BANYUMAS – Persoalan layanan parkir di wilayah Banyumas kembali jadi sorotan warga. Keluhan datang dari warga yang merasa dirugikan karena praktik parkir liar masih saja terjadi, terutama soal penarikan uang tanpa pemberian karcis resmi dan juru parkir tanpa atribut.
Salah satunya disampaikan Yon Daryono, warga Purwokerto yang membagikan pengalamannya lewat sejumlah grup WhatsApp. Ia menceritakan kejadian yang dialaminya saat mendatangi beberapa ATM di kawasan Hotel COR, lalu melanjutkan ke warung pinggir jalan di Kaliputih.
Karena hanya menunggu istri, Yon tetap duduk di atas motor. Ketika hendak pergi, datang seorang pria muda yang tampaknya adalah juru parkir. “Dia ambil sempritan dari kantong, selipkan di bibir, siap-siap tiup peluit. Saya pun langsung siapkan uang Rp1.000 sesuai Perda, sambil bilang, ‘Karcis parkirnya, Mas,” kata Yon.
Namun, ekspresi juru parkir tersebut langsung berubah. Wajah yang semula ramah berubah masam. “Dia hanya menjawab, ‘Wis Mas, terus bae!’ dan saya pun jalan tanpa diberi karcis,” lanjutnya.
Dari kejadian ini, Yon menyimpulkan bahwa praktik pungutan liar masih terjadi. Menurutnya, membayar parkir sesuai tarif resmi bukan masalah. Tapi karcis tetap wajib diberikan sebagai bukti dan kontrol terhadap retribusi yang masuk ke kas daerah.
“Tanpa karcis, bagaimana PAD mau maksimal? Belum lagi nasib para juru parkir yang tidak jelas kerja di jalanan tapi tak terlindungi,” ujarnya.
Harsono, warga Perumahan Pasir Kidul, Purwokerto Barat, juga menyampaikan pengalaman serupa. Pada Jumat sore (27/6/2025), ia parkir di depan dealer Honda kawasan Buntos. Saat datang, tak ada satu pun juru parkir yang membantu, padahal kondisi lahan cukup padat.
“Saya parkir sendiri, agak susah. Tapi waktu saya sudah di dalam mobil mau pulang, baru muncul seorang pria tak berseragam, hanya pakai kaos oblong dan celana jeans, sambil meniup peluit,” ujar Harsono.
Ia langsung menegaskan bahwa saat datang tidak dibantu. “Saya bilang, ‘Tadi saya parkir sendiri dengan susah, sekarang saya mau pulang, panjenengan baru datang.’ Dia terdiam. Saya pun pergi tanpa memberi uang.”
Tak berhenti di situ, beberapa meter dari lokasi pertama di depan Lapas Narkotika, kejadian serupa kembali terjadi. Tidak ada yang membantu saat datang, namun saat hendak pergi, tiba-tiba datang seseorang yang mengaku juru parkir, juga tanpa atribut.
“Karena sama saja, ya saya tidak beri uang parkir,” tutup Harsono.
Pengalaman-pengalaman ini menyoroti masih lemahnya penegakan regulasi parkir di Banyumas. Warga melalui berbagai platform media sosial mendesak pemerintah daerah untuk segera menata ulang sistem parkir, memperketat pengawasan, serta memastikan seluruh juru parkir memiliki identitas resmi, bekerja sesuai aturan, dan memberikan karcis kepada pengguna jasa. (Angga Saputra)