INDIE BANYUMAS
  • BERANDA
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS

Catatan Bulan Bung Karno (3)

Minggu, 6 Juni 2021


Memahami Gagasan-gagasan Besar Sang Proklamator (3)

“Saya teringat ketika ayah saya menceritakan pertemuannya dengan petani miskin di Bandung Selatan. Dialog yang penuh romantika, dialektika pemimpin dengan rakyatnya,” ucap Mega.

Bung Karno, yang diceritakan oleh Mega, terlibat sedikit dialog dengan petani tersebut. Saat itu Bung Karno bertanya tentang alat produksi seperti pacul yang digunakannya untuk menggarap tanah.

“Pacul ini siapa yang punya? Abdi, jawab petani itu, artinya milik saya,” kata Mega.

Setelah berdialog sejenak dengan petani tentang alat-alat produksi tersebut, Bung Karno pun menanyakan nama petani itu dan dijawab Marhaen. Mega menyebut percakapan tersebut merupakan cikal bakal Bung Karno menelurkan ideologi Marhaenisme, ideologi yang menolak penindasan manusia atas manusia.

“Dari percakapan itulah teori politik, teori perjuangan mengambil nama dari seorang petani,” kata Mega.

“Saya meyakini jika kita menghayati pemikiran Bung Karno, kita mampu mengorganisir mereka yang papa dan melarat, digabungkan sedikit demi sedikit akan menjadi gelombang yang maha sakti dan besar,” ucap Mega.

Artikel itu saya kutip dari laman portal berita detik pada 2016 silam.  Kisah Bung Karno yang terjadi jauh sebelum tanah air ini merdeka dari penajajahan Belanda itu bagi Bu Mega ada tindakan yang berhasil menelurkan ideologi Marhaenisme, yang menurut ditrinnya adalah sebuah ideologi yang menolak penindasan manusia atas manusia.

Dua tahun berselang, Ketua Umum Partai Kebangkita Bangsa (PKB) Achmad Muhamaimin Iskandar yang kini tampaknya telah mengenalkan nama lain ke publik sebagai Gus AMI, menyatakan, Marhaen merupakan realitas sosial yang menginspirasi lahirnya pemikiran ideologi marhaenisme.

Gus AMI pun punya pendapat bahwa Marhaen adalah seorang petani, rakyat, Muslim yang taat dan santri, memiliki semangat untuk hidup dan berjuang, meski tidak memiliki apapun terutama modal untuk bisa maju dan hidup sejahtera.

“Semangat juang dan upaya untuk menyejahterakan diri dengan seluruh keterbatasan terutama aset tanah, tidak dimiliki. Itu menginspirasi Bung Karno untuk membangun ajaran marhaenisme, yaitu keberpihakan kepada rakyat jelata,” katanya dikutip dari laman pikiranrakya.com pada 13 Maret 2018 lalu.

Gus AMI yang kala itu berziarah ke Makam Bung karni mengaku mengaku semakin kuat tekad untuk terus melanjutkan semangat Bung Karno, perjuangan Gus Dur, perjuangan para kiai, ulama, dan pejuang pejuang lainnya.

“Marhaen bersama dengan seluruh semangat kaum santri, Insya Allah menjadi kekuatan untuk memperbaiki kesejahteraan bangsa Indonesia,” tegasnya.

Dia juga menegaskan mencintai Sang Proklamator bangsa Indonesia, Bung Karno, sehingga terdorong gagasan untuk mengenakan pakaian berwarna merah.

“Ya kurang cintanya apa kita kepada Bung Karno, sampai simbol merah pun kita gunakan, saking cintanya pada cita-cita Bung Karno dan ideologi marhaenisme. Dengan kebijakan itu Insya Allah bisa mempersatukan perjuangan kita dengan teman-teman PDIP,” katanya kala itu.

Pandangan Marhaenisme yang merupakan gagasan Bung Karno pada awal pergerakan menuju kemerdekaan RI memiliki tujuan menentang segala bentuk eksploitasi oleh suatru kelompok atas kelompok lainnya. Gagasan yang selalu relevan diterapkan bahkan hingga zaman ketika beliau sudah meninggalkan kita hampir mendekati satu abad.  Ekploitasi kala itu yang tertuju pada sikap pemerintah Hindia Belanda memang dialamai oleh kaum buruh, tani, dan masyarakat yang kemudian disebuat sebagai kaum marhaen.

Golongan masyarakat yang kala itu hidup dengan ketimpangan sosial, jauh dari rasa sejahtera  bahkan kerap terjadia penindasan yang sangat memprihatinkan. Melalui marhaenisme itulah, Bung Karno bersama dengan para pejuang lain yang memiliki satu pemikiran untuk tanah airnya lalu bergerak serentak tanpa ada batasan dalam memandang ideologi satu sama lain.

Setiap kelompok kala itu berjuang bersama dengan kemampuan di bidang masing-masing secara bersama memperjuangkan kepentingan bersama.

Inilah Marhaenisme, ajaran milik Bung Karni yang merupakan marwah dari Putra sang Fajar dimana di dalamnya terkandung nilai yang luhur dengan diretasnya pembeda-pembeda atas seluruh golongan masyarakat, dan kemudian hanya kesadaran yang muncul bersama bahwa sebagai bangsa Indonesia mereka harus Sadar, Bersatu dan Berjuang. Inilah revelansi yang sesuai diterapkan dalam keidupan sehari-hari rakyat Indonesi saat ini ketika bangsa tengah dilanda kebencian antar golongan, beragam cara pun akhirnya dilakukan oleh setiap kelompok untuk bisa memenangkan tampuk kekuasaaan.

Tindakan fitnah, penyebaran secara massif informasi bohong yang kita kenal dengan istilah hoax, bahkan sampai terjadi pada tindakan yang berujung pada gerakan fisik untuk menghancurkan. Semoga, atas apa yang sedang terjadi ini segera berlalu. Apalagi kini, ketika kita dan seluruh umat manusia di dunia sedang dilanda wabah yang entah kapan akan berhenti, karena sebab itulah pondasi setiap kita juga roboh akibat ekonomi yang morat marit. Maka, di sinilah ideologi Marhenisme kembali punya peran untuk kita amalkan dalam kehidupan keseharan. Melalui apa?

Gotong royong. Itulah sebuah gerakan yang  merupakan cabang ide dari Marhaenisme yang seharusnya ada, dimengerti dan dijalankan oleh masyarakat kita saat sekarang.  Melalui gotong royong perjuangan persatuan seluruh elemen dan kelompok dari masyarakat untuk menangkal apapun yang mengancam persatuan Indonesia serta kehancuran ekomomi InsyaAlloh akan teratasi. Edukasi dan gotong royong menjadi langkah yang strategis untuk menjadi pertahanan masyarakat Indonesia juga untuk meningkatkan rasa nasionalisme setiap masyarakat.

 

Penulis: H Bambang Pudjiyanto

 

ShareTweetKirimkan
Sebelumnya

Panglima TNI, Kabarhakam Polri dan Rombongan Lepas Landas dari Bandara JBS

Selanjutnya

Penerima Vaksin Covid-19 Dosis Pertama Purbalingga Capai 38.150 Orang

Selanjutnya

Penerima Vaksin Covid-19 Dosis Pertama Purbalingga Capai 38.150 Orang

20 Jamaah Pengajian di Buluspesantren Dilakukan Rapid Test secara Acak, Berikut Hasilnya

Tentang Kami / Redaksi
Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com

Tentang Kami / Redaksi / Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

© 2021 indiebanyumas.com
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • BERANDA
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI

© 2021 indiebanyumas.com