PURWOKERTO – Kenaikan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Banyumas di tahun 2021, masih berlanjut hingga saat ini.
Permintaan fogging dari warga terus mengalir di tengah kondisi anggaran Dinkes Kabupaten Banyumas yang belum siap. Agar pelayanan tidak terganggu, fogging di awal tahun berjalan dengan pembiayaan ditalangi puskesmas.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Banyumas dr Arif Sugiono melalui Operator Fogging, Slamet Rijadi mengatakan, fogging kembali berjalan hari ini (Selasa, red) di Klapagading Wetan.
Dalam tiga hari berturut-turut, fogging dilaksanakan di Klapagading Wetan dan Klapagading Kulon. Setelah itu berlanjut ke Kalisube.
“Pembiayaan sementara ditalangi dari pihak puskesmas,” katanya, Senin (10/1).
Slamet menjelaskan, fogging dilakukan sangat selektif karena mengandung zat yang bisa membahayakan lingkungan apabila pelaksanaannya tidak direncanakan dengan baik.
Penanganan gangguan nyamuk bisa dilakukan dengan menghilangkan genangan-genangan air, baik banyak maupun sedikit. Bisa juga dilakukan dengan menanam tanaman anti nyamuk, memasang kawat kasa dirumah, menggunakan lotion sesuai aturan, baju lengan panjang serta menghilangkan tempat lembab sebagai sarang nyamuk.
“Fogging hanya dilakukan, selain ada kasus DBD juga dari hasil peninjauan oleh puskesmas memenuhi syarat untuk difogging,” terang dia.
Dilanjutkan, data kasus DBD selama 2021 di Banyumas sebanyak 1.176 kasus Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) dengan kematian sebanyak 20 orang.
Angka ini tiga kali lipat banyaknya kasus DBD tahun 2020 berjumlah hanya 378 kasus (DBD, DD dan DSS) dengan kematian 12 orang.
“Daerah-daerah sebelumnya yang tidak pernah minta difogging saat ini muncul. Seperti di Tambak dan Cikawung, Pekuncen,” pungkas Slamet. (yda)