INDIE BANYUMAS
  • BERANDA
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS

GENEALOGI NEOLIBERALIS INDONESIA

GENEALOGI NEOLIBERALIS INDONESIA
Senin, 3 November 2025

Resensi Buku
Peresensi : Dr. Agus Rizal (Ekonom Univ MH Thamrin).

Judul buku asli: Republik Yang Menunggu.
Penulis: Yudhie Haryono.
Penerbit: Kalam Nusantara, Jakarta.
Tahun terbit: 2009
Jumlah halaman: 339 hlm+x.
ISBN: 978.979.187221.8

Jumat yang khidmat. Kami meriung membahas buku lama tapi kontekstual. Bukunya berjudul “Republik Yang Menunggu.”

Buku ini merupakan karya Yudhie Haryono, yang juga adaptasi dari disertasinya. Tentu sangat serius, kaya data dan “perih” jika membacanya.

Karya ini menyampaikan pada kita untuk melihat kekuasaan, ekonomi dan ideologi politik yang diam-diam membentuk kehidupan warga negara selama ini. Satu kajian panjang dan rumit.

Jika membaca pelan, buku ini menampar kesadaran kita bahwa ekonomi politik tidak pernah netral; selalu ada kepentingan, selalu ada pemenang dan pihak yang dikorbankan. Membacanya terasa seperti menyalakan lampu di ruangan yang terlalu lama gelap, dibiarkan gelap: tiba-tiba kita melihat pola ekonomi politik negara, aktor yang mengatur keputusan ekonomi, dan tarikan kuasa yang menentukan ke mana republik ini sebenarnya diarahkan.

Republik yang Menunggu adalah buku yang membongkar stagnasi politik ekonomi Indonesia tanpa basa basi. Yudhie Haryono menulis sebagai seseorang yang sudah terlalu lama melihat negara kehilangan kendali dan akhirnya memutuskan untuk membeberkan semuanya secara terbuka.

Penulis buku menggambarkan republik ini seperti berdiri di peron sejarah, menunggu kereta yang tidak pernah datang. Sejak awal, ia menegaskan bahwa persoalannya bukan kekurangan teori atau data, tetapi absennya keberanian politik untuk mengambil keputusan strategis.

Yudhie Haryono kemudian memetakan kemacetan struktural yang menahan Indonesia. Elite politik sibuk mengurus transaksi internal, sementara institusi ekonomi berjalan tanpa arah yang jelas.

Negara hadir tetapi pasif, bergerak tetapi tidak memimpin. Kerangka analisis yang ia gunakan memperlihatkan betapa lemahnya proses kebijakan ketika negara tidak memiliki kendali strategis atas kekuasaan dan aliran modal.

Salah satu bagian paling penting adalah telaah Yudhie Haryono mengenai akar filosofi liberal klasik yang kemudian berkembang menjadi neoliberalisme. Ia menjelaskan bagaimana gagasan Adam Smith, John Locke, dan Mill yang awalnya berbicara tentang kebebasan individu serta pembatasan kekuasaan raja pada akhirnya berubah menjadi legitimasi bagi pasar untuk mengambil alih peran negara. Liberalisme klasik lahir sebagai kritik terhadap kekuasaan absolut, namun dalam wujud modernnya berubah menjadi ideologi yang mengikis kewenangan negara dan memperkuat posisi korporasi serta modal internasional.

Pada titik ini, Yudhie Haryono menunjukkan bahwa penyakit republik bukan sekadar persoalan teknis, tetapi persoalan ideologis.

Deregulasi yang terburu-buru, privatisasi sektor strategis, dan pelepasan ruang publik kepada mekanisme pasar tidak muncul begitu saja. Semua itu lahir dari keyakinan bahwa pasar selalu lebih benar daripada negara. Ketika negara ditempatkan sebagai pihak yang dianggap mengganggu, ia hanya menunggu.

