Ketua DPR RI Puan Maharani memimpin MIKTA Speakers’ Consultation ke-9. Dalam pertemuan forum konsultasi parlemen lima negara middle power tersebut, Puan menyinggung soal konflik antara Rusia dengan Ukraina, dan Israel-Palestina.
“Saat ini, dunia kembali mengalami krisis geopolitik di Timur Tengah. Di saat dunia masih menghadapi perang di Ukraina, dan berbagai konflik lokal dan regional, telah terjadi perang baru di Gaza. Ribuan rakyat sipil, banyak diantaranya perempuan dan anak-anak di Palestina telah gugur akibat perang,” kata Puan dalam keterangan resminya, Senin (20/11/2023
Hal tersebut disampaikan Puan saat membuka MIKTA Speakers’ Consultation ke-9 yang digelar di Hotel Kempinski, Jakarta, Senin (20/11/2023). Adapun MIKTA merupakan grup negara-negara middle power (kekuatan menengah) yang terdiri dari Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia.
“Kita harus mendorong upaya untuk gencatan senjata antara Israel dan Palestina. Kita harus upayakan akses terhadap bantuan kemanusiaan untuk dibuka seluas-luasnya,” ujarnya.
“Dan yang terpenting akar permasalahan yaitu penjajahan Israel atas Palestina harus segera dihentikan, dan sehingga Palestina dapat menjadi negara merdeka,” sambung Puan.
Sebagai tuan rumah, DPR RI mengusung tema ‘Strengthening Multilateralism, Addressing Intergenerational Challenges’ (Memperkuat Multilateralisme, Mengatasi Tantangan Antargenerasi) pada MIKTA Speakers’ Consultation ke-9.
Selain terkait multilateralisme, tema tersebut juga ditujukan untuk membahas isu-isu jangka panjang yang memiliki dampak lintas generasi. Puan pun mengajak pimpinan parlemen negara MIKTA untuk merenungkan mengenai legacy yang akan diwariskan pimpinan saat ini kepada generasi penerus di masa depan.
“Apakah kita akan mewariskan langit yang biru, dan atau langit yang kelabu akibat polusi? Apakah kita ingin mewariskan sungai yang mengalir jernih atau sungai yang kering dan kotor? Apakah kita nanti akan mewariskan kondisi yang aman dan damai ataukah yang penuh kekacauan dan kekerasan?” tuturnya.
Menurutnya, pertanyaan seperti itu terkadang luput dari perhatian. Hal tersebut lantaran generasi saat ini terlalu sibuk dengan urusan menyelesaikan masalah yang ada sekarang sehingga lupa bahwa apa yang dilakukan akan berdampak kepada generasi di masa depan.
“Sesungguhnya kita adalah generasi pertama yang dapat hidup lebih baik. Dibanding beberapa dekade lalu, tingkat harapan hidup telah meningkat, tingkat kemiskinan telah berkurang, kemajuan teknologi telah memperbaiki kualitas hidup, tingkat pendidikan juga sudah lebih tinggi,” sebut Puan.
Namun pada saat bersamaan, dunia disebut dihadapkan kepada berbagai tantangan yang bersifat multi-dimensi. Puan merinci, mulai dari ketegangan dan fragmentasi akibat rivalitas kekuatan besar telah meningkat, ketimpangan (inequality) menguat, hingga dampak perubahan iklim memburuk.
“Di saat kita memiliki kesempatan untuk mewariskan dunia yang lebih baik, kita menghadapi tantangan akan meninggalkan dunia yang lebih buruk jika kita tidak mengatasi berbagai permasalahan global ini,” ungkap mantan Menko PMK tersebut.
Oleh karenanya, Puan mengajak parlemen negara-negara MIKTA untuk mencegah terjadinya permasalahan baru akibat tindakan saat ini. Misalnya kebijakan yang memicu meningkatnya ketegangan atau konflik antarnegara.
“Parlemen yang mewakili suara rakyat, harus lebih aktif membawa perspektif rakyat dalam menjawab berbagai permasalahan global. Karena rakyat saat ini telah memiliki kesadaran lebih besar atas berbagai persoalan internasional,” tukas Puan.
“Kita melihat rakyat turun ke jalan di berbagai negara untuk suarakan perdamaian di Palestina. Kita melihat anak-anak muda turun ke jalan untuk meminta negara menurunkan emisinya,” tambahnya.
Puan mengatakan, berbagai permasalahan global telah berdampak langsung bagi rakyat. Untuk itu, parlemen harus hadir ketika rakyat terkena dampak krisis internasional.
“Parlemen harus berperan dan selalu menjadi bagian dari solusi. Berbagai permasalahan global tersebut tidak dapat diselesaikan sendiri oleh pemerintah. Karenanya kita harus menggunakan diplomasi parlemen, sebagai alat untuk menyuarakan aspirasi rakyat,” ujar Puan.
“Parlemen harus memaksimalkan diplomasi parlemen sebagai forum yang dapat membawa suara rakyat ke tingkat global,” imbuhnya.
Sementara MIKTA Speakers’ Consultation merupakan forum konsultatif Ketua Parlemen MIKTA yang digelar setiap tahunnya untuk memperkuat kerja sama antara lembaga legislatif anggota MIKTA. Di kepemimpinan DPR di MIKTA tahun ini, Puan berharap pimpinan parlemen negara MIKTA menyerukan perdamaian dunia.
Sumber: Okezone