BANYUMAS – Ketersediaan air baku untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PerumDAM) Tirta Satria Kabupaten Banyumas kembali menjadi perhatian masyarakat.
Mengandalkan tiga sumber utama, Kali Belot, Sungai Serayu, dan sumur dalam di Desa Jipang, pengelolaan air baku menghadapi berbagai tantangan yang memerlukan perhatian serius.
Sumber air baku dari sumur dalam di Desa Jipang, yang menggunakan pompa submersible, menjadi sorotan utama. Eddy Wahono, pengamat pengelolaan sumber daya air, menyebutkan bahwa ketergantungan pada air bawah tanah memiliki risiko tinggi, seperti korosi, serta kompleksitas geologi dan hidrologi.
“Permasalahan ketersediaan air bawah tanah sangat beragam, sehingga perlu perhatian khusus dari berbagai pihak,” ungkap Eddy.
Ia juga menekankan pentingnya kontrol mutu air baku pada tahap pengolahan akhir. Pengawasan harian atau mingguan perlu diterapkan untuk memastikan kualitas air tetap sesuai standar. Menurut Eddy, apabila terjadi keluhan dari masyarakat, hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kelemahan dalam protokol pengelolaan.
“Yang menjadi pertanyaan utama adalah, apakah fungsi manajemen pengelolaan air baku sudah dilaksanakan dengan baik?” tegasnya.
Eddy menyarankan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengelolaan air baku, termasuk aspek kontrol dan pemeliharaan infrastruktur.
Ia juga menekankan perlunya melibatkan pakar geologi, seperti Junaedhi, yang kini menjadi Dewan Pengawas PerumDAM Tirta Satria. Kajian mendalam terhadap faktor geologi dan hidrologi sangat penting untuk memastikan ketersediaan air bawah tanah yang berkelanjutan.
Langkah konkret ini dinilai krusial untuk menjawab tantangan ketersediaan air di masa depan dan mencegah potensi krisis air yang lebih besar. Dengan pendekatan profesional dan holistik, masyarakat diharapkan tetap mendapatkan akses air bersih yang berkualitas. (Angga Saputra)