POLITIK- Langkah mantan Ketua DPD PAN Banyumas Wahyu Riyono SE MM yang ikut berkontestasi dalam Pilbup Banyumas 2024 banyak diragukan sejumlah kalangan. Selain dirinya sudah lama tidak tinggal di Banyumas, ihwal popularitas dan isi tas (modal uang) menjadi dasar itulah kenapa dirinya diragukan.
Meski begitu, Wahyu tetap tak bergeming dengan keputusan politiknya. Bagi Wahyu, politik itu dinamis. Tidak ada keputusan pasti, termasuk ketika banyak orang memperebutkan untuk bisa mengantongi rekomendasi dari PDI-P dengan klaim-klaim bahwa mereka memiliki prasyarat untuk meraihnya.
“Dalam proses politik saya tidak suka minta duit, jadi ketika saya maju cawabup tidak ada kekhawatiran dimintai duit. Kalah Cacak Menang Cacak, ” tandasnya.
Menang Cacak kalah Cacak dalam pertarungan politik bisa diartikan sukses atau gagal urusan belakangan, yang penting dicoba dulu.
“Paling penting di sini adalah dicoba dulu, keberhasilan tentu yang saya harapkan, namun apabila kemudian gagal, saya juga tidak akan merugi secara material karena saya datang dengan politik gagasan, bukan politik uang,” kata pria kelahiran Desa Kasegeran Kecamatan Cilongok ini.
Menurut Wahyu, diakui atau tidak, saat ini trend pilihan politik cenderung ditentukan oleh popularitas dan isi tas (uang). Bahkan kadang ada bumbu politik identitas. Trend tersebut seolah menjadi syarat tak tertulis bila ingin menang meraih jabatan politik seperti menjadi Kepala Daerah.
“Suka atau tidak suka tapi itulah fakta. Fakta yang menjadi penghambat orang-orang yang memiliki kapabilitas, leadership, track record yang baik dan memiliki gagasan yang bagus namun minim dana atau lemah jaringan. Sebuah fakta sebagai konsekuensi demokrasi yang menerapkan sistem pemilihan langsung yang melibatkan ribuan bahkan jutaan pemilih” ungkapnya.
Namun demikian, Wahyu menyatakan optimisme-nya akan perbaikan praktek berdemokrasi harus terus dibangun. Partai politik sebagai pilar demokrasi diharapkan mampu berperan sebagai kawah candradimuka untuk melahirkan figur potensial yang memiliki leadership dan kapabilitas. Kata dia, figur yang kemudian ditawarkan kepada masyarakat (pemilih) yang tidak terjebak pada politik identitas (SARA), politik uang dan kepentingan para Bandar.
Wahyu menambahkan, Menjadi Wakil Bupati pada dasarnya menjadi partner kerja Bupati dimana visi misinya sebenarnya harus sejalan dengan Bupati. Namun demikian untuk menjadi Wakil Bupatipun mesti ada cita-cita yang ingin diperjuangkan.
“Bagi saya, menduduki jabatan politik atau kekuasaan adalah alat, bukan tujuan. Dengan kekuasaan dapat menjadi alat yang lebih memungkinkan merealisasikan gagasan dari pada tidak memegang kekuasaan. Sekalipun tetap bukan hal mudah,” katanya.
Diketahui, mantan Ketua DPD PAN Banyumas Wahyu Riyono SE MM menjadi orang pertama yang mengembalikan formulir pendaftaran bakal calon wakil bupati (Bacawabup) dalam penjaringan Cabup dan Bacawabup oleh DPC PDI-P Banyumas. Wahyu mengembalikan formulir pendaftaran hari ini, Jum’at (9/5/2024) kemarin.
Angga Saputra