Sebagai perbandingan, kata dia, pada 2005 belanja untuk keperluan birokrasi sebesar 40 persen dari APBN atau senilai 201 triliun rupiah.

Sedangkan subsidi bahan bakar minyak sebesar 19 persen dari APBN atau senilai 95 triliun rupiah.

Pada 2012, jelas Sadar, belanja birokrasi mencapai 729 triliun rupiah dan subsidi BBM 137 triliun rupiah.

“Artinya, pendapatan negara lebih banyak dipakai untuk menggemukkan aparat pemerintah, dibandingkan dengan untuk membangun negeri dan menolong rakyat miskin,” kata dia.

Sadar mengatakan, indikasi yang paling kentara bahwa pemerintah sudah melakukan kesalahan dalam mengurus negara, terlihat dari angka Nilai Tukar Petani (NTP) yang terus mengalami penurunan. Ini artinya, pembangunan telah membuat petani miskin.

Stigma sebagai negara yang salah urus, kata Sadar, juga terlihat dari posisi Indonesia yang merupakan salah satu negara importir pangan terbesar di dunia

Bahkan impor gandum itu sampai 600 juta ton per tahun. “Jika gandum impor itu dinaikkan ke truk, maka antrean truck tersebut akan akan memanjang dari Banda Aceh – Medan – Palembang – Lampung – Jakarta – Semarang – Surabaya – Denpasar dan berakhir di Kupang,” papar dia. Sementara itu, ucap Sadar, sejauh ini masyarakat Indonesia terus dilatih untuk memakan makanan berbahan baku gandum.

Semasa aktif di politik, Sadar bisa begitu terbuka mengkritik, bukan saja karena ia punya passion, dan memiliki integritas. Tapi berani karena ia juga berbasis data dan riset. Sangat sedikit di tanah air mereka yang mengkritik dengan keras namun menggunakan riset dan data.

Hal yang biasa jika pihak yang dikritiknya merasa tak nyaman. Namun, ruang publik hanya sehat jika juga diisi oleh nyanyian suara kritis seperti yang diperankan Sadar Subagyo.

Selamat Jalan Pak, Kami mengenangmu sebagai orang yang baik. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan tempat terbaik untukmu

Angga Saputra

ShareTweetKirimkan
Sebelumnya

KPU Banyumas Salurkan Santunan untuk Keluarga Petugas Ad Hoc yang Meninggal Dunia

Selanjutnya

Bawaslu Banyumas Awasi Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara Pilkada 2024, Ini Hasil Temuannya

Selanjutnya
Bawaslu Banyumas Awasi Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara Pilkada 2024, Ini Hasil Temuannya

Bawaslu Banyumas Awasi Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara Pilkada 2024, Ini Hasil Temuannya

PPK Gelar Rapat Pleno Rekapitulasi Penghitungan Suara Pilkada Serentak 2024

PPK Gelar Rapat Pleno Rekapitulasi Penghitungan Suara Pilkada Serentak 2024

Tentang Kami / Redaksi
Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com

Tentang Kami / Redaksi / Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • BERANDA
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI

© 2021 indiebanyumas.com