Yaitu menunggu tekanan, menunggu sinyal, dan menunggu arahan yang justru seharusnya datang dari rakyat.

Bagian lain yang memperkuat analisis Yudhie Haryono adalah pemaparan pandangan para ekonom negara mengenai keadaan ekonomi Indonesia. Ia menunjukkan bagaimana banyak ekonom birokrasi terjebak pada kerangka pikir makro yang normatif, seolah pertumbuhan selalu cukup untuk menjawab semua persoalan.

Yudhie Haryono memperlihatkan kontras antara laporan ekonomi yang tampak rapi dan realitas sosial yang berantakan. Ia menegaskan bahwa sebagian ekonom negara terlalu bergantung pada resep pasar sehingga gagal membaca akar masalah produksi, distribusi, dan ketimpangan. Dengan cara ini, ia membongkar jurang antara analisis teknokratik dan kebutuhan nyata warga negara.

Yudhie Haryono juga membahas dampak nyata dari dominasi neoliberalisme. Ketimpangan ekonomi, rapuhnya sektor produksi nasional, dan mandeknya industrialisasi bukan kesalahan prosedur, tetapi konsekuensi logis dari negara yang menarik diri dari mandat historisnya.

Warga negara akhirnya membayar mahal akibat filosofi yang memuja efisiensi tetapi mengabaikan keadilan dan kedaulatan ekonomi.

Pada bagian berikutnya Yudhie Haryono memperkenalkan Ekonomi Pancasila sebagai antitesis ideologis neoliberalisme sekaligus solusi praktis. Ia menempatkannya bukan sebagai slogan politik, tetapi sebagai kerangka pembangunan yang menyeimbangkan peran negara, pasar, dan solidaritas sosial.

Dengan nilai gotong royong dan keadilan sosial, model ini ditawarkan sebagai jalan keluar nyata untuk mengentaskan kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran. Dalam pendekatan ini, ekonomi diposisikan sebagai sarana pembebasan warga negara dari ketidakpastian hidup.

Meski kritiknya tegas, Yudhie Haryono tetap menunjukkan bahwa Indonesia memiliki modal sosial, memori historis antikolonial, dan kekayaan sumber daya yang dapat menjadi dasar kebangkitan nasional.

Namun semua potensi itu tidak akan berarti selama negara tetap berdiri di sisi arena dan menunggu tekanan pasar atau restu asing.

Baginya, negara harus kembali menjalankan peran strategisnya sebagai pengarah pembangunan.

Pada akhirnya, Republik Yang Menunggu adalah alarm moral dan sekaligus seruan politik. Yudhie Haryono meminta negara berhenti menunggu dan mulai mengambil kembali mandatnya dari dominasi ideologi pasar.

Buku ini bukan hanya kritik, tetapi peta untuk memahami siapa yang mengendalikan arah republik dan bagaimana negara dapat merebut kembali kendalinya. Bagi pembaca media, buku ini menjadi bacaan penting untuk memahami mengapa Indonesia tersandera, siapa yang menyandera, dan apa yang harus dihentikan agar republik kembali bergerak.(*)

ShareTweetKirimkan
Sebelumnya

NEOLIBERALISME ITU PAGEBLUK

Selanjutnya

PLN Pastikan Relokasi Tiang Listrik di Sokawera Gratis, Warga Tak Dibebani Biaya

Selanjutnya
Warga Sokawera Laporkan Tiang Listrik Ganggu Jalan ke Klinik Hukum PERADI SAI

PLN Pastikan Relokasi Tiang Listrik di Sokawera Gratis, Warga Tak Dibebani Biaya

Bupati Banyumas: Jangan Biarkan Inovasi ASN Mati Karena Mutasi

Bupati Banyumas: Jangan Biarkan Inovasi ASN Mati Karena Mutasi

Tentang Kami / Redaksi
Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com

Tentang Kami / Redaksi / Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • BERANDA
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI

© 2021 indiebanyumas.com