BANYUMAS — Tingginya angka kecelakaan kerja yang menimpa para penderes nira di Kabupaten Banyumas menjadi perhatian serius pemerintah dan pegiat sosial. Menanggapi hal ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas menegaskan pentingnya jaminan sosial bagi para penderes.
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekretariat Daerah Kabupaten Banyumas, Wahyono, menyatakan bahwa penderes yang terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan akan mendapatkan jaminan jika mengalami kecelakaan kerja. Namun, ia menekankan pentingnya pendataan dan kerja sama antara penderes dengan eksportir atau pengusaha.
“Kalau masuk BPJS Ketenagakerjaan pasti dijamin. Penting untuk memastikan apakah mereka sudah terdaftar,” ujar Wahyono.
Ia menambahkan bahwa sebagian penderes masih mengandalkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk perlindungan kesehatan.
Wahyono juga menyinggung upaya Pemkab Banyumas di masa Bupati Achmad Husein untuk menerapkan safety belt. Namun, inisiatif ini tidak berjalan maksimal karena penderes enggan menggunakannya dengan alasan “ribet”.
Bantuan Sosial dan Upaya Pencegahan
Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dinsospermandes), Arif Triyanto, menjelaskan bahwa Pemkab Banyumas menyediakan bantuan sosial (bansos) bagi penderes yang belum terdaftar dalam jaminan sosial. Pengajuan bansos dilakukan tahun ini untuk usulan tahun depan.
“Nilai bansos bagi penderes yang mengalami kecelakaan sebesar Rp 10 juta, sementara untuk yang meninggal dunia sebesar Rp 5 juta,” kata Arif.
Sebelumnya, tujuh penderes di Kecamatan Cilongok mengalami kecelakaan kerja dalam kurun waktu kurang dari sebulan.
Pegiat sosial, Yuni Hasta, mengungkapkan keprihatinannya karena minimnya perlindungan sosial yang diterima penderes.
Melihat kondisi tersebut, aktivis sosial Tri Agus Triono merintis inovasi alat keselamatan kerja berupa safety belt penderes. Alat ini didesain agar ringan dan efisien, sehingga mudah digunakan oleh penderes.
Tri Agus, yang akrab disapa Yono, menekankan pentingnya pendekatan preventif. Ia menyebut program ini sebagai Zero Incident, yaitu pencegahan kecelakaan sebelum terjadi.
“Ngapain menunggu orang celaka dulu baru dapat santunan. Kita harus cegah dari awal,” tegasnya.
Faktor Penurunan Jumlah Penderes
Tri Agus Triono juga menyoroti penurunan drastis jumlah penderes di Banyumas.
Berdasarkan risetnya, jumlah penderes turun dari 32.000 pada 2017 menjadi sekitar 25.600 orang pada 2021.
- Menurutnya, ada tiga penyebab utama.
- Tingginya angka kecelakaan kerja.
- Tidak adanya regenerasi.
- Minimnya peremajaan pohon kelapa.
“Orang tua trauma karena risiko tinggi, sehingga anak-anak lebih memilih bekerja ke luar daerah,” jelasnya.
Tri Agus menambahkan bahwa program Zero Incident ini sempat masuk dalam program kerja Pemkab Banyumas di era Bupati Husein dan sudah disahkan, namun realisasinya masih rendah. (Angga Saputra)


