CILACAP – Puncak musim kemarau di wilayah Kabupaten Cilacap diprediksi Agustus mendatang. Mundurnya musim kemarau ini dikarenakan menghangatnya suhu muka laut lokal di selatan Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.
Kendati demikian, pada pertengahan Juli curah hujan diprediksi akan berkurang. Hal ini diungkapkan Prakirawan Cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Rendi Krisnawan.
“Hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan uap air di atmosfer. Kemudian karena menghangatnya suhu muka laut di wilayah perairan Barat Sumatera dan memicu munculnya pusat tekanan rendah di perairan dekat Sumatra – Jawa sehingga berakibat terjadi pemusatan aktivitas awan konvektif,” katanya, Selasa (29/6).
Meski musim kemarau belum terjadi di Cilacap, namun jumlah desa yang mengalami krisis air bersih terus bertambah. Hingga 22 Juni, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap telah mendroping sebanyak 46 tangki air bersih.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara mengatakan, ada 15 desa di delapan kecamatan yang sudah didroping air bersih.
“Total 4.207 KK yang krisis air bersih. Paling banyak di Desa Bojong Kawunganten sudah tujuh kali dropping,” kata Tri Komara.
Tri mengatakan, dari 15 desa tersebut yaitu, Desa Cisumur, Gintungreja, Cinangsi dan Desa Sidaurip Kecamatan Gandrungmangu. Di Kecamatan Patimuan ada Desa Rawaapu, Purwodadi, Bulupayung, Sidamukti dan Desa Cimrutu.
Selanjutnya, Desa Binangun Kecamatan Bantarsari, Desa Bantar Kecamatan Wanareja, Kelurahan Kutawaru Kecamatan Cilacap Tengah, Desa Karangbenda Kecamatan Adipala dan Desa Panikel Kecamatan Kampunglaut.
“Anggaran kita Rp 90 juta atau sekitar 200 tangki untuk bantuan air bersih dari APBD Cilacap. Kalaupun kurang nanti saat puncak kemarau kita akan menggandeng dunia usaha, BUMN, BUMD untuk melakukan dropping air bersih,” pungkas Tri Komara. (ray)