INDIE BANYUMAS
  • Beranda
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS
  • Beranda
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS

Catatan Bulan Bung Karno (VII)

Selasa, 15 Juni 2021


Tiga Kekuatan Dahsyat Melalui Konsep Trisakti

Konsep Berdiri di Atas Kaki Sendiri (Berdikari) pertama kali disampaikan oleh Sang Proklamator dalam pidato peringatan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan 17 Agustus 1945 yang ke-19. Vivere Pericoloso, itulah judul pidato yang terkenal tersebut. Pidato Presiden Soekarno terutama dalam peringatan hari proklamasi kemerdekaan selalu dinantikan seluruh rakyat karena berisi pesan-pesan penuh makna sampai selanjutnya menjadi konsep yang diejawantahkan untuk membangun Republik Indonesia agar mampu menjadi negara yang hebat di dunia.

Konsep Berdikari Bung Karno, sebagaimana dalam tulisan sebelumnya, merupakan formulasi dari tiga gagasan yang diinginkan sang Proklamator sebagai pondasi menuju sebuah bangsa yang diperhitungkan dunia karena kekuatan dahsyatnya. Tiga kekuatan itu yang dikenal dengan nama Trisakti. Tiga kesaktian itu dalam Vivere Pericoloso disampaikan Bung Karno secara tegas bahwa bangsa Indonesia harus bisa berdaulat secara politik, Berdikari dalam bidang ekonomi serta memiliki kekuatan karakter dalam sosial budaya yang kemudian disebut sebagai ‘berkepribadian dalam kebudayaan’.

“Kita tidak cukup hanya berjiwa Nasakom–kita pun harus berjiwa Pancasila, berjiwa Manipol/Usdek (Manifesto politik/Undang-Undang Dasar 1945), berjiwa Trisakti Tavip (Tahunvivere pericoloso yakni tahun di mana revolusi bergelora), berjiwa berdikari!” kata Bung Karno seperti dikutip dari konten digital Perpusatakaan Nasional (IDN Times).

Bung Karno yakin, apabila konsep Trisakti ini benar-benar mampu diterapkan di tengah masyarakat, maka akan mampu membangkitkan Indonesia menjadi negara besar yang disegani oleh negara-negara lain di seluruh dunia. Trisakti, di dalamnya terkandung tiga paradigma yang menyentuh aspek-aspek penting bagi kemandirian dan kemajuan suatu bangsa, yaitu aspek politik, ekonomi, dan budaya. Tiga paradigma tersebut adalah berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaaan.

Istilah Vivere Pericoloso berasal dari bahasa Italia, artinya vivere (hidup) dan pericoloso (berbahaya). Kala itu, bangsa Indonesia sedang mengalami masa-masa genting atau berbahaya, dari dalam maupun dari luar terlebih ketika terjadi konfrontasi dengan Malaysia hingga melahirkan gerakan Ganyang Malaysia. Selain masalah konfrontasi, kondisi dunia di saat itu juga sedang dilanda masa masa subversif yang menghambat jalannya revolusi. Karena itulah penting bagi Bung Karno untuk mengobarkan semangat revolusi dalam pidatonya yang penuh berapi-api tersebut.

“Rasa romantic-perdjoangan adalah sumber kekuatan daripada Perdjoangan. Oerkracht daripada perdjoangan ! Kalau tidak ada rasa romantik-perdjoangan itu, sudah lama kita remuk-redam, sudah lama kita seperti tjatjing-mati diindjak-indjak orang. Apa jang tidak kita alami sudah, sekali lagi : apa jang tidak kita alami sudah, – en toh kita masih berdiri tegak, en toh kita masih belalak mata, bahkan kita makin kuat, makin sentausa, makin hebat derap-langkah kita menggetarkan bumi? Aksi militer Belanda kesatu?, aksi militer Belanda kedua?, pengchianatan PRRI?, pengchianatan Permesta?; penjelewengan-penjelewengan jang disengadja untuk mendjatuhkan demokrasi terpimpin?; sabotase internasional oleh kaum imperialis?; subversi dan intervensi jang litjin tapi bertubi-tubi?; kepungan terang-terangan oleh basis-basis militer imperialis?; sabotase ekonomis jang amat lihay sekali? ; pemasangan benteng imperialis jang bernama “Malaysia”dengan antek imperialis jang bernama Tengku Abdul Rachman? ; – hehe semua itu kita anggap sebagai bagian sadja daripada iramanja Revolusi, semua itu kita terima dengan rasa romantiknja Revolusi, – semua itu kita ganjang habis-habisan dengan romantiknja Revolusi!.

