Pensil Kajoe
Cerpenis, esais dan penyair Sastratama
_____________________________________
Di tengah hiruk-pikuk kampanye politik menjelang pemilihan umum, para calon legislatif seringkali menggunakan janji-janji manis untuk menarik perhatian pemilih. Seakan-akan segala persoalan dapat diselesaikan dengan sekali janji. Namun, di balik janji-janji manis tersebut, terdapat realitas yang seringkali kompleks. Untuk memahami hal ini, mari kita melihat kaitannya dengan sebuah simbol kehidupan sehari-hari yang sederhana: secangkir kopi.
Kopi, sebuah minuman yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi banyak orang, seringkali menjadi metafora dari perbincangan yang hangat dan kehangatan hubungan antarmanusia. Namun, bagaimanakah kita dapat memahami kaitan antara secangkir kopi dan janji-janji manis dari para calon legislatif?
Setiap pagi, jutaan orang di seluruh dunia memulai hari mereka dengan secangkir kopi. Bagi sebagian orang, secangkir kopi adalah lebih dari sekadar minuman; ia menjadi simbol dari kesempatan untuk berbagi cerita, mendengarkan pandangan orang lain, dan terlibat dalam diskusi yang mendalam. Dalam momen-momen seperti ini, terjalinlah hubungan antarmanusia yang hangat dan bermakna.
Namun, ketika kita melihat janji-janji manis yang seringkali disuarakan oleh para calon legislatif, terdapat pertanyaan yang muncul: apakah janji-janji tersebut benar-benar dapat mengubah kehidupan kita seperti secangkir kopi yang hangat?
Para calon legislatif seringkali membuat janji-janji yang menarik untuk memperbaiki infrastruktur, meningkatkan akses pendidikan, memperbaiki sistem kesehatan, dan menangani berbagai isu sosial yang dihadapi masyarakat. Janji-janji ini dapat terdengar sangat menarik, sebagaimana aroma kopi yang menggoda. Namun, seperti halnya kopi yang perlu diseduh dengan hati-hati agar menghasilkan rasa yang nikmat, janji-janji tersebut juga perlu ditelaah dengan seksama.
Kita perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis: Apakah janji-janji tersebut didasari oleh rencana yang jelas dan dapat dijalankan? Apakah mereka memperhitungkan berbagai hambatan dan kompleksitas yang mungkin dihadapi dalam implementasinya? Dan yang terpenting, apakah para calon legislatif benar-benar akan memenuhi janji-janji mereka setelah mereka terpilih?
Seperti secangkir kopi yang dapat menghangatkan dan membangkitkan semangat, harapan kita terhadap para calon legislatif yang terpilih adalah agar mereka dapat menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi masyarakat. Kita berharap agar mereka dapat bekerja secara sungguh-sungguh untuk memenuhi janji-janji mereka, serta mendedikasikan diri untuk kepentingan rakyat dan kemajuan negara.
Dengan demikian, mari kita sambut pemilu di Indonesia tahun 2024 dengan sikap bijaksana, kritis, dan bertanggung jawab. Pilihlah para pemimpin yang tidak hanya menawarkan janji-janji manis, tetapi juga memiliki komitmen nyata untuk membawa perubahan yang positif bagi bangsa dan negara.
________________
19 Januari 2024
Penulis tinggal di Tumiyang, Pekuncen Banyumas.