INDIE BANYUMAS
  • BERANDA
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS

Gagap

Sabtu, 31 Juli 2021

Sepanjang pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir satu setengah tahun ini, pemerintah Indonesia setidaknya telah menelurkan lima kebijakan. Mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Maret 2020, kemudian Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai Januari 2021.

Tak berselang lama pemerintah memberlakukan PPKM Mikro di seluruh provinsi yang mengatur hingga tingkat RT/RW. Setelah itu mengganti dengan PPKM Darurat pada awal Juli 2021 di provinsi Jawa-Bali lantaran melonjaknya kasus infeksi setelah lebaran.

Setelah habisnya jangka waktu penerapan PPKM Darurat, pemerintah lagi-lagi membuat aturan baru yakni PPKM level 1 hingga 4 sampai 2 Agustus mendatang.

Indonesia diprediksi akan menjadi negara terakhir di dunia yang keluar dari krisis pandemi Covid-19 jika tidak ada kebijakan strategis yang luar biasa pada pemulihan kesehatan, kata seorang pakar. Pasalnya hampir satu setengah tahun pandemi berjalan, kebijakan yang diambil pemerintah lebih dipengaruhi oleh kompromi politik dan ekonomi ketimbang kesehatan.

Lumpuh. Karena hampir semua sektor penggerak ekonomi masyarakat terimbas.

Lalu pemerintah sibuk. Setidaknya ada tujuh jenis bantuan jaringan pengaman sosial. Mulai dari bantuan sembako, bantuan sosial tunai, BLT Dana Desa, listrik gratis, Kartu Prakerja, subsidi gaji karyawan, dan BLT usaha kecil mikro.

Di level atas, mudah saja memberikan perintah. Aplikasinya sampai titik penerima, gagap dan linglung. Lagi-lagi karena carut-marut validitas data kependudukan. Ada yang merasa berhak tapi tidak menerima apa pun, membandingkan dengan tetangga yang lebih mampu justeru menerima.

Sarat permasalahan. Terlebih ketika bantuan itu berujud barang sembako. Ada manipulasi kuantitas dan kualitas barang. Ada pula upaya mencari keuntungan dari pendistribusiannya.

Gagap dan linglung karena data. Dan karena paham akan kelemahan data pula semua jadi potensi diselewengkan. Lupa hati-nurani, miskin sense of crisis, hemat berempati. Ke mana kuatnya rasa tepa-slira?

Penulis: Rangga Sujali
Redaktur Eksekutif

ShareTweetKirimkan
Sebelumnya

Vaksin Habis, Bupati Kebumen Minta Tambahan ke Pemprov dan Pusat

Selanjutnya

Tidak Ada Toleransi Bagi Anggota yang Terlibat Narkoba

Selanjutnya

Tidak Ada Toleransi Bagi Anggota yang Terlibat Narkoba

Kasus Penipuan Online Marak di Cilacap, Begini Penjelasan Polisi

Tentang Kami / Redaksi
Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com

Tentang Kami / Redaksi / Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • BERANDA
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI

© 2021 indiebanyumas.com