INDIE BANYUMAS
  • BERANDA
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS

Personifikasi Imajinatif

Kamis, 15 Juli 2021

Satria piningit entah kemana. Mungkin sedang tidur nyenyak bersama para bidadari langit, atau terpingkal-pingkal melihat ulah kita dalam berbangsa-bernegara.

Nasib bangsa hanya ditentukan dengan lotere. Adu banyak, adu hitung, tentang suara. Suara sumbang, suara fals, suara gagap, dan suara ragu. Entah kemana perginya suara kalbu penuh kearifan. Suara lugu lambang kejujuran. Pun masih dilengkapi dengan magic counting dan ilmu rekayasa matematik tercanggih. Yang banyak membuat iri negara maju.

Baguslah jika kita akhirnya lelah menunggu hadirnya satria piningit, yang dulu selalu didongengkan eyang menjelang tidur. Atau riuh didialogkan saat kita mengalami kejumudan. Tentang harapan sosok cerdas yang menjadi juru selamat. Tentang figur ideal pemimpin berjuta masyarakat. Sempurna tanpa cela. Sakti-mandraguna, tak takut digertak kapitalis, tak mundur diserang sekutu.

Kami lelaki cemburu habis, dan tak pernah berharap kemunculannya. Mungkin sosok maskulin dan perlente ini banyak ditunggu oleh kaum ibu. Berbadan tegap, wajah tampan, dan dada yang bidang penuh bulu. Aih.. Itu personifikasi yang berlebih.

Ya. Kita lelah menunggu karena entah siapa yang memimpin bangsa ini sekarang. Sungguhkah sosok yang kita inginkan? Mari kita tengok satu per satu. Dari level RT, RW, Kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur, atau Presiden. Jangan-jangan Satria Piningit yang kita gadang menjadi pemimpin bangsa, hari ini hanya memilih menjadi Ketua RT.

Atau mari kita berasumsi terbalik. Satria Piningit adalah personifikasi imajimatif di tengah keputusasaan kita mencari dan menggali pemimpin. Karena suksesi demi suksesi tak kunjung melahirkan seorang negarawan. Negarawan visioner yang bakal membangun kembali kejayaan masa lalu. Bukan saja di konsep yang diperdebatkan, tapi satu sistem strategis berkesinambungan lima, sepuluh, bahkan seratus tahun.

Menggapai kembali kejayaan tentang Nusantara, Dirgantara, bahkan Swargantara. Ibu pertiwi jengah. Semua melimpah, gemah ripah loh jinawi. Dan hari ini kemakmuran hanya dinikmati oleh segelintir orang. Lagi-lagi, bangsa-negara ini menanggung hutang luar negeri. Dengan ironi satu sistem yang dihegemoni oleh makelar, korup, dan transaksional.

Demokrasi yang kita bangun, menjadikan pesta mahal dan liar. Yang kaya, dia berjaya. Lupa idealisme bernegara, yang ada hanya fanatisme buta. Benarkah kita menikmatinya?

Satria Piningit menghisap rokoknya pelan-pelan. Secangkir kopi pahitnya hitam-pekat. Terang dalam kegelapan dunia..

Penulis: Rangga Sujali

ShareTweetKirimkan
Sebelumnya

Satlantas Polresta Banyumas kawal pendistribusian oksigen medis

Selanjutnya

Bantu RSI Ambil Oksigen, Polres Gunakan Kendaraan Dalmas

Selanjutnya

Bantu RSI Ambil Oksigen, Polres Gunakan Kendaraan Dalmas

Warga Cipari Nekat Hajatan di Masa PPKM Darurat, Satgas Hadapi dengan Persuasif

Tentang Kami / Redaksi
Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com

Tentang Kami / Redaksi / Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • BERANDA
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI

© 2021 indiebanyumas.com