BANJARNEGARA – Harga jagung kering yang melambung di atas Rp 5.000 perkilogram saat ini membuat peternak ayam resah.
Tapi semahal apapun harga jagung, peternak tetap membelinya untuk pakan pokok ayam mereka.
Peternak harus membeli jagung giling seharga Rp 5.400 sampai Rp 6.000 ke pedagang.
Meski dikeluhkan peternak, kenaikan harga jagung di sisi lain menjadi kabar gembira bagi petani.
Hasil panen mereka dihargai lebih tinggi sehingga pendapatan bertambah.
Di bawah terik yang menyengat, Ahmad Sugito, warga Desa Kutawuluh Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara masih bersemangat memanen jagung di kebunnya, Desa Kutawuluh.
Kenaikan harga jagung bukan hanya berlaku di pasaran.
Sugito pun ikut merasakannya.
Hasil panennya dihargai cukup tinggi menyesuaikan harga pasar.
Ia menjual jagungnya ke pengepul Rp 5.000 perkilogram.
Ia tentu cukup lega dengan harga itu.
Tetapi bukan berarti ia meraih untung besar pada panen kali ini. Raut wajahnya tetap datar usai menghitung keuntungannya dari hasil panen.
“Gak seberapa untungnya, ” katanya, Senin (18/10/2021)
Menurut Sugito, harga jagung Rp 5.000 di tingkat petani saat masih terbilang wajar.
Harga segitu belum membuat petani sepertinya girang.
Meskipun ia mengakui, harga itu lebih baik dari musim panen kemarau tahun lalu. Saat itu, jagung petani dihargai Rp 3700 perkilogram.
Tetapi kondisi sekarang tentu sudah berbeda. Modal produksi mulai penanaman, perawatan hingga panen lebih tinggi dari musim tanam tahun lalu. Ia mencontohkan, harga pupuk saat ini mencapai Rp 155 ribu perkantong.
Belum pestisida untuk membasmi hama, khususnya ulat seharga lebih dari Rp 100 ribu perbotol. Apalagi Sugito menanam jagung bukan di lahan pribadi, melainkan harus menyewa tahunan, Rp 5,1 juta setahun.
Jika jagung petani dibeli di bawah Rp 5000 perkilogram, mereka justru terancam merugi.
“Panen ini dapat sekitar 1,7 ton, ” katanya. (*)