Puluhan ribu warga Kabupaten Banyumas dan sekitarnya memadati Jalan Jenderal Soedirman Purwokerto, dari Komplek Alun-alun hingga Pasar Wage, Sabtu malam (23/08/2025). Mereka antusias menyaksikan Festival Kenthongan yang digelar sebagai bagian dari rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, festival kali ini tidak melibatkan grup kenthongan dari tingkat kecamatan. Sebagai gantinya, OPD di Kabupaten Banyumas berperan sebagai pembina dan peserta utama.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Banyumas, Fendy Rudianto, menjelaskan bahwa perubahan format ini merupakan kebijakan pimpinan untuk mendorong partisipasi aktif OPD dalam pelestarian budaya daerah.
“Meski formatnya berbeda, antusiasme masyarakat tetap tinggi. Acara berlangsung meriah seperti biasa,” ujarnya.
Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, secara resmi membuka festival yang menampilkan 29 kontingen kenthongan terbaik dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyumas.
Bupati Sadewo menyampaikan apresiasi kepada masyarakat dan tamu undangan yang turut memeriahkan acara sebagai bentuk kecintaan terhadap budaya lokal.
“Terima kasih atas antusiasme yang luar biasa. Ini adalah dukungan nyata agar Festival Kenthongan terus hidup dan berkembang, meski di tengah gempuran hiburan modern,” ujarnya.
Sadewo menegaskan bahwa kenthongan bukan sekadar alat musik tradisional, melainkan simbol kebersamaan dan semangat gotong royong yang telah mengakar kuat di masyarakat Banyumas.
“Kenthongan adalah warisan budaya yang harus kita jaga. Festival ini membuktikan bahwa alat musik yang telah ada sejak era 1970-an masih lestari dan relevan hingga kini,” tambahnya.
Antusiasme Penonton Tak Surut
Salah satu penonton asal Purwokerto Selatan, Yayu, mengaku telah menunggu festival ini sejak sore demi mendapatkan posisi menonton yang nyaman.
“Festival ini selalu dinanti. Saya dan keluarga senang melihat penampilan yang beragam dan memukau,” tuturnya.
Menurut Yayu, penampilan tahun ini terasa lebih menarik karena variasi lagu yang dibawakan peserta lebih beragam dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kalau tahun lalu lagu-lagunya mirip, sekarang lebih bervariasi. Jadi makin penasaran dengan penampilan berikutnya,” katanya.
Festival Kenthongan Banyumas kembali membuktikan bahwa tradisi lokal dapat tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat modern, selama ada komitmen bersama untuk melestarikannya. (Angga Saputra)