![]()
Purwokerto, indiebanyumas.com – Beberapa hari terakhir, Banyumas dibuat geger dengan munculnya ‘kluster tarawih’. Terindikasi ada dua titik kasus covid-19 yang diduga dipicu aktifitas tarawih masyarakat yang tidak dibarengi dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan.
Ketua PCNU Banyumas, Sabar Munanto mengingatkan warga, munculnya kluster tarawih diharapkan tidak membuat ibadah kendor. Sebaliknya, memasuki 10 hari terakhir, frekuensi dan kualitas ibadah harus ditingkatkan.
“Masyarakat muslim Banyumas, khususnya Nahdliyyin jangan kendor, hanya gara-gara ada geger kluster tarawih. Meningkatkan ibadah di 10 hari terakhir Ramadhan itu tuntunan Nabi Muhammad SAW,” katanya.
Penegasan itu, kata Sabar disampaikan untuk mengimbangi ‘geger mower’ pemberitaan kluster tarawih. Dimana, terdapat gejala penurunan kualitas dan kuantitas ibadah di sejumlah titik. Ditambah, katanya, penetrasi informasi pemerintah daerah hingga desa khususnya soal covid-19.
Dalam pelaksanaan ibadah 10 hari terakhir bulan Ramadhan yang memang menjadi salah satu momen yang ditunggu Umat Muslim di seluruh dunia, tentunya harus diimbangi dengan pelaksanaan protokol kesehatan ketat. Diharuskan untuk jemaah yang sakit atau sedang merasa sakit untuk beribadah di rumah saja. Hal ini tentunya untuk mencegah penyebaran covid-19 dan terjadinya kluster lain yang tidak diinginkan.
Ketua PCNU Banyumas kembali mengingatkan warga untuk senantiasa menyikapi hal ini dengan tegas. Pelaksanaan protokol kesehatan dan panduan new normal harus senantiasa diamalkan, beriringan dengan pengamalan ibadah wajib dan ibadah sunnah pada bulan suci ini.
“Munculnya dugaan covid-19 justru menjadikan iman kita kuat. Berarti covid-19 ada dan harus kita sikapi. Caranya, tentu tiada lain dengan taat prokes. Panduan new normal juga saatnya diamalkan, bukan hanya sebagai pengetahuan,” tegas Sabar Munanto.
PCNU Banyumas, kata Sabar dari awal sudah menginformasikan kepada warganya, melalui struktur hingga ranting dan anak ranting (desa). Terutama sosialisasi penerapan protokol kesehatan (prokes) saat Ramadhan. Jauh sebelumnya, PCNU juga melakukan sosiasliasi dengan memasang ajakan prokes 5M yaitu mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, menjauhi kerumunan serta mengurangi mobilitas yang disampaikan melalui bilboard dan digital campaign.
“Sebagai pelayan masyarakat, kami berharap pemerintah lebih mengutamakan edukasi dan pendampingan. Dan mengurangi produksi kebijakan atau pernyataan yang mendorong rasa was-was masyarakat,” harap Sabar.