FOKUS – Pemerintah Kabupaten Banyumas mengambil langkah cepat menyikapi dugaan Kasus Luar Biasa (KLB) terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyebabkan ratusan siswa mengalami gejala keracunan. Hingga kini, dua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah diberhentikan sementara operasionalnya.
Koordinator MBG Banyumas, Lucky Ayu Purwatiningsih, menyampaikan bahwa penghentian sementara dilakukan sebagai bentuk antisipasi atas masifnya pemberitaan dugaan KLB di media sosial.
“Dari badan misi nasional sudah ada arahan untuk menghentikan sementara SPPG yang bermasalah hingga waktu yang ditentukan,” ujar Lucky dalam rapat koordinasi dan evaluasi MBG di Pendopo Si Panji, Senin (29/9/2025).
Lucky menambahkan, sejak Kamis hingga Minggu lalu, pihaknya intensif berkoordinasi dengan Puskesmas dan Dinas Kesehatan untuk memantau perkembangan jumlah korban. Laporan jumlah kasus diperbarui setiap pagi dan sore, lalu diserahkan ke pusat.
“Peran Puskesmas dan Dinas Kesehatan sangat krusial. Kami minta dukungan penuh agar pemantauan di lapangan, terutama di dapur-dapur rawan, bisa maksimal,” tegasnya.
Tim Pengawasan Khusus Dibentuk
Rapat koordinasi tersebut dihadiri oleh Bupati dan Wakil Bupati Banyumas, Kapolresta Banyumas, Dandim 0701 Banyumas, Forkompimda, Sekda, para asisten, kepala perangkat daerah, serta pimpinan yayasan mitra pelaksana program.
Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, menekankan pentingnya pencegahan dini agar kasus tidak meluas. Ia mengungkapkan bahwa Pemkab bersama kepolisian dan instansi terkait akan membentuk tim pengawasan khusus.
“Tim ini akan mengawasi setiap dapur MBG di Banyumas. Forkopimca, kepala dinas terkait seperti Dinas Kesehatan, DLH, dan Dinas Pertanian akan dilibatkan. Dalam minggu ini tim harus sudah terbentuk,” kata Sadewo.
Ia juga meminta Forkopimca yang terdiri dari camat, kapolsek, dan danramil untuk aktif melakukan kontrol dan sosialisasi terkait standar pengelolaan dapur.
408 Siswa Diduga Keracunan
Kepala Dinas Kesehatan Banyumas, dr Dani Esti Novia, mengonfirmasi bahwa jumlah siswa yang diduga mengalami keracunan akibat konsumsi makanan MBG di Kecamatan Karanglewas mencapai 408 orang.
“Semua siswa sudah sehat, tidak ada yang dirawat inap,” jelas Dani.
Siswa-siswa tersebut berasal dari beberapa sekolah yang menerima distribusi MBG dari SPPG Karanglewas Kidul. Sampel makanan telah diambil dan dikirim ke Laboratorium Kesehatan Provinsi di Semarang untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sebelumnya, Dinas Pendidikan Banyumas memperkirakan jumlah siswa terdampak sekitar 100 orang dari SD Pangebatan, SD Kediri, dan TK di Pangebatan. Gejala keracunan mulai dirasakan sejak Selasa (23/9) dan Rabu (24/9), dengan menu MBG berupa nasi, telur, bihun, kuah soto, dan buah anggur pada Senin, serta nasi, ayam goreng, dan buah naga pada Selasa.
Tantangan Pelaksanaan Program MBG
Aspemkesra Sekda Banyumas, Nungky Harry Rachmat, menyebut MBG sebagai program unggulan Presiden Republik Indonesia yang bertujuan meningkatkan kualitas SDM melalui penyediaan makanan sehat dan bergizi. Program ini menargetkan 344.632 peserta didik dari PAUD hingga SMA, 7.672 ibu hamil, 32.484 ibu menyusui, dan 13.081 balita stunting di Banyumas.
“Program ini menghadapi tantangan seperti regulasi lokal, koordinasi antar sektor, dan pengawasan distribusi makanan. Laporan kualitas makanan dan dugaan keracunan menambah urgensi evaluasi menyeluruh,” ujar Nungky.
Saat ini, dari total 86 SPPG di Banyumas, 64 telah beroperasi dan 22 masih menunggu izin. Program ini didukung oleh 62 ahli gizi, 62 sarjana penggerak pembangunan, dan 27 yayasan mitra. (Angga Saputra)