BANYUMAS– Konser Musik Kebudayaan dan Tanya Jawab Narkoba yang digelar Teater ESA bekerjasama dengan BNN Kabupaten Banyumas, Kamis (30/5/2024) di Warung 85 komplek underpass Purwokerto, hanya dihadiri oleh empat kandidat bakal calon bupati dan wakil bupati Banyumas.
Keempat kandidat yang hadir antara lain mantan wakil bupati Banyumas Drs Sodewo Tri Listiono MM, Komandan Satgas Cakra Buana PDI-P Banyumas, Iwan Mujianto SH, mantan birokrat di lingkungan Pemkab Banyumas, Purwadi Santoso dan isteri mantan Bupati Banyumas (Achmad Husein), Erna Sulistiawaty.
Keempatnya diberi kesempatan untuk menyampaikan pandangan mereka terkait bahaya penyalahgunaan Narkoba khususnya bagi generasi muda di Banyumas kepada para peserta yang terdiri dari para pelajar, mahasiswa, seniman, aktivis sosial, dan berbagai elemen masyarakat lainnya.
Sadewo Tri Listiono mengingatkan bahwa penyalahgunaan Narkoba itu tidak mengenal usia, mulai dari usia anak SD hingga orang tua yang sudah sampai pada taraf kecanduan.
“Ini terjadi di Pondok Pesantren rehabilitasi Narkoba milik saya di Sleman, ini mengerikan sekali. Lalu bagaimana perlakuan terhadap mereka? Kita harus ngewongake, tidak boleh dipinggirkan. Kemudian cara untuk menghentikannya seperti apa, jika dari sisi medis ada tahapan pengurangan, tetapi konsep di Ponpes kita adanya putus! Obatnya dengan dzikir, ” kata Sadewo.
Sadewo juga menjawab pertanyaan dari Surya Esa terkait dengan apakah pengguna Narkoba itu harus harus tetap ada atau tidak, dia menegaskan bahwa hal itu tidak boleh dibiarkan terjadi. Kata dia, peredaran Narkoba di Banyumas adalah peringkat ketiga di Jawa Tengah.
“Ini sangat mengerikan, ” ungkapnya.
Sadewo menyatakan dirinya sudah menyampaikan baik kepada Polresta Banyumas maupun BNN terkait dengan peredaran Narkoba salah satunya dalam bentuk obat daftar G yang tidak dijual secara bebas tetapi ada di toko obat.
“Jadi harapan saya, jangan ada pecandu Narkoba di Banyumas dan apabila ada maka rehab! Di Banyumas sudah ada tempat rehabilitasi Narkoba, tetapi yang lebih penting daripada itu adalah kesadaran dari diri sendiri, ” katanya.
Erna Sulistiawaty menyatakan sependapat dengan apa yang disampaikan Sadewo. Menurut Erna, peran keluarga sangat penting dalam upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba.
“Peran keluarga sangat penting, keluarga harus hadir menjadi sahabat menjadi teman curhat. Jangan miskomunikasi, ke depan insyaallah saya akan merangkul kaum ibu, Anak-anak bagaimana supaya Narkoba tidak bisa masuk ke dalam rumah, ” katanya.
Sementara itu, Purwadi Santoso mengharapkan agar pemerintah daerah ke depan harus ikut berperan serta, dengan tanpa membuat sekat antara institusi dalam satu tujuan pencegahan terhadap penyalahgunaan Narkoba.
“Harus membangun sintergitas, karena Narkoba bisa disembuhkan, kemauan keras harus kita bangun secara totalitas, dalam regulasi, dalam SOP yang jelas sehingga di Banyumas itu sejuk dan nyaman sampai tidak ada lagi pecandu Narkoba, ” katanya.
Adapun Iwan Mujianto menyatakan sangat mendukung konsep yang lebih jitu di masa depan dalam konteks penanggulangan penyalahgunaan Narkoba. Termasuk kepastian berkait dengan ganja untuk pengobatan penyakit, yang mana sampai saat ini masih dalam proses pembahasan oleh DPR dan dalam upaya uji materi UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
“Karena ganja untuk pengobatan ini undang-undanya masih belum disahkan sedangkan ada kasus di mana orang dari kalangan tidak mampu yang harus menjalani pengobatan dengan ganja tetapi pada akhirnya justru terkena kasus,” ungkapnya.
Iwan dalam kesempatan tersebut secara jujur berbagi pengalaman dirinya ketika pernah menjadi pemakai sabu dan ekstasi pada tahun 1996 hingga 1997. Namun akhirnya Iwan bisa berhenti total mengkonsumsi barang haram tersebut atas kemauan sendiri.
“Awalnya saya berusaha keras agar bisa berhenti dengan mendatangi dokter bukan hanya di sini tetapi sampai ke Jogjakarta, Bandung, Semarang dan kota lainnya. Alhamdulillah, saya berhenti karena kesadaran diri, saya malu terhadap istri dan anak saya. Saya merasa berdosa ketika mereka sedang tertidur, saya justru malah menghabiskan uang hanya untuk hal yang pada akhirnya merusak diri sendiri, ” tuturnya.
Karena itulah, Iwan berpesan kepada para pelajar dan mahasiswa yang hadir dalam acara tersebut untuk jangan pernah sekalipun mencoba mendekati Narkoba. Iwan mengatakan, salah satu cara agar tidak terjebak dan terjerumus dalam Narkoba antara lain dengan menjaga pergaulan.
“Tetapi yang terpenting adalah datang dari kemauan sendiri. Saat ini, banyak obat-obatan berbahaya yang dijual murah, salah satu contohnya heximer. Namun, apabila kita tidak ada niat untuk mencobanya, maka kita juga akan terhindar dari hal berbahaya tersebut, ” kata Iwan.
Sayangnya, agenda tanya jawab terkait dengan ihwal Narkoba tidak dimanfaatkan oleh para peserta yang hadir ketika Iwan beberapa kali mempersilahkan para peserta untuk bertanya seputar penyalahgunaan Narkoba.
Sementara itu, Surya Esa selaku penggagaa acara tersebut menyampaikan terimakasih atas kehadiran para calon pemimpin Banyumas meski hanya empat orang saja yang datang.
“Mau datang atau tidak silahkan,
ini menjadi tanggungjawab mereka ke depan sebagai seorang pemimpin sebenarnya. Ingat bahwa Narkoba itu menjadi penyakit yang sangat serius bagi bangsa ini selain teroris dan korupsi. Jadi ketika saya sudah mengundang kok nggak datang, kita tanyakan saja kepada rumput yang bergoyang, ” kaya Surya Esa. (Aga/Alri)