INDIE BANYUMAS
  • BERANDA
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
INDIE BANYUMAS

Banyumas dalam Cermin 260-an Ormas

Banyumas dalam Cermin 260-an Ormas
Kamis, 4 September 2025

Suwatno Ibnu Sudihardjo

Seperti apa wajah Banyumas hari ini? Jika ingin melihatnya, cukup bercermin pada acara Deklarasi Damai dan Doa Bersama yang dihadiri sekitar 260-an ormas di pendopo kabupaten.

Dalam acara itu, semua tampil rapi, semua berbaris indah, semua mengumandangkan kata yang sama: damai. Seolah-olah Banyumas adalah wilayah penuh konflik yang hanya bisa diselamatkan dengan sebuah deklarasi. Padahal, faktanya, demo 25 Agustus hanya berlangsung sehari. Setelah itu, suasana kembali normal. Pasar tetap ramai, sekolah tetap berjalan, rakyat tetap bekerja seperti biasa.

Ironisnya, yang juga ā€œkembali normalā€ adalah perilaku para koruptor dan pejabat arogan. Mereka tetap melanjutkan aksinya: mengutak-atik anggaran, menyalahgunakan kewenangan, dan menutup telinga terhadap suara rakyat. Semua berjalan seolah-olah tak ada yang terjadi.

Lalu, apa makna dari 260-an ormas yang hadir?

  • Mereka dengan lantang mengutuk kekerasan rakyat, tapi bungkam seribu bahasa terhadap kekerasan struktural yang jauh lebih menyakitkan: korupsi dan penyelewengan kekuasaan.
  • Ā Mereka sepakat menjaga ketertiban, tapi lupa bahwa keadilan adalah fondasi utama dari kedamaian.
  • Mereka menyatukan suara untuk doa, tapi kehilangan suara untuk membela kebenaran.

Banyumas pun tercermin dalam wajah ormas-ormas ini: lebih sibuk menjaga citra ketentraman, ketimbang memperjuangkan keberanian moral. Lebih aman berdiri di sisi penguasa, daripada berdiri bersama rakyat yang terluka.

Pertanyaan yang tak bisa dihindari adalah: apakah damai berarti rakyat harus diam, sementara penguasa bebas berbuat semaunya? Apakah doa bersama cukup untuk menutup borok korupsi yang makin lebar? Ataukah ini hanya sebuah panggung simbolik—di mana ormas tampil seolah peduli, padahal sejatinya memilih selamat?

Banyumas hari ini sedang mempertontonkan drama yang getir. 260-an ormas seharusnya menjadi benteng moral, tapi justru menjadi barisan diam. Mereka mengutuk kerikil kecil berupa kerusuhan sehari, tapi membiarkan gunung besar berupa korupsi berdiri kokoh di hadapan mata.

Cermin ini tak bisa dipungkiri. Jika wajah Banyumas yang tercermin adalah ketakutan, kepatuhan, dan kebisuan, maka kita sedang menyaksikan runtuhnya keberanian masyarakat sipil. Dan sejarah akan mencatat: di saat rakyat menunggu suara jernih, 260-an ormas memilih untuk menunduk.

ShareTweetKirimkan
Sebelumnya

Festival Lampion Purwokerto Ditunda, Peserta Tuntut Pertanggungjawaban

Selanjutnya

Warga Banyumas Keluhkan Tambang Pasir Ilegal di Sungai Serayu

Selanjutnya
Warga Banyumas Keluhkan Tambang Pasir Ilegal di Sungai Serayu

Warga Banyumas Keluhkan Tambang Pasir Ilegal di Sungai Serayu

Bupati Sadewo Resmi Buka Latsar CPNS Banyumas: ASN Dituntut Siap Melayani dan Merekatkan Bangsa

Bupati Sadewo Resmi Buka Latsar CPNS Banyumas: ASN Dituntut Siap Melayani dan Merekatkan Bangsa

Tentang Kami /Ā Redaksi
Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

Ā© 2021 indiebanyumas.com

Tentang Kami /Ā Redaksi / Pedoman Media Siber / Independensi & Donasi

Ā© 2021 indiebanyumas.com
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • BERANDA
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • DUNIA
  • BANYUMAS RAYA
  • LAINNYA
    • CATATAN REDAKSI

Ā© 2021 indiebanyumas.com