Begitu nukilan pidato Bung Karno yang berapi-api.

Ya, permasalahan yang terjadi memang begitu kompleks. Kondisi politik dalam negeri juga dilanda masalah yang cukup pelik. Friksi antar kelompok atau partai sangat kencang. Belum lagi masalah ekonomi yang juga tidak kalah ruwetnya. Tentu hal ini sangat mempengaruhi posisi Bung Karno sebagai presiden. Maka dengan penuh keberanian, Bung Karno berani berkata tidak kepada Amerika Serikat serta kedekatannya dengan Republik Sosialis Uni Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok. Keberanian sikap Bung Karno inilah yang konon membuat Abang Sam marah besar. Negara adidaya itu pun sempat menggalang hubungan dengan sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat untuk menyingkirkannya.

Dalam situasi yang terjepit seperti itu, Bung Karno mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk segera bangkit agar berani keluar dan melawan berbagai krisis multidimensi. Krisis dalam bidang politik, krisis ekonomi hingga krisis identitas, termasuk ancaman dari negara negara kolonialis yang kala itu mengepung Asia Tenggara. Bung Karno mengajak bangsa Indonesia untuk terus melakukan revolusi guna memperbaiki kondisi negara yang sedang terancam.

Bung Karno melalui konsep Trisakti ingin menumbuhkan semangat dan rasa kepercayaan diri yang tinggi kepada rakyatnya bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan segala potensi sumber daya dan kearifan bangsa yang dimiliki. Dengan modal tersebut, bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang kuat dan mandiri, tidak tergantung dengan bangsa lain. Ketergantungan dengan bangsa lain justru akan membuat bangsa kita tidak akan mampu memaksimalkan seluruh potensi yang kita miliki. Akibatnya, bangsa kita tidak akan mampu berkembang menjadi negara yang maju dan akan sulit untuk mewujudkan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat.

Konsep berdikari yang disampaikan dalam Vivere Pericoloso lalu diperjelas pada 17 Agustus 1965. Pada hari tersebut, Soekarno memaparkan secara rinci gagasannya tentang berdikari. Bung Karno menekankan bahwa Indonesia bisa mandiri dan tidak bergantung terhadap bangsa lain, mulai dari dalam kehidupan politik, ekonomi, hingga kehidupan sosial budaya. Pada usia ke-20 hari proklamsi itu, Bung Karno berkata :

“1964 dalam pidatoku yang terkenal, Tahun Vivere Pericoloso! (Tavip), kuformulasikan: ” 6 hukum Revolusi ”, yaitu bahwa Revolusi harus mengambil sikap tepat terhadap kawan dan lawan, harus dijalankan dari atas dan dari bawah, bahwa destruksi dan konstruksi harus dijalankan sekaligus, bahwa tahap pertama harus dirampungkan dulu kemudian tahap kedua, bahwa harus setia kepada Program Revolusi sendiri yaitu Manipol, dan bahwa harus punya sokoguru, punya pimpinan yang tepat dan kader-kader yang tepat; juga kuformulasikan Trisakti :

Berdaulat dalam politik,

Berdikari dalam ekonomi dan

Berkepribadian dalam kebudayaan.

Saudara-saudara setanah-air dan sebangsa.

Kawan-kawanku secita-cita,

Dari semuanya ini jelas, ya, dari pengalaman langsung kita selama 20 tahun ini jelas, bahwa Revolusi kita terus-menerus maju, terus-menerus meningkat. Majunya sudah barang tentu bukan maju dengan gampang, meningkatnya sudah barang tentu bukan meningkat tanpa korbanan. Scgala kepahitan dan kesakitan yang ada di dunia ini sudah kita alami. Pukulan-pukulan, gempuran-gempuran, kesalahan-kesalahan, kekalahan-kekalahan, korbanan nyawa – semua sudah kita alami.

