INDIE BANYUMAS
  • Beranda
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS
  • Beranda
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS

Fitrah

Sabtu, 15 Mei 2021

Lebaran kedua di musim pandemi. Terjebak jauh di bumi Dewata. Mendung sejak subuh tadi. Ada yang datang, ada yang bersembunyi, pula ada yang hilang.

Aku ceritakan tentang kondisi Bali secara umum. Hari ini ekonomi masyarakat terpuruk, mungkin sampai pada bilangan sisa 30%. Pariwisata sebagai tulang punggung, belum kunjung siuman. Wisatawan mancanegara (wisman) sebagai pembawa devisa belum kunjung datang. Karena negara-negara di Australia, Amerika , Eropa, masih belum membuka ijin keluar.

Selevel Bali, yang tak kurang mapan dari dunia pariwisata, yang sudah didukung penuh dengan struktur dan kultur masyarakat. Di tulisan lain pernah kuceritakan, pariwisata di Pulau Dewata ini besar, karena adat-budaya yang menjadi magnetnya.

Mampukah Banyumas? Lakukan character building dulu. Butuh waktu yang lama untuk membentuk dan membangun karakter sadar wisata. Ada Pokdarwis yang menjadi trigger. Hindari premanisme dalam segala bentuk. Sebagai komparasi, tidak ada tiket masuk kawasan wisata di sepanjang pantai Sanur sampai Kuta. Pengunjung hanya membayar tiket parkir yang sangat realistis. Mobil Rp.5.000, dan motor Rp.2.000. Kalau menginap di hotel yang dekat pantai, bisa jalan kaki atau bersepeda. Ada jogging track berpaving bagus, tidak dipungut biaya.

Pun dengan kulinernya. Pedagang asongan bebas menjaja. Warung, kafe, dan restoran menyajikan menu dengan harga yang jelas, relatif murah untuk level Bali. Bahkan lebih murah dibanding di Baturraden. Tanpa mengurangi standar cita rasa.

Beda budaya, beda pula agamanya. Tampak dalam busana. Pesiar di Bali adalah menikmati alam dengan kenyamanan. Termasuk dalam berbusana. Tidak bisa memaksa pelancong untuk berbusana tertentu. Celana pendek, t-shirt, bahkan hanya berbikini di pantai, adalah hal yang wajar. Bahkan kadang terkecoh, yang berpenampilan belel ternyata pembawa pundi unlimited.

Lalu apa yang didapat dari pembangunan obyek wisata artifisial yang gencar dilakukan di Banyumas? Wisatawan lokal, yang cukup datang sekali, foto narsis, upload di media sosial. Selesai. Ganti tujuan wisata lain, senasib. Berapa jumlah obyek wisata di Banyumas? Berapa jumlah penduduk Banyumas? Mampukah menarik wisatawan dari luar kabupaten?

Butuh effort yang luar biasa. Apalagi dalam musim pandemi seperti ini. Benarkah pariwisata mampu menghidupkan perekonomian masyarakat. Rekayasa budaya? Seberapa kuatkah ilmu pengetahuan dan kemampuan kita merekayasa budaya yang baru terbentuk sekian puluh tahun? Kenapa leluhur kita begitu Mashur? Karena keselarasan rasa, cipta dan karsa. Bagaimana mereka mencapai titik paripurna itu? Karena penguatan Budi pekerti. Apakah kita mampu? Mampu jika mau belajar tentang kemurnian sejarah.

Tak cukup hanya baju pangsi, celana komprang, dan iket seadanya. Tapi butuh ketulusan.

Menilik keterpurukan Bali hari ini, maka lebih baik para pemangku kekuasaan berfikir ulang. Banyak usaha produktif lain yang lebih keren ketimbang membuang anggaran untuk membangun wisata desa. Banyumas negeri agraris, tentu banyak potensi yang bisa digali dari sana. Cadangan air melimpah, pasti bisa dikelola menjadi sesuatu.

Mengenang lagunya Koes Plus, “tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman..” Setelah menjadi tanaman, akal-pikir kita dirayu mengolah menjadi barang konsumtif yang memiliki nilai jual tinggi. Lagi-lagi butuh penyadaran tentang pentingnya kembali ke akar budaya. Beda budaya gurun, agraris dan maritim. Seperti masyarakat Bali yang hari ini kembali ke pertanian dan nelayan. Karena itulah budaya awal mereka. Pariwisata adalah bonus dari perilaku adat-budaya.

Sanggupkah kita kembali ke fitrah?

Rangga Sujali

ShareTweetKirimkan
Sebelumnya

12 Orang Tewas dalam Ledakan di Masjid Afghanistan

Selanjutnya

PBB Minta Israel-Palestina Hentikan Konflik: Banyak Warga Tak Berdosa Tewas

Selanjutnya

PBB Minta Israel-Palestina Hentikan Konflik: Banyak Warga Tak Berdosa Tewas

Mau Liburan Akhir Pekan ke Germanggis? Cukup Rp 15 Ribu Saja

Tentang Kami / Redaksi
Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com

Tentang Kami / Redaksi / Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI

© 2021 indiebanyumas.com