SUMPIUH – Penurunan debit air bendung kabupaten di wilayah timur Banyumas meluas. Merata terjadi di tiga kecamatan di bawah wilayah kerja UPTD PU Sumpiuh.
Tercatat untuk Bendung Kecepak II di wilayah Kecamatan Tambak. Sudah tidak ada air yang mengalir dari saluran. Petani mengairi areal persawahan menggunakan pompa air.
Ada sawah seluas 70 hektare dengan sumber pengairan dari Bendung Kecepak II. Sedangkan umur tanaman antara 31 sampai 45 hari setelah tanam.
“Segera dibuat peta rawan kekeringan di tiga kecamatan. Potensi puso beserta luasannya,” kata Kepala UPTD PU Wilayah Sumpiuh Edy Furyanto, Senin (24/5).
Sementara itu, untuk wilayah Kecamatan Sumpiuh. Penurunan debit air tidak hanya pada Bendung Sengon yang sudah terjadi sejak April lalu.
UPTD mencatat debit air Bendung Kedung Kancil turun 43 persen. Dari dalam kondisi normal 240 liter/detik menjadi 130 liter/detik. Bendung mengairi 89 hektare sawah di tiga desa. Umur tanaman 30 hari setelah tanam.
Senada pada debit air Bendung Kalijering. Penurunan mencapai 64 persen. Normalnya, air 381 liter/detik menjadi 135 liter/detik. Bendung untuk mengairi seluas 85 hektare di empat desa dengan umur tanaman antara 0-20 hari setelah tanam.
Sedangkan di wilayah Kecamatan Kemranjen kondisi Bendung Petarangan juga sama. Penurunan debit air bendung dengan dua pintu intake itu hingga 64 persen. Normalnya, 470 liter/detik turun drastis 166 liter/detik.
“Bendung mengairi areal persawahan seluas 173,15 hektare untuk empat desa, usia tanaman antara 0 sampai 15 hari. Belum krisis air untuk pengairan sawah, masih terancam kekurangan air,” rinci Edy di kantornya. Oleh karena itu, bagi petani yang belum melakukan tanam. Agar secepatnya. (fij)