Kita malahan mengucapkan syukur Alhamdulillah bahwa kita telah mengalami segalanya itu. Sebab jika tidak, sudah pasti kita ini akan menjadi bangsa yang biasa kusebut bangsa … kintel atau bangsa-tuyul, bangsa yang barangkali suka hidup tetapi takut kepada kesukaran hidup, bangsa yang cuma mau enak saja, yang nerimo makan enak, sekalipun makanannya itu dicekoki oleh orang lain. Tidak! Syukur Alhamdulillah, kita ini bukan bangsa yang demikian itu! Kita bukan semacam rumput, – kita beringin!

Kita bukan kambing – kita garuda, kita banteng! Berkat jerih-payah kita selama 20 tahun ini, berkat penderitaan yang saudara-saudara semua alami selama 20 tahun ini, maka kita sekarang bukan bangsa yang dalam tata-hidup internasional tidak-masuk-buku. Kita sekarang bangsa yang dihormati oleh kawan-kawan kita dan disegani oleh lawan-lawan kita. Kita sekarang bukan hanya bangsa yang diperhitungkan, tetapi sangat diperhitungkan. Lihatlah betapa pers imperialis kehilangan-kepala menghadapi kita dan betapa segala kata-kata kotor masuk ke halaman-halaman suratkabar-suratkabar itu jika membicarakan kita. Tetapi lihatlah pula betapa pers sahabat-sahabat kita meng-apresiasi perjoangan kita dan hasil-hasil kita. Ini bukti, bahwa kita berada di jalan yang benar!

Konsep Trisakti adalah gagasan orisinil, yang bukan menjiplak sehingga tidak Sebagai relevan dengan zaman maupun situasi tanah air. Bahkan, sebagai bangsa yang memiliki kepribadian luhur dengan kekuatan budaya gotong royong, saling menguatkan, dan saling menopang satu sama lain, maka apapun persoalan yang melanda maka bangsa Indonesia akan tetap mampu bergerak maju sebagai bangsa yang besar. Bukan sikap individualisme dimana setiap orang tak lagi punya nilai-nilai kemanusian nan luhur sebagai pribadi bangsa Indonesia yang jelas sangat bertolak belakang dan dapat memicu terjadinya kesenjangan di dalam masyarakat. Sikap inilah yang kontraproduktif dengan cita-cita yang ingin dicapai oleh bangsa ini yaitu menjadi negara yang tangguh, merdeka, dan mandiri dalam segala bidang kehidupan.

Masyarakat yang individualistik justru akan melahirkan sekat-sekat pemisah di antara masyarakat. Kita semestinya sudah harus berpikiran jernih, logis, dan tetap mempertahankan kepribadian yang berkebudayaan agar konsep Trisakti Bung Karno bisa diamalkan di tengah masyarakat. Insyaa Alloh, melalui kesadaran diri kita masing-masing maka bangsa Indonesia justru akan menjadi bangsa yang besar dan maju di masa depan ketika tetap beridirI kokoh di tengah beragam persoalan yang kini menghantam seluruh penjuru dunia.

Merdeka!!!

H Bambang Pudjianto

ShareTweetKirimkan
Sebelumnya

Muncul Tiga Klaster Hajatan di Cilacap, Ini Penjelasan Kepala Dinkes

Selanjutnya

Rumah Untuk Karantina Mandiri Perlu Diberi Tanda Khusus, Ini Penjelasan Bupati Purbalingga

Selanjutnya

Rumah Untuk Karantina Mandiri Perlu Diberi Tanda Khusus, Ini Penjelasan Bupati Purbalingga

KA Nusa Tembini relasi Cilacap-Yogyakarta diharapkan tingkatkan pariwisata

Tentang Kami / Redaksi
Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com

Tentang Kami / Redaksi / Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI

© 2021 indiebanyumas.com