BANYUMAS— Memperingati Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 2025, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto (BEM KM UMP) bersama Aliansi BEM Fakultas se-UMP menyampaikan pernyataan sikap sebagai bentuk refleksi dan kritik terhadap kondisi bangsa saat ini.
Sumpah Pemuda dipandang bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum untuk menghidupkan kembali semangat persatuan, intelektualitas, dan keberpihakan terhadap kebenaran. Mahasiswa UMP menyerukan kepada seluruh generasi muda untuk bangkit, menyalakan kembali idealisme yang jujur, dan menjadikan pemikiran kritis sebagai jalan perubahan.
“Sumpah Pemuda bukan hanya tentang bersatu dalam nama Indonesia, tetapi juga bersatu dalam cita untuk memajukan bangsa dengan nalar dan nurani,” tulis pernyataan tersebut yang disampaikan Presiden BEM KM UMP, Yoga Dwi Yuwono melalui rilis yang dikirim ke indiebanyumas.
Namun, di tengah semarak peringatan, BEM KM UMP menilai bahwa semangat kritis generasi muda justru dibungkam oleh wacana kosong dan kebijakan yang berpihak pada segelintir elit. Mereka menyebut satu tahun pemerintahan Prabowo–Gibran belum menunjukkan kemajuan berarti, dan justru diwarnai oleh drama reshuffle kabinet yang dinilai lebih menyerupai panggung hiburan ketimbang solusi atas persoalan bangsa.
Enam Poin Pernyataan Sikap
1. Pendidikan Mahal, Mimpi Rakyat Terkubur
Pendidikan yang seharusnya menjadi hak semua warga negara kini dikomersialisasi. Uang kuliah melonjak, mahasiswa dipaksa berpikir praktis, bukan kritis. Pendidikan seolah menjadi barang dagangan di pasar kapital.
2. Reshuffle Kabinet: Kursi Bukan Tempat Main Anak Pejabat
BEM KM UMP mendesak adanya reshuffle terhadap menteri-menteri yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat. Kabinet semestinya diisi oleh individu berkompeten, bukan mereka yang hanya memiliki koneksi kekuasaan.
3. Krisis Demokrasi dan Kebebasan Sipil
Demokrasi dinilai telah direduksi menjadi sekadar dekorasi. Kritik dianggap ancaman, dan suara rakyat dibungkam. Mahasiswa menegaskan akan terus bersuara meski ruang opini semakin sempit.
4. Krisis Lingkungan yang Terlupakan
Eksploitasi alam terus terjadi, sementara pemerintah dinilai lebih sibuk mengejar investasi daripada menjaga kelestarian lingkungan. Hutan ditebang, laut tercemar, dan tanah longsor menjadi bukti nyata krisis ekologis.
5. UU Perampasan Aset
BEM KM UMP mendesak percepatan pengesahan Undang-Undang Perampasan Aset yang telah lama mandek. Mereka menilai UU ini sebagai instrumen penting dalam pemberantasan korupsi.
6. Solidaritas dan Konsolidasi Gerakan Rakyat
Seruan untuk bersatu disampaikan kepada seluruh elemen gerakan rakyat, mahasiswa, dan kaum tertindas. Mereka menegaskan bahwa perjuangan dilakukan bukan dengan senjata, melainkan dengan pikiran tajam dan solidaritas yang kokoh.
Cinta Sebagai Landasan Perlawanan
Dalam penutupnya, BEM KM UMP menegaskan bahwa gerakan ini bukan didorong oleh kebencian, melainkan oleh cinta terhadap rakyat, kebenaran, dan masa depan bangsa.
“Kami berdiri bukan karena benci, tapi karena cinta — cinta kepada rakyat, kepada kebenaran, dan kepada masa depan Indonesia yang lebih waras.”
Pernyataan ditutup dengan refleksi yang menggugah:
“Jika berpikir kritis adalah dosa, maka biarlah kami menjadi pendosa paling suci di republik ini.”


