INDIE BANYUMAS
  • Beranda
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS
  • Beranda
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS

KEPADA ANAK-ANAKKU

Sabtu, 23 Desember 2023

Prof. Yudhie Haryono
Presidium Forum Negarawan

Aku ingin cerita soal ini pada kalian. Soal agensi perubah zaman. Soal penanda kemajuan dari kisah perahu kertas dan kapal induk yang mengingatkanku betapa ajaibnya hidup kita ini. Kisah yang selalu kuingin bacakan ke anak-anakmu. Mereka yang kini mencari-cari tambatan hati. Mereka yang mulai dewasa dan juga tahu kisah heroik pahlawan di hati.

Kau, tentu sudah bukan sahabatku lagi. Tetapi kawan yang juga terkagum-kagum pada tokoh-tokoh ini. Ilmuwan ini bernama Jabir bin Hayyan (102–200 H/721–815 M), dialah bapak ilmu kimia. Satu ilmu yang makin ke sini makin jauh tak terengkuh di komunitasnya sendiri. Mungkin karena rumit dan traumatik kalau dipelajari.

Ia yang berkata serius. Bahwa anugerah dan bencana adalah kehendakNya. Tapi bisa dijelaskan dengan rumus-rumus kimia. Rumusnya cuma satu. Kita mesti tabah menjalani dan meneliti. Cermat dan ikhlas. Sebab semua hanya cambuk kecil agar kita sadar bahwa ada dia di atas segalanya.

Maka, dari kisahnya kita bertemu tokoh Al-Khawarizmi (164–235 H/780–850 M), sang penemu Aljabar. Hitungan presisi yang andal. Yang ilmunya dilengkapi oleh tokoh Tsabit bin Qurrah (221–288 H/836–901 M), pelopor ilmu teknik dan matematika. Dari kedua tokoh ini, dunia mengenal bilangan-bilangan ajaib sekaligus aksara, angka dan kode mafaza (keunggulan dan kemenangan).

Lalu, kita juga mendengar tabib dunia yang sigap mengobati pasien dan berbagai penyakit. Ialah Al-Razi (250–311 H/864–923 M), kita bisa memanggilnya bapak kedokteran yang jasanya tak terkira. Temuan-temuannya dikembangkan oleh Ibnu Sina (370–428 H/980–1037 M), seorang filsuf dan ahli kedokteran plus farmasi.

Anak-anakku yang baik. Kalian mulai dewasa. Kalian sudah mulai mengerti arti kehidupan. Maka pasti tahu istilah warisan. Begitupula soal warisan ilmu dan pengetahuan. Sebab, warisan keduanya dikembangkan lagi oleh Ibnu al-Baithar (593–646 H/1197–1248 M), sebagei pelopor farmasi dan ilmu herbal serta Ibnu al-Nafis (607–786 H/1210–1288 M), seorang dokter dan penggagas sirkulasi darah mikro. Empat tokoh legenda yang dahsyat tetapi ilmu keempatnya jadi tragedi, sebab ipteknya kini dijual sangat mahal di negeri-negeri muslim.

Anak-anakku. Mereka masih terus memproduksi agensi dan ilmuwan luarbiasa. Di bidang lain misalnya tokoh Ibnu al-Haitsam (354–431 H/965–1040 M), seorang ahli fisika dan penggagas ilmu cahaya. Juga kita kenal tokoh Al-Biruni (362–440 H/ 973-1048 M), ilmuwan geografi yang langka.

Lalu, makin tua aku baru sadar bahwa Tuhan menciptakan kalian untuk dijadikan arena berjuang, beramal, berjihad dan berbuat baik bagiku, ayah kalian. Ayah ingin bilang, “selamat liburan dan menikmati kehidupan republik kita yang lucu-lucu dan anti intelektual. Makanya, tak banyak tokoh besar iptek ysng mendunia. Beda dengan mereka.

Sebab, temuan-temuan ilmuwan sebelumnya diteruskan oleh Al-Idrisi (493 H–560/1110–1165 M), seorang tokoh besar ahli ilmu bumi dan peta dunia. Dua tokoh terakhir itulah pencipta miniatur globe (dunia kecil yang berputar) dalam bentuk lucu yang mudah dipakai untuk memehami dunia dan perputarannya.

Membaca karya mereka seperti gerimis pagi. Ada pelangi. Banyak mendung berarak. Seperti suara alam memanggil. Banyak hasrat. Surplus ide. Semua bermunculan. Dan, aku padaMu. Pada Tuhan yang bisu, buta dan tuli dari doaku. Sudah begitu, ekosistem kita makin ahistoris, amoral, asosisl dan anti nalar bersama menuju dinasi akut.

Mengapa begitu? Mungkin karena si Sarimin lupa bahwa “sistem dinasti diakhiri bukan karena tidak pernah ada penguasa yang baik. Sebaliknya, sistem demokrasi diterima bukan karena jaminan lahirnya penguasa yang baik.” Tetapi, sejarahnya adalah karena “kehendak rakyat mengakhiri kehendak tuhan yang direpresentasi keluarga, darah dan keturunan plus penunjukan. Kehendak rakyat hanya antitesa, berharap lebih baik karena profan, walau sekali lagi: bukan jaminan absolute.”

Kini kita hidup dalam logika lebih minimalis: mencegah agensi buruk berkuasa. Bukan mencipta pemimpin yang jenius, crank dan tangguh merealisasikan pancasila.(*)

ShareTweetKirimkan
Sebelumnya

RKI for AMIN Masak Bareng Emak-emak dan Gelar Pasar Murah Peringati Hari Ibu

Selanjutnya

Para Caleg Asal Cilongok Kompak untuk Raih Kemenangan di Wilayahnya

Selanjutnya

Para Caleg Asal Cilongok Kompak untuk Raih Kemenangan di Wilayahnya

MENJADIKAN CILONGOK SEBAGAI 'HUB' GULA KELAPA KELAS DUNIA

Tentang Kami / Redaksi
Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com

Tentang Kami / Redaksi / Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI

© 2021 indiebanyumas.com